PENGAKUAN 2.

7.4K 633 5
                                    


Dom mengoleskan krim luka diatas tangan Januari yang masih bengkak.

" beberapa jahitannya sudah mengering. "

" apa masih perlu diperban?."

"hmm. Aku gak mau luka yang belum kering terinfeksi karena terlalu lama . Dan untuk jarimu, mungkin kita harus kembali kerumah sakit untuk memeriksakannya lagi." katanya sambil memakaikan perban ketelapak tangan Januari.

Dom mesih menggenggam tangan Januari yang terluka.

" apa kamu kamu sering hilang kontrol seperti ini?." tanya- nya, masih menggenggam tangan luka Januari.

" tidak pernah separah ini."

" jadi hal seperti ini sering terjadi?."

Januari hanya diam.

Dom meletakkan tangannya dipipi Januari." Aku hanya bertanya. Aku tidak akan menyalahkanmu."

Januari menundukkan kepalanya. Apa dia akan mengatakan tentang ketakutannya.

SAD merusak hidupnya. Tapi orang tak ingin mengerti penderitaannya. Mereka hanya melihatnya sebagai pemalu yang membosankan. Tak ada yang ingin melihat jauh kedalam. Hanya yang terlihat yang mereka pedulikan.

Dan untuk pertama kalinya seseorang menanyakan sebenarnya apa yang dia rasakan.

Januari mengambil nafas panjang. Wajahnya memperlihatkan keputus asaan. Matanya gak berani melihat Dominik.

" aku akan merasa depresi. Menyalahkan diri sendiri setiap kali seseorang menegurku. Meskipun itu hanya teguran ringan dari kesalahan kecil."

"Aku merasa tidak nyaman ketika orang melihat kearahku, aku merasa mereka sedang menyalahkanku. Aku takut bicara karena khawatir mereka gak menganggab ucapanku. Aku benci kalau harus menghadiri suatu acara atau kegiatan, aku merasa kehadiranku gak ada gunanya. Aku merasa paling bodoh karena itu mereka gak ingin dekat denganku. Tapi ternyata semua itu hanya pikiranku. Ternyata selama ini aku yang merusak hidupku sendiri." januari kasar menghapus airmatanya sampai kacamatanya hampit jatuh.

"Aku gak ngerti apa yang membuatmu menginginkanku. Kau orang  bodoh kalau masih menginginkan orang sepertiku." ucapnya disela tangisannya.

Dom menarik tangan Januari. Membuatnya duduk diatas pangkuannya. Melepas kacamata Januari yang hampir jatuh, dia letakkan kacamata itu dimeja disampingnya. Melingkarkan dua lengannya dipinggang Januari. Berusaha menenangkannya.

Januari dengan senang hati menerima pelukan hangat Dom. Dengan nyaman menyandarkan kepalanya dibawah leher Dominik.

Dom beberapa kali memberikan kecupan diatas kepala Januari.

" berapa lama kamu mempunyai SAD.( social anxiety disorder.)?"

Januari menggeleng kepalanya. " aku gak tau. Tapi saat kecil aku merasa orang melihatku dengan pandangan aneh. Juga teman satu kelasku mulai menjauhiku."

"Kenapa?."

"Keluargaku bukan keluarga bahagia. Orangtuaku sering bertengkar. Ayahku pengangguran. Gak pernah memikirkan keluarga. Setiap hari dia keluar untuk judi. Dia hanya pulang saat kalah judi."

" sehari- harinya dia utang sana- sini dengan alasan anak- anaknya belum makan. Tapi kenyataannya hanya sedikit yang dia berikan untuk keluarga. Yang lainnya dia buat untuk judi lagi. Sering orang datang kerumah marah- marah untuk menagih hutangnya, hutang yang gak pernah dia kembalikan."

" saat gak ada lagi orang yang mau memberinya hutang kerena gak ada lagi yang percaya dengannya, dia menjual semua barang yang ada dirumah. Dia juga mulai menipu orang untuk mendapat uang. Bahkan dia tega menipu tetangga bahkan saudara sendiri. Kemanapun dia pergi orang mengenalnya sebagai ba****an tukang tipu."

"Aku merasa malu dengan ayahku. Setiap kali orang memandangku aku merasa diingatkan dengan kelakuannya. Aku merasa mereka membeciku karena apa yang dilakukan ayahku."

" dan semakin lama aku merasa takut bertemu dengan orang. Meskipun hanya untuk berkenalan."

"Pernah terpikir untuk mencari pertolongan..umm..maksudku psikiatris..."

Januari hanya tertawa. "Aku yang gak punya teman, bahkan gak bisa bicara jelas kalau bertemu orang baru apa bisa mengatakan begitu saja masalahku."

" kau mangatakannya padaku."

Januari yang tersenyum mengangkat wajahnya. Memberi ciuman kedagu Dom. Tapi jambang tipis itu hanya membuatnya tertawa karena merasa geli.

"Ternyata ini membuatmu geli." Dominik mendekatkan wajahnya ke Januari. Mengusap- usapkan jambangnya ke pipi juga leher Januari, membuatnya tertawa terbahak- bahak karena kegelian.

" hentikan!" teriak Januari masih tertawa.

Januari berusaha menghindar dari serangan Dominik. Tapi lengan Dom yang memeluknya menghentikan setiap kali dia ingin menjauh. Dan tawanya bertambah kencang saat Dom mencoba menggelitik dengan mencium perutnya.

Tapi tiba- tiba berteriak kesakitan.

"Kenapa?" Tanyanya panik.

"Gak sengaja memukulkan tanganku yang sakit kesofa." kata Januari mringis kesakitan.

*

Mereka berhenti bermain- main. Tiduran diatas sofa Januari memakai lengan Dominik sebagai bantal. Dan lengan lainnya ada diatas perutnya, memegang tangan Januari yang terluka.

"Lalu bagaimana denganmu." tanya Januari.

"Ada apa denganku?"

Januari ragu- ragu mengatakannya. "Apa..apa yang dikatakan Dion itu benar?."

"Memang apa yang dikatakannya?"

"Eee..dia bilang kamu merebut kekasihnya,"

"Kau ingin aku mengatakan yang sebenarnya atau kau ingin aku menyangkalnya"

"......."

" dari bicaramu kau sudah mengakuinya." kata Januari gak senang.

"Aku gak merebut kekasihnya. Tapi pacarnya itu yang datang sendiri. Aku gak mungkin menolak sesuatu yang sendirinya datang kepadaku, kan?."

Dengan wajah gak percaya melihat Dominik.

Dominik tersenyum dengan wajah marah januari yang melihat kepadanya.

"Aku mau mengakui sesuatu. Kamu mau dengar?."

"Ya."

" Aku gay. Dan untuk orang sepertiku yang lahir dan besar ditempat ini hanya bisa bersembunyi mencari kesempatan untuk memperlihatkan siapa diriku sebenarnya. Hanya bisa bermain dibalik layar karena takut dengan sifat masyarakat yang gampang menghakimi."

" tapi saat ada kesempatan untuk bekerja di Amerika, aku berani memperlihatkan siapa diriku diluar. Beberapa kali pergi ke gay club. Melakukan hubungan sesaat. Aku menikmati kebebasan itu. Tanpa sadar kebebasan itu menjadi kebiasaan."

Melihat Dominik dengan kening mengkerut. Memperlihatkan wajah kecewa.

" aku tau, aku membuatmu kecewa. Sejak awal aku tidak sesempurna yang kau pikirkan." ucap Dom tersenyum. Namun kesedihan terlihat dimatanya saat melihat kekecewaan Januari.

"aku tidak akan pernah kecewa padamu. Aku hanya kecewa dengan diriku yang gak bisa memperlihatkan pada mereka kalau kau milikku sekarang."

Dom melihat Januari. Tersenyum heran dengan satu alis terangkat." kenapa kamu bicara seperti anak kecil yang ingin pamer mainan baru."

" karena kamu memang miliku." jawabnya polos.

" aku akan selalu jadi milikmu." Dominik tertawa sambil mengecup bibir Januari.
.
.
.
.
.
.
.
.
------------

THE BADBOY BILLIONAIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang