Love terbangun saat bunyi suara aplikasi adzan di gawainya, berdering nyaring. Mengerjap-ngerjapkan mata, perlahan membuka, yang pertama dilihat dinding berwarna abu abu. Aneh perasaan dinding kontrakannya putih kusam. Ia pun langsung duduk mengecek pakaian yang dikenakan masih utuh atau tidak. Teringat semalam ia tertidur di mobil, dan setelahnya lupa tak sadar.
"Alhamdulillah yaa Allah, masih utuh," gumamnya. Kini ia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan badan, setelah itu melaksanakan salat subuh.
Untung dia selalu siapkan mukena di tas. Jadi tidak bingung kalau kondisi seperti ini. Setelah salat, seperti biasa lagi, bersih-bersih isi ruangan apartemen. Setelahnya ia memasak buat sarapan.
Namun, d lemari pendingin, Love tidak menemukan sesuatu yang bisa di masak. Ternyata dia lupa, seharusnya pagi ini ia belanja buat kebutuhan dapur Alex.
"Ekhemm!" Suara deheman Alex, memergoki Love.
"Eh Bapak, udah bangun? Maaf, Pak, hari ini saya ga bikin sarapan," kata Love memohon.
"Oke. Ga masalah, gimana kamu sudah mendingan?"
"Sudah, Pak" jawab Love.
"Kalau belom kau bisa izin ga masuk kerja ko," tawar Alex.
"Ga apa-apa, Pak. Saya bisa berangkat kerja." Mengingat besok hari libur. Love tidak mau bermalas-malasan, dengan izin sakit.
"Oh ya, saya peringatin kamu. Kalau pegawai saya ada yang terciduk sedang berduaan dengan lawan jenis, saya tidak akan segan-segan memecatnya." Alex memberi peringatan.
"Mohon maaf, Pak. Perasaan saya saat kerja tidak pernah berduaan," jawab Love sedikit bingung.
"Kemaren yang dipinggir jalan malem-malem, apaan tuh?" koreksinya.
"Tapi saya tidak sengaja, Pak. Masa mau memecat kami, Bapak kalau mau pecat, pecat saya aja, Pak."
"Enak aja kamu minta pecat, masa hukumanmu masih satu hari lagi."
"Jadi yang akan dipecat pak Luki gitu?" khawatir love.
"Tidak, tidak ada yang di pecat, tapi sebagai penggantinya hukuman kamu saya tambah satu hari lagi," ucap Alex dengan senyum penuh misteri.
Sedangkan Love bingung melihat senyuman itu, pasalnya ia belum pernah melihat senyum Alex sedikitpun. sekalinya tersenyum malah aneh rasanya baginya.Karna Love tidak bikin sarapan, akhirnya Alex memesan go food untuk mereka berdua.
"Kamu pagi ini ga masak, gantinya yaitu masak buat makan malam nanti." Alex bersuara di sela-sela sarapan.
"Tapi, Pak. Hari ini saya masuk kerja siang, ga mungkin memasakan buat makan malam nanti, entar keburu Bapak kelaperan lagi."
"Terserah, yang pasti saya mau nanti kamu pulang kerja langsung ke sini," titah Alex dengan wajah datarnya.
Love menggeleng-gelengkan kepala. Ya ampun, begitu amat tidak mau rugi.
Akhirnya Alex pergi berangkat kerja ke kantornya, dan Love pulang ke kontrakan.
***
Di kantor Alex sedang melihat-lihat data-data file kerja sama dengan perusahaan besar dari Singapura, tak berapa lama telepon berbunyi, Alex pun mengangkatnya.
"Hallo!"
"Alex, ini Ibu." Suara seberang telepon.
"Kenapa, Bu?"
"Ibu kangen sama kamu, Ibu mau ke apartemenmu, ya? nanti Ibu masakin makanan kesukaanmu."
"Ya, Bu. Alex juga kengen Ibu. Ayah nanti ikut gak?"
"Ayah ga ikut, katanya nanti sore mau nonton bola aja," terang ibu. "Kalau begitu Ibu tutup ya teleponnya." Sambungan pun tertutup.
Perempuan yang dipanggil ibu itu selalu khawatir sekarang. Apalagi tinggal jauh, tidak satu rumah.
***
Untung hari ini enggak hujan. Love pulang dengan ojeg online agar cepat sampai apartemen. Dan mengerjakan tugas apa yang nanti Alex inginkan, dengan cepat.
Kini Love tepat di depan pintu apartemen Alex. Kemudian ia mau membuka pintu apartemen, tapi dari tadi kuncinya belum ketemu di tas. Tidak mau buang-buang waktu, lantas ia mengetuk pintu. Tidak lama pintupun terbuka, dan tampaklah perempuan paruh baya.
"Siapa, ya?" tanyanya lembut.
"Saya Love, Nyonya, ... eh, Bu." Love bingung, dengan perempuan paruh baya di depannya. Ibunya, atau siapanya si bos.
"Temennya Alex, ya? Saya Winda Ibunya Alex, panggil aja tante, ya. Ayo masuk." Ibunya Alex lalu merangkul mengajak masuk.
"Love kamu sudah datang," kata Alex yang baru saja keluar dari kamar.
"Lex, kamu ko punya temen cantik ga bilang Ibu sih?" tanya ibu. "Tunggu dulu, jangan-jangan kamu pindah ke sini, terus tinggal berdua dengan Love?" Winda memicingkan matanya, mengintrogasi.
"Bu, Love itu ..., karyawan saya Bu, dia ke sini mau saya kasih data yang tertinggal tadi pagi sama aku, Bu," ucap Alex sambil mengedipkan mata pada Love, agar mengiyakan alasannya.
"Oh gitu, kalau pun tinggal berdua juga ga apa-apa ko. Nanti biar Ibu langsung bawa kalian ke KUA," kata Ibu mengoda Alex dan menoel dagu Love.
Alex pun jadi salah tingkah, karena tidak dipungkiri. Ia pun mulai ada rasa suka kepada Love, makanya ia selalu mencari cara agar Love tetap berada di apartemennya.
Kesempatan yang dikatakan Alex pun, di manfaatkan oleh Love agar bisa segera pulang. "Oh, iya Pak Alex, mana data-data yang hari ini tertinggal? Biar saya pulang dan langsung saya kerjakan," pura-puranya.
"Udah jangan urusin kerjaan dulu. Mending kita makan dulu. Ni tadi Tante bawa makanan kesukaan Alex. Sekalian biar kamu tau masakan apa yang Alex suka, agar nanti kalau kalian menikah, kamu tau kesukaan anak Tante." Ajak Winda pada Love.
"Ibu, jangan menggoda gitu, ah." Alex mendesah.
Karena Love belum makan akhirnya menuruti saja ajakan Winda. Sesudah makan Love kembali minta izin pulang namun, tidak diperbolehkan oleh ibunya Alex. Tidak bisa berbuat apa-apa, Love pun menuruti. Karena Winda pun menginap di apartemen.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOS ITU (Tersedia Ebook)
General FictionBagaimana jadinya ketika ingin kerja baik-baik, malah dapat masalah? Urutan terbalik no 1 pindah ke no 2. Ah, ya. Tulisan ini masih berantakan, dan lagi masa pengeditan. Mungkin banyak yang bingung, tapi mohon maklum, ya. Ini tulisan pertamaku😊