Love merasa senang, akhirnya ada yang menemani tinggal di apartemen. Ia juga masih bisa kerja di Global Bintang, kantor tempat ia bekerja.
Sebenarnya Alex melarang Love bekerja lagi, karena ia merasa khawatir tidak bisa memantau calon istrinya. Posesif, itulah julukan buat Alex sekarang. Ya, pria itu tidak mau jauh dari Love. Baginya cukup sudah penderitaan kemarin, saat ia tidak bisa bertemu dengan pujaan hatinya.
"Selamat pagi, Ve!" seru laki-laki teman kerjanya.
"Pagi juga, Reno. Kamu sudah baikan?" Love menanyakan keadaannya yang kemarin izin sakit.
"Alhamdulillah," jawabnya semangat.
"Ya udah kalau gitu kita berangkat, kasian pak Karjo sudah menunggu," kata Love memberitahu, kalau supirnya sudah siap dari tadi. Pak Karjo adalah supir kusus, untuk mengatar pegawai yang akan persentasi kepada para direktur perusahaan yang akan didatangi.
"Katanya kemarin di kantor ada acara lamaran, ya?" tanya Reno sambil mendaratkan bokongnya jok mobil sebelah pak Karjo.
"Iya, tahu dari siapa?" Love bertanya balik.
"Di kantor kan banyak orang, mereka semua hampir sedang bergosip tentang itu. Tentu aku tau, tanpa mereka kasih tahu kalau aku tanya sama mereka."
Love terdiam yang duduk di jok mobil belakang. Pandangannya mengarah kejalan raya. Kapan Jakarta bebas dari macet. Ia melamun mengingat kejadian kemarin. Kadang senyum, kadang cemberut.
"Ko diem?" kata Reno membuyarkan lamunannya.
"Eh iya, tadi bilang apa?"
"Gak jadi deh," tukas Reno kesal di cuekin Love.
Seharian mereka berdua menjalani presentasi tentang produknya. Dan yang terakhir mereka menemui salah satu orang perusahaan yang memintanya bertemu di restoran.
"Bakal makan enak nih?" tanya Karjo sambil memarkirkan mobil.
"Gak tau juga, Pak. Siapa tau orangnya pelit," ujar Reno.
"Sudah jangan suudzon. Kita turun sekarang, yuk," ajak Love.
Mereka turun dan bertemu dengan orang yang sudah janjian tadi, persentasi juga lancar.
"Oh iya bisa minta nomer telepon kalian?" tanya pria berdasi itu, meminta nomor telepon.
Love pun mengernyitkan dahi, tidak biasanya. Ada orang yang minta nomer telepon setelah persentasi. Pasalnya mereka langsung mengarahkan nomer telepon kantornya langsung.
"Untuk apa ya, Pak?" tanya Reno bingung.
"Untuk memudahkan jika nanti telepon kantor kalian eror," ujarnya beralasan, sedangkan matanya tak henti menatap Love.
Merasa ditatap pria di depannya, Love merasa risih. Ia pun beralasan mau ke toilet. "Permisi, saya mau kebelakang dulu, ya."
Reno dan bos besar itu mengangguk, mengiyakan.
Saat hendak menuju ke toilet, ia tidak sengaja mendengar percakapan dua orang sedang berbicara, terdengar sedikit berdebat.
***
"Saya sudah bilang, gak bisa seperti dulu lagi," ucap Alex pada perempuan di sebrang mejanya.
"Kamu tau? Aku sengaja balik ke Indonesia, karena selalu mengingatmu. Aku masih berharap bisa seperti dulu lagi," kata perempuan itu yang tidak lain adalah Jihan.
"Aku sudah hampir menikah, jadi aku mohon jangan berharap yang berlebihan," tukas Alex.
"Terus apaan pas malam pesta perkawinan Dimas kemarin? Kamu bukannya masih keliatan nyaman. Aku lihat kamu bahagia banget malam itu," ucapnya lantang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOS ITU (Tersedia Ebook)
General FictionBagaimana jadinya ketika ingin kerja baik-baik, malah dapat masalah? Urutan terbalik no 1 pindah ke no 2. Ah, ya. Tulisan ini masih berantakan, dan lagi masa pengeditan. Mungkin banyak yang bingung, tapi mohon maklum, ya. Ini tulisan pertamaku😊