Pagi-pagi sekali Love bangun, dan memasak agak banyak. Tidak begitu mewah, hanya memasak ayam goreng dan sayur capcay serta tidak lupa sambal. Setelah selesai ia pun langsung memasukan ke kotak makan.
Setelah semua rapi Love pun beranjak mandi, dan siap siap ke swalayan. Setelah sampai, Love menaruh satu kotak makanan yang ia bawa di meja Alex, setelah itu beranjak ke loker untuk ganti seragam kerja.
"Santi!" pangil Love, saat baru keluar dari ruang ganti
"Iya, Ve. Ada apa?" Santi menghampiri.
"Hari ini sepulang kerja, ada acara ga?"
"Ga ada, emang kenapa?"
"Aku mau pergi belanja, aku mau beli pakaian. Kamu nanti temenin aku bisa, ga?" tanyanya pada Santi.
"Oke siap. Siapa takut," jawab Santi sambil menaikan alisnya.
***
Alex memasuki ruang kerjanya, lalu ia menemukan kotak makan dan selambar kertas bertuliskan, selamat menikmati. Alex membacanya dengan senyum merekah, bahagia sekali dia. Akhirnya Love memasakannya lagi.
Jam makan siangpun tiba. Sang bos keluar, hendak memanggil Love, ia ingin makan berdua dengannya lagi.
Ia pun berjalan menyusuri setiap rak, sampai akhirnya menemukan orang yang dicari. "Ve!"
"Iya, Pak." Love menghentikan tangannya yang sedang merapikan barang-barang.
"Makan bareng, yuk."
"Bapak kan bisa makan sendiri, saya gak enak kalau ada yang lihat."
"Kenapa? Aku kan bos di sini, terserah aku dong, kalau ga enak kasih kucing aja." Tanpa menunggu jawaban Alex menarik tangan Love.
"Tunggu, Pak!"
"Apa lagi?"
"Kotak makan saya di loker."
"Oh, ya udah cepetan ambil." Perintahnya tidak sabar.
Setelah pegawai itu mengambil kotak makan. Kini mereka makan di ruangan. "Masakan kamu selalau enak."
Mendengar bos berujar, Love tersenyum.
Tidak lama, makan pun selesai. Love segera membereskan kotak bekalnya.
"Kalau setiap hari begini, aku gak perlu keluar untuk makan siang," ujar Alex lagi.
"Iya, tapi saya yang susah," celetuk Love, sedetik kemudian ia menutup mulutnya. Sadar perkataan tadi salah, "Maaf, maksud saya tidak seperti itu," cicit love.
"Maksud aku juga gak sekarang-sekarang ini. Tapi nanti kalau kita udah menikah," ujar Alex santai.
"Mas Alex yakin mau menikah denganku?" tanya Love. Ya, sekarang Love memanggilnya Mas bukan lagi Pak.
"Yakin. Kalau perlu sekarang juga kita bisa melaksanakannya."
"Melaksanakan apa?" tanya Love.
"Ijab kobul, menikah denganmu." Dengan nada yakin tanpa beban Alex mengatakannya.
Tok! tok! tok!
Pintu terbuka lalu muncullah Dimas, dengan senyum yang mengembang menghiasi.
"Apa aku mengganggu?" tanyanya.
"Kalau takut ganggu kenapa masuk sebelum dipersilakan," tukas Alex.
"Ya, aku kira kalian tidak berduaan," jawab Dimas santai, lalu mengulurkan sebuah undangan pernikahan.
"Siapa yang mau nikah?" tanya Alex.
"Aku sama Siska."
"Kalau begitu saya permisi mau kerja lagi," potong Love.
"Ve, ini undangan buat kamu. Andai saja aku memgenalmu lebih dulu, ku pastikan namamu yang tercetak di undangan ini," kata Dimas yang langsung mendapat sabetan gulungan kertas oleh Alex, serta pelototannya.
"Iya iya, becanda, tenang aja," kata Dimas sambil tertawa melihat Alex kesal karena ulahnya. Dan keluar meninggalkan mereka berdua lagi.
Setelah sepupu itu keluar, Alex kembali melihat Love. Gadis itu tampak tertunduk malu, melihat aksi dua pria tadi. "Ve, nanti kita dateng berdua ya, ke pernikahan Dimas," pinta Alex.
"Insya Allah, kalau gitu saya permisi." Love pun keluar melanjutkan pekerjaannya. Tidak tahan berlama-lama, bisa-bisa jantungan dibuatnya.
*****
Love dan Santi sedang di mall sesuai perjanjian tadi, ia mengajak temannya memasuki toko busana muslim. Yang dulu Winda ibunya Alex mengajaknya, gadis ayu itu memilih gamis berwarna coklat motif bunga. Dia ingin membelikan untuk ibu di kampung.
"San, aku dah dapet nih, sekarang giliranmu mau kemana," kata Love.
"Aku mau makan aja deh."
"Ya udah ayo." Love berjalan ke kedai mie.
Mereka pesan mie ayam spesial 2 dan es teh 2.
"Ve!" suara perempuan memanggil, Love pun menoleh ke pemilik suara tadi.
"Tante, Tante ngapain di sini?" tanya Love yang langsung dapat pelukan dari Winda.
"Tante lagi cari baju buat acara penikahan Dimas, kalian dah lama di sini?" tanya Winda sambil bersalaman dengan Santi.
"Belom lama, Tante, Tante silakan duduk," Love mempersilakan, Winda pun duduk dan memesan makanan yang sama, dan mereka menikmati mie masing masing. Sesekali tertawa, bergurau ria.
***
Seminggu berlalu. Kini tiba hari pernikahan Dimas dan Siska. Namun, Love bingung ketika mau siap-siap pergi ke undangan. Harus pakai baju apa, semua baju miliknya bwarnanya hampir pudar. Tidak pantas buat ke pesta.
"Huh, gimana ini masa aku gak dateng gara-gara baju."
Tidak lama lalu terdengar suara notifikasi panggilan masuk.
Mas alex
"Aassalamu'alaikum."
"Walaikumsalam, Ve. Kata ibu kamu suruh pakai baju yang waktu itu ibu belikan." suara Alex di seberang telepon
"Oh iya, hampir lupa. Iya nanti saya pake bajunya."
"Nanti aku jemput, ya?"
"Eh, gak usah nanti malah ...,"
"Ibu yang suruh, jadi aku mohon jangan menolak," katanya tegas.
Oh, jadi tante yang suruh, bukan mas Alex sendiri yang mau! batinny. Seketika ia diam, mengingat wanita yang pergi bedua dengan Alex.
"Halo! Ve, masih di sana? Halo?"
"Eh iya. Baik saya tunggu."
"Bersiaplah aku sudah jalanan."
Tut tut tut
Alex langsung menutupnya. Love segera mengambil baju yang Winda belikan. Setelah semuanya rapi dam siap, ia pun keluar menunggu jemputan sang bos.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOS ITU (Tersedia Ebook)
Fiction généraleBagaimana jadinya ketika ingin kerja baik-baik, malah dapat masalah? Urutan terbalik no 1 pindah ke no 2. Ah, ya. Tulisan ini masih berantakan, dan lagi masa pengeditan. Mungkin banyak yang bingung, tapi mohon maklum, ya. Ini tulisan pertamaku😊