Kini Lovr dan Alex telah sampai di pesta perkawinan Dimas dan Siska. Vos itu turun dari mobil terlebih dahulu, berniat membukakan pintu untu perempuan yang dijemputnya tadi.Belum sempat membuka, pintu terbuka lebih dulu dari dalam. Turunlah wanita anggun nan cantik, terbalut gamis merah maron. Senyum manis menghiasi wajahnya. Alex terpaku saat melihatnya, hampir saja tidak berkedip. Tidak seperti tadi saat menjemputnya di kontrakan, mungkin karena di sana penerangannya kurang.
"Mas, bagus banget." Mata Love berbinar-binar ketika masuk ke sebuah gedung, yang sangat megah. Ia terperangah melihat keindahan dan kemewahan di dalamnya.
"Kamu suka?" tanya Alex ketika mendapati Love sedang melongo kagum. Sedangkan gadis itu hanya mengangguk-angguk antusias. Ya, kelas karena ia orang desa, yang biasa dilihat cuma hajatan saja, itu juga di rumah tetangga.
"Nanti kita bisa lebih indah dari yang ini," sambung Alex lagi
Bluusss
Love tersadar mendengar perkataan bosnya. Pipinya merah seketika, dadanya berdegup kencang. Perasaannya pun ikut melayang. Sudah dipastikan wajahnya memerah, seperti kepiting rebus karena malu.
"Jangan menunduk, nanti dikira kita pasangan yang sedang berantem lagi."
Semakin gencar saja ia menggoda."Ve!" Perempuan paruh baya, bersanggul belakang kepala. Datang menghampiri.
"Tante."
"Kamu cantik sekali malam ini." pujinya.
"Trima kasih, Tante."
"Ayo kita beri selamat buat Dimas." Ajak Winda sambil tangan kirinya merangkul Love, dan tangan kanannya menggandeng Alex. Saat seperti ini, Love seperti sudah jadi menantunya saja.
"Hai, Bro. Akhirnya datang juga," ucap Dimas.
"Pasti dong, selamat, ya," ucap Alex pada Dimas, ia memeluknya serta menepuk bahu bangga pada sepupunya itu.
"Selamat ya Siska, jaga suamimu biar ga macem-macem," katanya untuk Siska yang langsung dapat tonjokan di lengan dari Dimas, sedangkan Alex cuma cengengesan.
"Selamat ya buat kalian berdua," ucap Love pada Dimas sambil menelungkupkan kedua tangan, memberi salam. Kemudian berlalu ke Siska dan disambut dengan cipika-cipiki sesama perempuan.
"Trima kasih,ya. Udah mau datang," ucap Siska.
"Ya sama-sama, semoga kalian menjadi keluarga yang sakinah mawadah warohmah, ya."
"Aamiin. Terima kasih ya doanya."
"Alex, ayo kita ajak Love menikmati hidangan pesta dulu." Ajak ibu kembali.
Saat mereka bertiga berlalu, tidak sengaja Ove mendengar Siska berbisik, "Mereka serasi ya?" Suaranya cukup jelas di dengar.
***
Alex dan Love sedang menikmati sajian pesta, setelah selesai Winda permisi untuk menemani orang tuanya Dimas. Kini tinggal berdua. Sesekali Love mendapati Alex sedang memandangnya sambil tersenyum.
"Mas, Mas, Mas Alex!" Seru Love membangunkan lamunan Alex, segitunya memandangnya sampe enggak dengar dipanggil namanya.
"Eh, ada apa?"
"Saya mau ke kamar kecil."
"Ayo aku antar."
"Gak usah, Mas, biar aku sendiri aja," ucap Love sambil berlalu ke kamar kecil.
.
.
.
"Hai Dimas selamat ya?" ucap seorang perempuan."Hei, akhirnya datang juga, sendirian?" tanya Dimas.
"Ya begitulah, tadinya mau minta bareng Alex, tapi dia gak bisa di hubungi," ucap perempuan tadi yang tidak lain adalah Jihan.
Jihan memandang sekitar gedung, pandangannya menyapu sekeliling bangunan. Kemudia netranya terhenti di satu titik. "Dimas, selamat ya buat kalian berdua," ucapnya lagi sambil berlalu dengan gembira.
Dimas bingung dengan Jihan, tapi seketika jadi panik saat melihat temannya itu menghampiri Alex yang sedang duduk sendirian,
"Mudah mudahan aja Love gak lihat," gumamnya khawatir.***
"Hai Alex, sendirian?" ucapnya riang.
"Eh, kamu dateng juga?"
"Iya masa ga dateng, kan Dimas temenku juga," kata Jihan seraya duduk di kursi tempat Love tadi.
Mereka berdua ngobrol sambil tertawa riang, membicarakan tingkah Dimas semasa membujang. Tadinya Alex menolak untuk bicara, namun dengan jurus maut Jihan yang bilang ini hari terakhir di indonesia, akhirnya Alex merasa tidak enak jika harua menolak.
Mereka tidak sadar ada sepasang mata memperhatikannya dari kejauhan.
***
Setelah dari kamar kecil Love segera kembali, menuju meja menghampiri Alex. Namun, mendadak tunuhnya kaku, lidah terasa kelu, merasakan sesak di dada. Melihat Alex berduaan dengan Jihan.
Terlihat bahagia sekali pria itu, jelas tampak dari gaya bicaranya. Jelaslah ia kan pasangan kekasih, yang lama tak jumpa! batin Love. Tkdak terasa ia menitikkan air mata.
Tidak tahan melihat pemandangan itu, ia pun berbalik, berlari ke belakang gedung. Bingung, apakah harus menangis, kenapa harus begini? Sedangkan tadi ia merasa terbang, setiap mendengar manisnya ucapan Alex. sekarang, seolah terjatuh dari ketinggian, rasanya sakit.
Cukup lama terdiam, Love mulai tenang. Ia pun masuk lagi, untuk berpamitan pada Dimas. "Dimas, Siska, sekali lagi selamat, ya. Aku pamit pulang dulu, ya?"
"Alex mana?" kata Dimas yang pura-pura tidak tahu. Padahal ia cemas, melihat dari tempat ia berdiri tampak jelas sepupunya sedang asyik berbincang-bincang dengan Jihan.
"Mas Alex lagi ada urusan. Udah gak apa-apa aku bisa pulang sendiri, ko."
"Kamu yakin gak apa-apa?" kata siska, dia juga cemas.
Love pun mengangguk, berusaha tersenyum, memastikkan kalau dirinya baik-baik saja dan berlalu pergi.
***
Bodoh! Bodoh! Bodoh!
Alex merutuki kebodohannya sendiri, Kenapa malam lupa ada Love, sekarang di mana dia? Sejak tadi malam gadia itu susah dihubungi, didatangi kontrakannya juga tidak ada.
Bos itu bingung harus kemana, mungkin kerumah ibu, siapa tahu ibu tau di mana Love. Pikirnya.
"Nak, ada apa pagi-pagi ke rumah?" tanya Winda
"Love semalem pergi dari pesta tanpaku, aku tau aku salah. Seharusnya aku tidak asyik berduaan sama Jihan, aarrgghh," sesalnya sambil menjambak rambut frustasi.
"Tenang dulu, coba tanya temen yang deket Love, siapa tau dia tau dimana Love sekarang," ujarnya menenangkan.
Alex bergeming, teringat sesuatu. "Aku pergi dulu, Bu." Alex berpamitan pergi.
Tampak Winda menarik napas, ada-ada saja kelakuan anaknya. Kenapa bisa lupa, padahal apa istimewanya Jihan sekarang?
***
Love semalem pulang ke tempat Santi. Ia tau jika pulang ke kontrakan, Alex pasti akan menemukannya. Ia tahu yang harus dilakukannya sekarang adalah, berhenti bekerja. Agar tidak mengganggu hubungan Alex dan pacarnya. Ia sadar kalau ia tak secantik dan semodis Jihan yang begitu sempurna.
"Apa! Mau berhenti kerja?" Santi tak percaya akan niat Love.
"Iya, mungkin aku bisa cari kerjaan yang lain. Tapi aku mau pulang menemui ibuku dulu. Aku kangen dengannya."
"Tapi alasanmu apa? Kenapa bisa begini, hah?" Santi menatap Love tidak percaya.
Temen yang satu ini memang belum tahu kalau Love dan Alex ada sesuatu di antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOS ITU (Tersedia Ebook)
General FictionBagaimana jadinya ketika ingin kerja baik-baik, malah dapat masalah? Urutan terbalik no 1 pindah ke no 2. Ah, ya. Tulisan ini masih berantakan, dan lagi masa pengeditan. Mungkin banyak yang bingung, tapi mohon maklum, ya. Ini tulisan pertamaku😊