DOM

10.2K 825 21
                                    

Januari melalui hari monotonnya seperti biasa.

Bangun pagi seperti biasa.

Berangkat kerja seperti biasa.

Tetap melewati jalan yang biasa.

Tapi sekarang ada saat yang membuat harinya tak terasa biasa.

Tanpa di sadari menunggu dengan semangat untuk ' saat itu'.

Yaitu ketika melewati depan bengkel, pria itu selalu ada disana.

Masih sibuk dengan motornya. Tapi saat dia melihat Januari, dia akan tersenyum padanya. Dan Januari akan membalas dengan senyumannya.

Tiap kali Januari melihat pria itu, satu pertanyaan yang lama gak di pikirkan kembali muncul.

'Bagaimana rasanya kembali punya teman?'

Januari juga gak berani mengharapkan sesuatu yang gak mungkin. Lagi pula baru beberapa hari yang lalu mereka bertemu.

Mungkin dia seperti orang lain yang akan menjauh saat mengetahui kalau Januari orang yang membosankan. Sangat membosankan juga canggung.

Januari gak pengen terlalu berharap.

Lagian apa yang dia harapkan dari pria sesempurna itu.

Pertemanan.....?

Itu berlebihan!. Benar- benar berlebihan!.

Januari mengacak- acak rambutnya. Setres tiap hari mikirin yang nggak- nggak.

Kelamaan sendiri gak baik buat pikiran dan mental.

Tiba di kantor dia langsung menuju bagian personalia di lantai tiga.

Tetap dengan alasan gak ingin dempet- dempetan dengan karyawan lain, Januari memilih menggunakan tangga dari pada naik lift. Cuman di lantai 3 ini,

Januari langsung duduk di kubiknya. Menyiapkan semua pekerjaannya hari ini diatas meja. Menyalakan komputernya.

Pas Januari mau mulai ngetik dia denger bisik- bisik.

Dia melengok dari balik kubiknya. Melihat tiga karyawan wanita lagi gosip pagi- pagi didepan mejanya.

Kebiasaan.

Tapi hanya karena dia antisosial bukan berarti dia gak tertarik dengan gosip di sekitarnya.

Jadi Januari membuka kupingnya lebar- lebar. Sambil mendengarkan gosip pagi dia mengerjakan tugasnya.

" katanya bos mau datang?" kata si A.

" Maksudmu pak David?. Bukannya dia memang selalu datang kekantor." kata si B.

"Bukan pak David, o'on." kata si  C.

"Hah, bukan pak David. Bos yang mana lagi?" tanya cewek B

"Tentu saja CEO perusahaan ini." Jawab C

"Hah! Jadi pak David bukan pemilik perusahan ini?" tanya si B terkejut.

"Tentu saja bukan. Pak David cuma pegawai seperti kita." kata A si sumber informasi.

"Oh!"

"Orangnya cakep gak?" B

"Cakep mana dia ma pak David?" C

"Tua, botak, galak, perut buncit, kalo itu maksudmu dengan cakep." A

"Jijik!"

"Hancur sudah impianku punya suami kaya..."

Si B dan C reaksinya berlebihan.

"Lalu lalu kenapa tiba- tiba bos datang kesini?"

"Pak David ambil cuti. Aku denger sih, istrinya mau melahirkan."

"Whaat!! pak david dah punya istri!!" lagi- lagi si B dan C reaksinya berlebihan.

"Aku kira dia masih lajang." kata si C.

"Sekali lagi hancur harapanku punya suami kaya..." si B masih bikin reaksi berlebihan.

"Semua cowok cakep di dunia ini dah jadi suami orang. Kalaupun belom mereka gay. " logika A.

Januari yang merasa capek mendengarkan gosip hari ini, kosentrasi ke pekerjaannya.

Tapi dia mendapatkan informasi yang lumayan penting dari karyawati- karyawati itu.

1. CEO perusahaan ini datang.

2. Ternyata pak David yang selama ini dia pikir masih bujang ternyata sudah menikah.

*

Januari membereskan mejanya sebelum keluar untuk membeli makan siangnya. Hari ini dia mau makan bakso. Bosen juga tiap hari makan roti.

Januari keluar kantor. Cari penjual bakso yang gak terlalu rame.

Baru keluar dari area gedung kantor Januari mendengar suara klakson dari belakang.

Januari berhenti. Berbalik ke arah suara klakson tadi.

Gak begitu jauh dari tempatnya berdiri, sepeda motor warna hitam melaju pelan ke arahnya dan berhenti di pinggir trotoar tepat didepannya.

DHEG!!.

Januari tau siapa pengendara motor ini. Pria bengkel yang sampai sekarang dia gak tau siapa namanya.

Entah kenapa jantungnya berdegub gak karuan.

Pria itu melepas helmnya. Memperlihatkan wajah tampan ke bule- buleannya.

" kamu mau makan siang?" tanyanya.

Januari mengangguk.

" kalau gitu ayo naik."

"huh?!" Januari mlongo. Naik? Naik apa? Naik motor?.

" kita makan siang." kata pria itu, memakaikan helm yang tadi dia pakai ke kepala Januari yang masih mlongo di sampingnya.

Januari memegang benda berat di atas kepalanya. Kemudian melihat pria didepannya yang masih menunggunya untuk naik ke atas motor.

Dia maunya nolak ajakan pria itu. Bukannya apa- apa, tapi dia ngerasa sungkan. Tapi helm sudah terlanjur di pakai. Januari gak ada pilihan lain. Kaku duduk diatas motor dibelakang pria itu.

Mereka begitu dekat. Bahkan Januari bisa merasakan kehangatan yang keluar dari tubuh didepannya. Punggung yang terbalut jaket kulit hitam. Tegab juga kuat.

Menoleh melihat Januari dibelakangnya dari balik pundaknya " ngomong- ngomong aku Dominik."

Domonik. Nama itu berulang- ulang disebut dalam hatinya. Dia ingin sekali mengucapkannya.

"... Do.mi.nik.." Januari perlahan mengeja nama itu.

Tapi,...

Dominik tertawa kecil." kalau kamu ingin memanggilku begitu."

"????" karena memakai helm fullface yang dia dengar hanya ' Dom' saja, bagian 'minik' nya gak kedengaran.

Januari gak mungkin memanggilnya hanya dengan ' DOM' saja kan?!. Jadi aneh gitu.

"Pegangan."

Januari yang belum sempat cari pegangan terkejut dengan Dominik yang langsung melaju motornya merangkul pinggang Dominik.



-----------

Klise...

THE BADBOY BILLIONAIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang