PENDEKATAN.

8.5K 793 9
                                    

" kenapa pagi- pagi memintaku ke sini?" januari bediri didepan bengkel melihat Dominik.

Dia yang biasanya selalu terlihat rapi dengan kemeja putih dan celana bahan warna hitam, sekarang memakai jumper warna abu- abu dan celana jean. Rambutnya yang biasa di gel, sekarang berantakan karena tiupan angin pagi.

Tampilannya sekarang membuatnya terlihat jauh lebih muda. Bukan lagi pekerja kantoran yang serius. Terlihat lebih santai dan segar.

Dominik tersenyum melihat Januari berdiri di sampingnya.

Dominik mengeluarkan dua motor sport dari bengkel.

" kamu bisa naik motor?" tanya Dominik.

"ehhh...." Januari gak menjawab. Mengerti maksud Dominik mengeluarkan dua sepeda motor yang terlihat mahal itu.

Januari ragu mengangguk." kamu...gak memintaku menaiki motor itu kan?."

" kamu mau menaiki motor lain."

" bukan begitu. Cuma motor- motor itu terlihat sangat mahal. Aku gak berani menaikinya..."

" jangan kuatir aku yang tanggung jawab."

Dominik menarik tangan Januari ke depan motor berwarna biru.

" coba naik. Kuncinya sudah terpasang."

Januari masih ragu- ragu menaiki motor sport warna biru itu.

Ini pertama kalinya dia menaiki motor mahal. Selama ini dia hanya pernah naik motor bebek murahan yang akhirnya dia jual untuk menambah biaya kuliahnya dulu. Dan sampai sekarang dia belum punya pikiran untuk beli motor lagi. Lagian tempat kerjanya dekat.

Kalau dibilang senang bisa merasakan naik motor sport mahal, jelas dia dia sangat senang.

Tapi memikirkan kalau sampai terjadi apa- apa pada motor ini. Meski cuma lecet. Dia gak berani ngebayangin berapa uang yang mesti dia ganti.

"Jangan lupa helm- mu". kata Dominik mengecup kening Januari sebelum memakaikannya helm.

Wajah Januari seketika memerah.

Dominik menaiki motor satunya yang berwarna hitam. Memakai helmnya.

" ikuti aku."

Januari mengangguk, melihat Dominik sudah menjalankan motornya, dia mengikuti dari belakang.

Jam 6 jalanan masih sepi. Gak begitu banyak kendaraan yang lalulalang. Membuat mereka berdua leluasa melaju motornya.

Januari mulai melupakan rasa takutnya setelah terbiasa menaiki motor besar itu.

Dia kembali merasakan senangnya bisa melaju dengan sepeda motor setelah lama tidak pernah lagi memakai kendaraan ini.

Mengikuti Dominik dari belakang. Beberapa kali dia ingin melaju lebih cepat. Lagian motor ini di buat untuk kecepatan ,kan.

Jadi tanpa pikir lagi dia memutar gasnya melaju lebih kencang menyalip Dominik meninggalkannya di belakang.

Melihat itu Dominik gak tinggal diam. Tertawa melihat kelakuan Januari yang jauh ada didepannya mempercepat lari motornya sampai dia kembali ada didepan Januari.

Memperlambat jalan motornya, Dominik menunggu Januari sampai sejajar denganya.

Membuka kaca helmnya dia melihat Januari disampingnya." kamu senang?."

Januari mengangguk. Meskipun masih memakai helm kebahagiaannya terlihat jelas.

Januari kembali melesat dengan motornya menjauh dari Dominik.

----------

Januari sarapan ayam tepung dipinggir sungai besar kota tua dengan Dominik duduk di sampingnya.

" kita pulang sekarang?" tanya Januari yang sudah menghabiskan sarapannya.

" kau ingin pulang?"

Januari menggeleng." gak enak bawa motor orang."

" aku sudah bilang pemiliknya kok. Jadi kamu gak perlu khawatir." ucap Dominik meyakinkan Januari.

" oke."

Mereka terdiam. Menikmati suasana kota tua yang masih sepi karena masih lumayan pagi.

Januari melihat Dominik disampingnya yang ternyata juga melihatnya. Dengan wajah memerah, Januari tertawa menutupi rasa canggungnya. Begitu juga dengan Dominik tersenyum melihat wajah merah Januari.

" sudah berapa lama bekerja di perusahaan itu?" tanya Dominik membuka pembicaraan.

" satu setengah tahun mungkin. Lalu bagaimana denganmu, sudah berapa lama bekerja di bengkel itu?"

" aku gak kerja di bengkel."

" huh. Lalu apa yang kamu lakukan setiap hari di sana?"

" tempat itu milik temanku. Aku hanya membantunya disana."

"oh. Lalu apa pekerjaanmu?"

" bekerja di rumah." asal jawab.

"huh?"

" aa..aku mengerjakan pekerjaanku di rumah. Kau tau..mengerjakan hal- hal yang membosankan. Sangat membosankan sampai aku malas mengatakannya."

Januari hanya tersenyum melihat wajah bingung campur panik Dominik ketika menjelaskan pekerjaannya.

Memang apa pekerjaannya?

"okee... Selama bukan pekerjaan ilegal."

"tentu saja bukan!."

Berapa usiamu?

Bukannya gak sopan tanya umur orang?

Januari tertawa kecil. " cara bicaramu seperti wanita. Aku 25."

" jauh lebih muda dariku. Aku 33."

" aku pikir kau lebih dari itu."

Melihar Januari dengan wajah cemberut." apa aku terlihat setua itu."

" mungkin karena ini," Januari membawa tangannya kepipi Dominik. Membelai jambang tipis disana.

Dominik mengambil tangan itu mencium jari- jarinya. " nanti akan aku cukur."

" jangan. Kau terlihat tampan dengan ini. Lagi pula mau cukur atau tidak, tidak mempengaruhi kenyataan kalau kamu lebih tua 8 tahun dariku."

"......"

Mereka duduk disana mengobrol ringan. Januari mengatahui beberapa hal tentang Dominik yang baru dua bulan tinggal di Jakarta. Ayahnya yang seorang Amerika dan ibunya yang asli dari Jakarta. Dan hobinya bongkar pasang mesin motor untuk rileks. Itu menjelaskan kenapa dia setiap hari ada di bengkel.

*

Januari membuka helmnya setelah turun dari motor. Lagi- lagi membetukan kacamatanya yang miring karena harus memakai helm.

" sampai ketemu besok." ucap Dominik sambil mengacak rambut halus Januari.

Januari tertawa" oke."

Dominik melihat Januari yang berjalan kearah kontrakannya. Tanpa menyadari pandangan benci diarahkan padanya dari dalam bengkel.

------------

THE BADBOY BILLIONAIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang