4 di ancam

11.2K 569 2
                                    

Setelah semua pekerjaan di apartement beres, Love lalu bersiap-siap untuk berangkat kerja. Begitu juga Alex, tapi bos itu berangkat ke kantor perusahaan ayahnya yang sekarang di tugaskan padanya.

"Eh, kamu, siapa nama kamu? Saya lupa?" tanya Alex.

"Love, Pak." Love heran kenapa bosnya lupa namanya.

"Hari ini saya ga ke swalayan, tolong beri tahu saya, kalau ada sesuatu di swalayan."

Sukur deh saya bisa istirahat kalau bos ga ke swalayan! batin love.

"Tapi, Pak, kan ada pak Luki. Bapak bisa tanya dia langsung yang lebih paham keseluruhannya," jawab Love karna memang Love hanya SPG kosmetik semata.

"Kamu bantah saya? Hukuman bertambah satu hari." Dengan muka datarnya Alex mengancam akan menambah hukuman, yang sebelumnya cuma satu minggu.

"Baik, Pak," ucap pasrah Love.

"Oh ya, besok sekalian bikinin sarapan. Nih uang sekalian nanti kamu belanja sebelum ke sini, dan ini catatan belanja yang harus kamu beli." titah Alex.

***

Lima hari berlalu, akhirnya hukuman tinggal dua hari lagi. Dan love tidak sabar atas kebebasan dari hukuman ini. Hari ini adalah di mana love masuk kerja jam siang, pulang jam 10 malam.

Rintikan gerimis begini memesan ojeg online tidaklah mudah, Love sering dapat penolakan dari driver ojeg. Alhasil dia berdiri di pinggir jalan, menunggu angkutan umum.

"Sendirian, Neng?"

Love menoleh ke sumber suara tadi.

"Pak Luki!"

"Nunggu angkutan, ya?" tanya Luki.

"Iya, Pak. Pak Luki sendiri kenapa di sini, mobilnya mana?"

"Mobil di parkiran. Tadi saya perhatikan kamu kebingunga, jadi saya putuskan untuk mengikutimu. Ini udah hampir tengah malam, takutnya terjadi sesuatu sama kamu."

Gadis berkerudung biru itu, tersenyum simpul mendengar ucapan Luki. Tapi ia juga enggak mau kalau harus ikut dengannya, menumpang pulang dengan mobil lagi. "Tapi pak, saya gak mau merepotkan Pak Luki."

"Saya ga merasa direpotkan, apalagi ngantar ka...," ucapannya terpotong, dengan suara mobil yang tiba-tiba berhenti tepat di depannya.

"Masuk!" titah pria dalam mobil pada Love, agar segera memasuki mobilnya.

"Tapi, Pak."

"Tidak ada penolakan!"

Mendengar itu, Love langsung masuk ke mobil, mengingat kalau tidak menuruti bosnya nanti hukuman akan bertambah. Dan Love enggak mau itu terjadi.

"Emang saya supir kamu, pindah ke depan," kata Alex yang melihat love membuka pintu mobil belakang.

Selama perjalanan tidak ada suara, yang ada hanya keheningan. Love mencium aroma tak sedap di dalam mobil, sepertinya Alex habis minum minuman terlarang. Hal itu membuat Love mual menghirup aroma itu.

"Hueek!" Seketika perut terasa seperti diaduk-aduk, Love tidak bisa menahan bau aroma itu lagi. "Maaf, Pak. Saya mau turun sebentar." pinta Love.

Alex pun berhenti ke tepi jalan. Love turun dan langsung mengeluarkan semua isi perutnya. Wajahnya kini sangat pucat. Alex tergugah hatinya melihat kondisi Love yang lemas, ia tak tega.

Kini love sudah di mobil kembali. Alex berinsiatif membeli minyak hangat agar mual Love mereda. "Kamu sudah makan?" tanya Alex.

"Belom, Pak." Love memang belum makan semenjak makan siang tadi.

Melihat perempuan itu memejamkan mata karena pusing, Alex enggak tega, jika banyak bertanya. Namun, cukup lama di mobil, pria itu bingung harus mengantar kemana.

Sedangkan ia tidak tega, jika harus membangunkan Love sekedar menanyakan alamat tinggal. Akhirnya ia berinsiatif, membawa pulang ke apartement.

Setelah sampai di apartement. Alex mencoba membangunkan Love lagi. Namun, lagi-lagi perempuan itu masih telelap. Tanpa pikir panjang, akhirnya pria itu membopong tubuh Love masuk, lalu menidurkannya di kamar sebelah.

BOS ITU (Tersedia Ebook) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang