Ke esoknya, Love melaksanakan hukuman seperti biasa. Setelah semuanya rapi bersih kini Love memasak di dapur. Untung ibunya Alex kemarin membawa sedikit bahan makanan, seperti pasta dan sepageti. Love pun memasak salah satu di antaranya sesuai petunjuk.
Namun, saat Love menumis bawang putih terdengar suara bersin.
Haachiuu!
Tubuh Love berjingkat, kaget. Kemudian ia berbalik, dan mendapatkan Alex sedang bersender lemari pendingin, sedang memandanginya.
"Pak Alex, nga-ngapain di situ?" tanya Love gugup.
Belum sempat menjawab Alex, Malah ibunya datang nyeletuk, "cie... cie... pagi-pagi dah berduaan di dapur." Sambil senyum meledek pada anaknya dan Love.
Alex jadi kikuk lalu menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. "Ibu, udah bangun aja."
"Dari dulu, Ibu bangunnya pagi," saut Winda. "Kayanya masakan kamu enak, Ve. Tante mau dong cobain," sambungnya pada Love.
"Ayo, Tante. Ini udah siap." Love menunjukan sepiring sepageti. Kini sarapan udah siap di meja, dan mereka bertiga pun sarapan.
"Ve, nanti temenin tante belanja ya?" Winda membuka percakapan di sela-sela sarapan. "Boleh kan, Lex?" tanya ibunya ke Alex.
"Terserah Love aja, Bu," sambut Alex.
"Insya Allah, Tante. Nanti Love temenin." Love pun menjawab.
Tidak lama Alex pun berangkat kerja. Winda dan Love siang pun, pergi belanja. Kebetulan pegawai swalayan itu sedang libur, jadi ia bersedia menuruti ajakan ibu bosnya.
Setelah belanja kebutuhan, untuk keperluan rumah dan apartemen anaknya. Kini Winda mengajak Love ke toko busana muslimah. Ia akan membelikan baju spesial, sebuah gamis.
"Tante, apa ini tidak berlebihan?" tanya Love khawatir, takut merepotkan.
"Tidak, Ve. Ini bagus loh, buat kamu. Pasti Alex makin terpesona sama kamu kalau pakai ini," ucapnya antusias. Lalu Winda menyuruh Love mencoba. Dan benar saja, Love terlihat sangat cantik, dan anggun saat mengenakan gamis merah maron itu.
****
Setelah hampir seharian, mengikuti langkah Winda sepanjang mal. Kini Love kembali ke kontrakan.
Mendapat perlakuan dari ibu sang bos, membuatnya jadi serba salah. Bagaimana tidak, ia bingung atas sikap Winda, yang mengaggapnya sebagai kekasih Alex. Dan ia juga merasa serba salah, kalau tidak menuruti kemauan Winda. Bisa-bisa hukuman bertambah, kalau berani membantah.
Di hati kecilnya juga bertanya-tanya. kenapa Alex diam saja saat ibunya menggoda, dan mengira ada hubungan spesial.
Dert dert ....
Suara telepon genggam Love bergetar, ada sebuah pesan masuk.Dari Luki
(Ve, bisa ketemuan ga?)Tampak menarik napas, lelah. Love pun mengiyakan ajakan Luki. Bagaimana pun, Luki adalah atasan, tidak pantas jika membantah. Asal bertemunya di tempat yang ramai.
Luki mengajak ketemu di sebuah restoran. Tak lama pria itu menuggu, alhirnya Love pun datang. Setelah berbasa-basi, Luki pun mengutarakan apa niatnya.
"Love apakah kamu bersedia jika menikah denganku?" Tanya Luki langsung. Karna Luki melihat penampilan Love yang tertutup, membuatnya tidak ingin main-main atau berpacaran.
Sedangkan Love, ia sangat terkejut atas ucapan Luki. "Pak Luki ga lagi becanda, kan?" tanya Love bingung.
.
.
.Di sebuah meja lain, ada Alex yang sedang ada pertemuan dengan rekan bisnisnya. Dari tadi ia enggak fokus dengan obrolannya, semenjak melihat Luki duduk bersebrangan dengan Love.
Karena pikirannya terganggu, ia pun mengakhiri pertemuannya. Kemudian beranjak menghampiri dua pegawainya itu.
"Boleh gabung?" tanya Alex setibanya di depan Luki dan Love.
Love yang bingung mau jawab apa atas pertnyataan Luki, kini malah kaget dengan adanya Alex yang menghampirinya.
Ya ampun kenapa ada pak alex di sini, habislah. Bisa-bisa hukuman bertambah, bahkan bisa saja pak Luki di pecat! batin Love. Mengingat acaman akan memecat pegawai, yang terciduk berduaan.
Seketika suasana kembali normal se akan-akan tidak ada sesuatu pada mereka. Di hati Alex tersenyum senang, karena Love belum menjawab pertanyaan Luki.
"Sepertinya sudah malem, sebaiknya kamu pulang aja, Ve. Saya gak mau punya kalian besok telat masuk kerja," ucap Alex, sambil memandangi keduanya.
"Baik, kalau gitu saya permisi pulang dulu." Love buru-buru bangkit dari duduknya. "Permisi!" Dengan cepat ia beranjak pergi meninggalkan dua pria tersebut.
Alex, pria itu tampak santai sambil meminum kopi pesanannya. Sedangkan Luki masih diam bergeming.
"Kamu gak pulang juga?" tanya Alex, sambil menaikan sebelah alisnya.
"Permisi." Luki pergi dengan hati yang gemuruh, kesal.
"Bagus," gumam Alex, menyeringgai.
***
Tak terasa hari ini adalah hari terakhir masa hukuman, tapi entah mengapa Love malah merasa ada yang aneh dengan perasannya. Seolah-olah enggan menyudahi hukuman.
Setelah menyiapkan sarapan, gadis itu beranjak menuju kamar Alex, memanggilnya untuk sarapan. Namun, ketika mau mengetuk pintu kamar, tiba-tiba pintu terbuka. Tangan Love yang hampir mendarat di daun pintu, malah mendarat persis di pelipis Alex.
Auuuw!
Bos itu kesakitan. Namun dengan sigap Alex menahan tangan Love, sehingga terjadi saling pandang. Perempuan itu tersadar, ia pun segera melepaskan tangannya.
"Yaa Allah, ma'afkan saya, Pak. Saya ga sengaja," cicit Love.
"Ga apa-apa, apa sarapan udah siap?" Dengan senyum manis Alex manjawab .
"Sudah, Pak." Love pun jadi kikuk saat Alex memberikan senyum. Menurutnya ini bukan senyum biasa, tapi senyum yang ... ah sudahlah Love membuang pikiran anehnya.
Setelah selesai sarapan. Alex duduk di ruang tv, karena memang hari minggu. Jadi tidak ada acara ke kantor.
Love pun menghampiri, ingin berpamitan untuk terakhir di hari hukumannya. "Permisi, Pak Alex, sepertinya pekerjaan saya udah beres, dan ini hari terakhir masa hukuman saya. Jadi saya mau izin pulang."
"Maaf kan saya juga, kalau ada salah selama di sini," sambungnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOS ITU (Tersedia Ebook)
General FictionBagaimana jadinya ketika ingin kerja baik-baik, malah dapat masalah? Urutan terbalik no 1 pindah ke no 2. Ah, ya. Tulisan ini masih berantakan, dan lagi masa pengeditan. Mungkin banyak yang bingung, tapi mohon maklum, ya. Ini tulisan pertamaku😊