Setelah seharian bekerja, Love pun pulang ke apartemennya. Ya, sekarang sudah sah jadi istri Alex, dan apartemen suaminya pun, juga jadi apartemennya.
Namun saat ia sampe di apartemen, ia tidak menemukan suaminya. Apa dia marah tadi siang aku gak makan siang bareng! batin Love.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu terdengar, Love yang baru saja selesai mandi dan hendak salat pun ia urungkan. Ia pun segera berpakaian dan keluar. Ketika Love membuka pintu, tampaklah seoarang kurir.
"Permisi, benar ini kediaman saudara Love?" tanya sang kurir.
"Benar, saya sendiri. Ada apa, ya?"
"Ini ada kiriman paket untuk Anda."
"Dari siapa?"
"Silakan diterima dulu dan ditanda tangani."
Love menanda tanganinya, dan mengucapkan terima kasih. Love pun membuka paket yang berbentuk hati berwarna merah muda itu. Ia pikir ini kejutan dari suaminya. "Yaa Allah ternyata mas Alex gak marah, justru malah kasih aku kejutan," gumamnya.
Ia pun langsung membuka kotak itu, tidak sabaran. Namun ketika bungkusan itu terbuka, seketika Love mematung, seolah tertotok, tidak percaya. Di dalamnya terdapat foto-foto suaminya dengan perempuan lain saling berpelukan. Posisi perempuan itu memunggungi kamera, sehingga Love tidak tahu siapa perempuan itu.
Seketika dadanya sesak, seolah-olah ada sesuatu yang menghimpit. Nyeri, sakit teramat bagaikan tertusuk puluhan belati, setelah melihat apa isi di dalam kotak tersebut. Love tergugu, menangis pilu memandangi foto itu. Kemudian diremasnya kuat-kuat lembaran itu.
***
Hari ini Alex telat pulang, karena ada rapat dengan pemilik perusahaan yang terbilang besar.
Seorang pemilik perusahaan, yang sudah lama malang melintang mengajak Alex untuk investasi. Kesempatan ini pun, tidak disia-siakan olehnya.
"Oh iya kalau ada waktu saya ingin mengundang, Anda makan malam bersama," tawar Alex, di akhir rapat.
"Baik saya akan datang jika ada waktu," jawab pemilik perusahaan besar itu, di akhir pertemuan.
Rasanya sudah enggak sabar ingin pulang. Alex pun mendial nomer telepon istrinya, hendak menanyakan ingin dibelikan sesuatu atau tidak.
Satu kali tidak diangkat, ke dua, ke tiga, belum juga diangkat. Hal ini membuat pria itu khawatir, tanpa pikir panjang Alex langsung melajukan mobilnya cepat.
Sesampainya di apartemen, ia pun langsung masuk. Suasana masih terang, lampu belum dimatikan. Tapi tidak ada Love di ruang tv, sekedar menunggu.
Kemudian bos itu melangkah ke kamar. Tampaklah punggung istrinya, ternyata Love sudah tertidur dengan pulas. Alex pun tersenyum, lalu melangkah masuk.
"Sayang sudah tidur?" Dikecupnya kening istrinya.
"Aku cape, Mas. Mas, kalau mau makan, makan aja. Aku ngantuk gak bisa temenin makan," katanya sambil memejamkan mata.
"Ya udah, kamu tidur aja, ya."
Alex merasa heran. Kayanya ada yang aneh. "Hem, kamu makin nggemesin aja si, Sayang," gumamnya dalam hati. cup! Alex kembali mencium pipi istrinya sebelum keluar kamar.
***
"Maafin aku yaa Allah, aku telah mengabaikan suamiku yang baru pulang kerja. Tapi aku juga kesal dengannya karena foto bersama perempuan lain." Love membatin.
Setelah mengabaikannya semalam, ia pun merasa bersalah. Foto itu belum tentu benar adanya. Love pun ingin tanyakan langsung, siapa perempuan yang di foto itu.
"Apa ini, kamu kasih Mas hadiah?" tanya Alex heran, ketika istrinya menyodorkan kotak kiriman semalam.
"Buka, dan jelaskan." Love memasang wajah masam.
"Aneh deh kamu, emang isinya apa sih?" Katanya sambil membuka kotak itu. "Ini dari mana kamu dapat?" tanya Alex kaget, saat melihat isinya.
"Jadi Mas nyembunyiin ini dari aku?" Love menatap tajam suaminya.
"Tidak, Mas gak nyembunyiin ini. Orang ini juga bukan milik Mas ko."
"Tapi di foto itu kan ada Mas, jadi siapa perempuan yang meluk Mas di foto itu?" Love merasa kesal, melihat reaksi suaminya biasa saja, tanpa merasa bersalah.
"Kamu cemburu?"
Diam.
"Baik biar kujelaskan, ini foto dua tahun yang lalu, waktu aku masih bersama Jihan. Jadi gak ada masalahnya dengan kita sekarang, Sayang. Udah ngambeknya, kalau ngambek gini aku jadi malas ke kantor nih. Lagian, kamu dapet ini dari mana?"
"Kemaren ada kurir yang mengantarnya, tapi gak tahu siapa pengirimnya."
"Lain kali jangan diterima kalau gak jelas pengirimnya." Alex meraih kotak itu, kemudian dimasukkan ke tong sampah. "Masa lalu, sebaiknya dibuang jauh-jauh."
Love pun kembali mengembangkan senyum. Kini rasa cemburu itu sudah sirna, setelah mendengar penjelasan dari suaminya. Tapi rasa heran atas kedatangan foto itu membuat penasaran di pikiran mereka, siapa yang berusaha membuat amarah di dalam rumah tangga ini.
***
"Nanti kita makan siang bareng, ya?" tanya Alex sesampainya di kantor istrinya.
"Insya Allah, semoga aja gak ada kendala ya, Mas." jawabnya sang istri.
"Ya udah jangan cape-cape, ya?"
Love mangangguk sebagai jawaban, dan mencium punggung tangan suaminya sebelum keluar dari mobil. Setelah turun dari mobil Love melambaikan tangan pada suaminya, saat mobil melaju meninggalkannya.
.
.
.
.
Di seberang jalan ada laki-laki dengan pakaian serba hitam sedang menelepon seseorang."Bos, sepertinya rencana semalam kita gagal Bos," ucapnya pada orang di seberang telepon.
.
.
.
"Reno! Kita hari ini persentasinya bareng kan?" tanya Love, setibanya di dalam kantor."Iya, kenapa? Ko kamu jadi pengin banget sih bareng sama aku. Nanti suamimu marah loh." goda Reno.
"Apaan sih, kita kan kerja."
"Yee, gitu aja ngambek, biasa saja kali."
"Ve, hari ini kamu gak usah pergi persentasi dulu ya, nanti ada orang yang mau tanda tangani persetujuan kemaren. Karena kamu yang berhasil membuat yakin dengan produk kita, dia minta kamu juga yang mendapinginya saat dia sampai di sini," ujar Genta yang sengaja datang menghampiri Love.
"Baik, Pak," jawab Love patuh. Genta pun pergi ke ruangannya lagi.
"Yah gak jadi deh ditemenin orang cantik," celetuk Reno.
"Apaan sih, bukannya tadi kamu gak suka bareng aku," sergah Love.
"Nasib, nasib," gumam Reno memelas, sedangkan Love terkekeh melihat tingkah konyol temannya itu.
***
"Ya sudah. Cukup pengintaiannya." Seseorang sedang berbicara di telepon.
"Siap Bos."
Setelah memerintah anak buah, pria itu pun masuk ke ruangan hendak bersiap-siap. Menuju kantor milik orang lain, untuk menanda tangani bahwa ia setuju untuk kerja sama.
Setelah sampai di sebuah bangunan, pria itu tersenyum remeh melihat pemandangan di depannya. Menurutnya, kantor itu tidak layak kerja sama dengannya. "Jika bukan karena wanita itu, aku tak mungkin menginjakan kakiku di sini," ucapnya angkuh.
.
.
.
Di dalam kantor. Love yang merasa bosan tidak ada kerjaan, ia pun pergi ke pantry yang terdapat di kantor. Love perlu minum, minuman yang menenangkan pikiran. Butuh persiapan mental kalau-kalau orang yang mau datang itu nanti, mempersulitkan kerja sama lagi."Ve, kamu di sini. Dicariin pak Genta, tuh," kata pegawai kebersihan yang bernama Anto.
"Apa orangnya udah datang, ya?" Love bergumam tanya diri sendiri.
"Eh dia malah bengong," ucap Anto.
"Iya, saya segera ke sana," ucap Love lalu ia habiskan minumannya, dan segera ke ruangan Genta.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOS ITU (Tersedia Ebook)
General FictionBagaimana jadinya ketika ingin kerja baik-baik, malah dapat masalah? Urutan terbalik no 1 pindah ke no 2. Ah, ya. Tulisan ini masih berantakan, dan lagi masa pengeditan. Mungkin banyak yang bingung, tapi mohon maklum, ya. Ini tulisan pertamaku😊