16

8.3K 420 6
                                    

"Lama amat bukanya." Alex bersungut-sungut.

"Eh, Pak Alex, salam dulu dong," ujar Santi. Sebisa mungkin dibikin santai. Atau jika tidak, nanti bakal ketahuan di dalam ada orang yang dicarinya.

"Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumsalam." Santi mulai tenang, enggak gugup lagi setelah Alex mau mengucapkan salam. Setidaknya pria itu tidak bisa seenaknya di tempat orang.

"Dimana Love?" tanya Alex langsung.

"Saya tidak tahu, Pak."

"Jangan bohong! Minggir biar aku ketemu sama dia." Alex menerobos masuk kedalam.

Santi panik, tapi sekejap ia dapat ide bagus. "Pak, kalau laki-laki masuk ke kontrakan perempuan di daerah sini, biasanya digrebek kalau ketahuan," ujar Santi tak sepenuhnya berbohong.

Alex yang baru saja hendak membuka pintu kamar, langsung keluar saat pendengar perkataan Santi. Memang benar, bisa saja nanti digrebek, memalukan! batin Alex.

"Nah gitu dong, Pak, maaf loh, Pak. Saya gak tahu di mana Love berada."

"Kamu jangan coba-coba bodohin saya, ya!" bentak Alex kesal.

"Aduh, Pak, malah teriak-teriak. Nanti saya dikira sedang minta pertanggung jawaban lagi. Soalnya jarang ada laki-laki di sini." Santi menakut-nakuti Alex. Sebenarnya ia enggak berani, takut berdampak pada pekerjaannya. Tapi mau gimana lagi, daripada diam saja enggak pergi-pergi.

"Aaarrrgg ... awas kalau ketahuan bohong." Alex menunjuk Santi sambil menatapnya tajam.

Seketika pegawai itu nyalinya menciut, tidak berkutik sekarang, ia enggak berani berbohong lebih jauh lagi.

Alex mendengus kesal lalu pergi dari kontrakan. Santi menghela napas lega, setelah itu ia tertawa tebahak-bahak.

Mendengar tawa temannya menggema, Love pun keluar dari kamar. Sedangkan Santi menyandar di pintu sambil melipat tangan di dada menatap Love dalam, penuh tanda tanya.

"Katakan, ada masalah apa sama pak Alex! Aku bisa jantungan kalau harus menghadapi pak Alex tiap hari begini."

"Santi, tenang dulu nanti aku jelasin," ucap Love.

"Sekarang!" seru santi Santi jengah.

Love pun menceritakan semuanya, hingga kejadian di malam pesta pernikahan Dimas.

"Ooh jadi gitu, kamu yang sabar, ya. Kamu jadi mau cari kontrakan?" tanya Santi. "Maaf bukan aku mengusirmu."

"Iya gak apa-apa, aku kan emang dari awal mau cari kontrakan, dan Alhamdulillah aku sudah nemu."

"Cepet amat, di mana?"

"Ada deh, nanti kamu bantuin aku bersihin kontrakanku yang baru ya?"

"Oke, siap." Merekapun sarapan, sesekali tertawa mengingat keberanian Santi tadi.

***

Alex kembali kerumah orang tuanya. Iya, ia enggak mau ke apartement. Iebih memilih di rumah Ibu saja, karena di sana bisa sedikit tenang. Tidak seperti di apartemen, yang akan selalu kebayang kehadiran Love di setiap sudut ruanganya.

"Kamu belum juga ketemu Love?" tanya Bowo ayahnya Alex.

"Belum, Yah."

"Ibu gak mau tahu, kamu harus cari Love sampai ketemu. Kalau ada apa-apa sama dia gimana? Ini Jakarta. Ibu khawatir sekali," ujar ibunya sambil mengerucutkan bibir

"Ibu, yang sabar, Love pasti bisa jaga diri ko," ucap Ayahnya. "Ya sudah Ayah mau kekantor. Alex, kamu cari Love sampai ketemu, nanti baru boleh kerja lagi. Ayah gak mau pekerjaan jadi kacau gara-gara kamu kurang konsentrasi nantinya," pesan Ayahnya panjang pada anaknya.

BOS ITU (Tersedia Ebook) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang