GAY dan AKU MENYUKAIMU.

9.9K 836 13
                                    

Dominik berhenti didepan sebuah restoran.

Januari tau restoran ini, salah satu restoran paling mahal di jakarta sering muncul diacara kuliner tv. Menyediakan menu lezat juga mewah.

Tapi mana mungkin dia bisa menikmati makanan yang katanya lezat kalo harganya sama dengan biaya hidup sebulan tinggal di jakarta.

Bisa gak kita makan di warteg aja...

" kamu gak turun?" tanya Dominik melihat Januari yang masih duduk dibelakangnya.

"o,oh..."

Januari segera turun diikuti Domonik me- standar motornya. Melihat Januari yang kesulitan melepas helmnya, Dominik membawa tangannya ke bawah dagu Januari melepas pengaman helmnya sebelum menarik helm itu dari kepala Januari.

" terimakasih" ucap Januari pelan sambil membetulkan kacamatanya yang miring karena memakai helm.

" aku lupa soal kaca mata itu saat memakaikanmu helm. Apa ini rusak?" tanya Dominik memegang tangkai kacamata di dekat telinga Januari.

Sentuhan jarinya ditelinga Januari membuat jantung Januari kembali berdegub kencang.

" sepertinya tidak rusak."

Januari hanya menggeleng merasakan wajahnya terasa panas.

" kita masuk sekarang,"

Kebingungan dengan apa yang terjadi dengan dirinya, dada berdegub kencang dan wajah yang memanas, Januari melupakan harga gak masuk akal di restoran ini.

Kenapa akhir- akhir ini tubuhnya terasa aneh?. Pikirnya mengusap pipinya yang masih terasa hangat. Dan tanpa sadar kalo sudah duduk didalam restoran.

"????"

Januari mengingat berapa uang yang ada didompetnya saat ini. Kalau di pakai untuk membayar makanan disini dia harus rela hanya makan nasi dan krupuk sampai gajian bulan depan.

Gak ada pilihan lain. Sudah terlanjur masuk lagian gak enak ninggalin Dominik disini.

*

Januari perlahan menikmati nasi goreng seafood, menu paling murah, didepannya. Melirik Dominik dengan pisaunya memotong daging steak, mengoleskan sedikit mashpotato diatasnya yang kemudian dia menyuapkan kemulutnya.

Cara makan yang elegant. Sama sekali gak cocok dengan penampilannya yang garang.

Dominik yang melepas jaketnya, hanya memakai kaos warna hitam ketat yang gak mampu menyembunyikan otot- otot yang terbentuk sempurna. Gak sebesar binaragawan, tapi bisa membuat para wanita gatel ingin menyentuhnya dan membuat iri para pria.

Juga berbagai gambar tato yang menghias lengannya dan ada beberapa yang terlihat dari kerah bajunya.

" kau ingin coba?" tanya Dominik yang menyadari mata Januari yang terus melihat kearahnya. Memotong kembali steak didepannya tidak lupa mengoleskan mashpotato kemudian dia letakkan di atas piring Januari.

" ah, terimakasih." ucap Januari menunduk menyembunyikan rasa malunya sadar kalau dari tadi matanya terus menatap pria disampingnya itu. Mengambil dengan garbu potongan daging yang diberikan Dominik untuknya kemudian memakannya.

" kau suka?"

Januari menganngguk tersenyum dengan wajahnya yang masih merah." ini enak."

"Apa pendapatmu tentang pria gay?" tanya Dominik tiba- tiba.

Januari hampir saja keselek steak yang baru dikunyahnya. Meminum es tehnya melihat heran ke Dominik.

Kenapa dengan pertanyaan tiba- tiba itu?!.

Dominik hanya melihatnya balik. Menunggu jawabannya.

Januari hanya mengangkat bahunya. "Entahlah. Belum pernah bertemu..."

"Kalo bertemu dengan meraka apa yang kamu rasakan. Jijik?"

Tetap melihat Dominik. "  mungkin tidak peduli."

Januari benar- benar tidak peduli. Dia antipati, ingat. Dia tidak peduli dengan orang lain. Gay atau bukan.

Dominik tersenyum " aku gay."

Januari terpaku mendengar pangakuan Dominik. Dia terkejut gak mengira pria macho penggila motor dan bertato didepannya ini ' GAY'!

Dominik tertawa melihat wajah terkejut Januari, sampai kacamatanya mlorot.

Mendengar tawa Dominik menyadarkan Januari dari rasa terkejutnya. Tapi masih dengan nada gak percaya dia bertanya pada Dominik. " kau..sungguh..benar- benar..gay..?."

" aku benar gay. Karena aku menyukaimu." jawab Dominik dengan tangannya membetulkan kacamata Januari yang hampir jatuh dari matanya. Sesaat jemarinya menyentuh pipi mulus Januari.

Januari tidak bisa bergerak karena mata Dominik yang terus menatap kepadanya.

Merasakan belaian jemari Dominik menyebarkan kehangatan ke seluruh tubuhnya membuat jantungnya berdegub kencang.

Dia ingin menghindar dari tangan itu namun rasa nyaman disetiap sentuhannya membuatnya mematung.

Dominik melihat Januari yang tidak menghindar dari sentuhannya tersenyum bahagia.

" aku pertama kali melihatmu saat kamu berjalan didepan bengkel..."

" apa kau bekerja di bengkel itu?"

" apa kau sedang mengalihkan pembicaraan sekarang?"

Januari langsung diam.

" aku menyukaimu. Apa yang kau rasakan?"

Januari sesaat menatap mata Dominik. Namun dengan cepat dia mengalihkan matanya melihat tangannya diatas meja.

" aku gak tau."

----------

THE BADBOY BILLIONAIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang