14

8.4K 422 4
                                    

"Aduh, Pak Luki. Banyak amat pertanyaanya. Saya harus jawab yang mana," ujar Love tergelak.

"Ya udah, mending kita ngobrolnya sambil minum." Luki mengajak Love ke kedai mini yang terdapat di swalayan.

Sambil menunggu pesanan datang, Love pun bercerita. Sebenarnya ia juga bingung mau cerita apa. Ia enggak mau Luki tahu tentang pengunduran dirinya.

"Saya izin pulang dulu, karena sudah kangen ibu saya," ujar Love berbohong. "Pak Luki sendiri kenapa, pindah kerja gak kasih tahu saya? Saya kira Pa Luki dipecat," lanjutnya.

"Pa Alex mana berani pecat saya," ucap Luki.

"Loh, emangnya kenapa ko bisa gitu, Pak?" tanya Love heran.

"Saya itu, masih saudara sama pak Bowo, jadi gak mungkin Alex berani."

"Tapi kenapa gak kasih kabar kalau dipindah kesini?" Love masih heran.

"Hapeku rusak, jatuh saat aku mau menelpon kamu. Dan sekarang sudah ganti yang baru, nomer kontak semua pada hilang. Sedangkan untuk mencari tahu nomer hapemu saja saya gak sempat, karena sibuk ngurusin ini," ujar Luki panjang sambil menunjuk berkas-berkas yang tadi berserakan.

"Kamu tau, saya tuh seneng banget bisa dipindah kesini." Sambungnya lagi.

"Ko bisa, kenapa, Pak?"

"Ya. Karena ini kota kelahiranmu, aku berharap ucapanku malam itu kamu bisa menerimaku," ujar Luki mengingatkan Love pada saat di restoran dulu.

"Ukhuk! ukhuk!" Love yang sedang meminum jus alpukat, pun tersedak mendengarnya.

"Love, kamu gak kenapa-napa?" tanya Luki panik.

"Gak apa-apa, cuma gak hati-hati minumnya."

"Kamu gak suka ya, kalau aku ngomong gitu?" ucap Luki, tampak kecewa.

"E-enggak ko. Cuma itu, lagi ...," ucap Love gugup dan belum selesai bicara dipotong oleh Luki.

"Aku dah tahu jawabanmu."

"jawaban apa?"

"Jawaban untuk pertanyaanku malam itu."

Love terdiam.

"Gak usah dijawab, Ve. Gak apa-apa," ujar Luki.

Ia tahu Love bakal menolaknya. Karena ia tahu, bahwa Alex juga menyukai gadis dari desa itu. Karena dari setiap ia mendekati Love, selalu saja atasan itu mengacau.

Tapi tidak apa, ia tidak memaksa. Jika Love memilih Alex, asal bisa bahagia. Tapi kalau sampai Alex melukai hatinya, ia akan merebutnya dengan tangannya sendiri.

***

Sudah seminggu Alex tidak menjumpai gadis pujaannya, Love. Akhirnya ia berangkat ke swalayan, karena hari ini Dimas sudah masuk kerja lagi.

"Lo tuh pinter, tapi kenapa sekarang jadi bego gini sih," ucap Dimas sambil meletakan map biru dimeja.

"Map apa ini?" tanya Alex.

"Itu biodata Love. Disitu ada alamat tempat tinggalnya di kampung," ujar Dimas gemas melihat sepupunya ini jadi bodoh gara-gara perempuan.

Alex pun membacanya. "Jogja?!"

"Apaan sih lo, gitu aja panik." Dimas kaget mendengarnya, lalu melempar pena ke Alex.

"Lo taukan yang namanya Luki? Dia itu kupindahkan ke Jogja, di swalayan baruku," kata Alex.

"Ya terus masalahnya apa?" Dimas bingung, tidak paham.

"Luki itu pernah menyatakan perasaannya sama Love." Alex meraup wajahnya kasar.

BOS ITU (Tersedia Ebook) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang