Setibanya di kantor dimana Love bekerja, Alex langsung mencarinya. Dan berkat bantuan sang karyawan bagian kebersihan, Alex diantar ke atas gedung.
Sesampainya di atas ia melihat Love sedang duduk sambil memeluk lutut kakinya, kepalanya menuduk matanya seolah mengintip dari lipatan tangannya yang sedang bertumpu di lutut. Pandangannya tertuju pada pemandangan bangunan-bangunan dibawah hadapannya.
"Ve!" Alex mendekat.
Love diam.
"Kamu tumbenan pagi sekali sudah sampai kantor?"
Love bergeming, ia masih enggan menjawab.
"Ada apa ini? Kenapa kamu diemin aku gini, kita sedikit lagi bakal menikah. Jadi aku mohon, kalau ada apa-apa bilang saja, siapa tahu aku bisa ...."
"Cukup, nikah, nikah dan nikah. Apa kamu yakin mau nikah sama aku?" potong Love dengan nada rendah tapi cukup membuat Alex terkesiap.
"Kenapa tanya itu, apa masih kurang bukti kalau aku serius ingin menikahimu? aku mencintaimu, Ve," ujar Alex yang seraya duduk disebelahnya.
"Lalu kemarin kamu ..., astaghfirulohal'adzim." Love beristighfar, ia malu jika ketahuan sedang cemburu.
"Kamu ini kenapa sih, ko aneh gini?" tanya Alex heran.
"Gak. Aku lagi takut saja, kalau nanti kita menikah. Kamu bakalan ninggalin aku, dan sebelum hal itu terjadi sebaiknya kita gak usah menikah saja," ucapnya dengan menahan sesak di dada, mengingat calon suaminya masih mau menemui mantannya.
"Kamu ngomong apa, udah sekarang kamu pulang. Di apartemen udah ada orang yang kita harus temui," ujar Alex sambil menggandeng tangan Love.
"Tunggu, lepasin tanganku dulu. Siapa orang yang harus kita temui itu?"
"Udah nanti kamu juga tahu."
"Gak mau, sekarang kasih tahu atau aku gak pulang nemui orang itu."
"Ibu dan adikmu sudah sampai di apartemenku, dan aku gak mungkin nemuinnya tanpa kamu," terang Alex, "Aku gak akan batalin nikahin kamu. Ibuku sudah mengundang ibumu kesini, dan satu lagi ingat! walaupun tanpa ibumu kesini pun, kamu gak akan ku biarkan pergi dariku lagi." sambungnya, sambil menatap tajam.
Love diam hanya bisa membuntuti Alex. Ia pasrah sekarang, jika ia minta enggak usah ada pernikahan dengan Alex, pasti Winda dan ibunya kecewa. Untuk sementara ia pendam dulu amarah cemburunya, demi dua orang wanita hebat, yaitu ibunya dan ibunya Alex.
***
Sekarang mereka sudah sampai di apartemen. Love tadi izin tidak kerja, karena kedatangan ibunya. Santi, pegawai itu dibiarkan libur oleh Alex hari ini, sengaja agar membantu untuk melayani calon mertua.
Pria itu senyum-senyum sendiri, sudah enggak sabar ingin segera halalin Love. Melihat gadisnya ngambek, entah karena apa. Membuat Alex takut, jika Love bertemu laki-laki lain dan membatalkan pernikahan. Itu mimpi buruk.
"Ibu, kenapa gak ngabari kalau mau kesini, tahu gitu kan Love bisa jemput di terminal," ucap Love pada ibunya.
Kemudian netranya menyapu ruangan, mana katanya sama Andi. Melihat Love sedang bercengkrama, melepas kerinduan di antara keduanya. Alex pun memilih menghampiri Santi, yang di dapur.
Tampak sedang memasak, bukan sepertinya sedang menghangatkan makanan. "Apa itu, hitam-hitam gitu makananya," gumam Alex.
"Santi, Adiknya Love mana?"
"Eh Pak Alex, dia sedang tidur di kamar. Sepertinya kecapean dia," ujarnya.
Lalu ia berbalik keruang tv, di sana terlihat Love sedang menyender manja pada ibunya. Andai saja bahuku yang buat senderan! Alex membatin.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOS ITU (Tersedia Ebook)
Ficção GeralBagaimana jadinya ketika ingin kerja baik-baik, malah dapat masalah? Urutan terbalik no 1 pindah ke no 2. Ah, ya. Tulisan ini masih berantakan, dan lagi masa pengeditan. Mungkin banyak yang bingung, tapi mohon maklum, ya. Ini tulisan pertamaku😊