9 - Dihukum lagi

1.4K 102 0
                                    

"Syantik syantik gini hanya untuk beby Keenan bala-bala"
-Milliya Winata

💃💃💃

Kania berlari menaiki tangga menuju lantai dua dimana kelasnya berada. Sebuah prestasi buruk yang kembali diraihnya, Kania telat lagi.

Kali ini bukan karna dirinya yang telat bangun ataupun ke asikan nonton spongebob, melainkan karna Gafa yang ngotot ingin membelikan Kania milk shake coklat. Gafa ingin Kania semangat belajar dengan meminum minuman kesukaannya.

Padahal pagi itu, kios milk shake yang berada di depan komplek perumahan mereka masih tutup. Sehingga Gafa memilih menunggu sampai kios milk shake itu buka. Alhasil karna kios itu ternyata bukanya lama, Kania yang harus menanggung resiko telat ke sekolah.

Awalnya dia memang sangat bersemangat karna dapat meminum minuman kesukaannya sebelum berangkat sekolah. Ditambah dengan Gafa yang mengatarkannya ke sekolah membuat mood Kania benar-benar baik. Namun saat sampai di sekolah dan milk shake coklatnya habis, Kania jadi kesal karna dia harus mengendap-endap supaya tidak dihukum karna telat.

"Tolong Kania ya allah. Semoga aja Kania ga ketahuan sama singa-singa yang lapar". Doanya dalam hati. Bagi Kania, guru BK adalah singa terseram di dunia. Karna jika Kania melanggar peraturan, guru BK pasti menatap Kania dengan pandangan siap memangsa.

"KANIA!"

Suara panggilan menyebut namanya, menghentikan langkah Kania yang sudah mencapai tangga teratas lantai dua.

"Mati guee!" Umpat Kania sambil menepuk jidatnya.

Suara langkah sepatu menaiki tangga membuat jantung Kania semakin ingin copot. Refleks, Kania membalikkan badannya sambil menunduk dan memejamkan matanya.

"Maaf pak. Saya telat bukan karna dosa saya kok pak. Serius!" Kania mengangkat jarinya membentuk huruf 'V' sambil tetap menunduk dan memejamkan matanya.

Namun selanjutnya bukan suara amarah ataupun kultuman yang sudah Kania takutkan, melainkan suara tawa yang menggema di tangga lantai dua ini. Kania bingung kenapa guru didepannya ini malah tertawa? Karna semakin penasaran, Kania pun memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya dan dia malah melihat Keenan yang sedang tertawa terpingkal-pingkal.

"KEENANNN LO LAGI LO LAGI!!" Kania langsung berteriak dan memukuli pundak Ken. Sungguh Kania kesal. Padahal dia sudah cukup panik karna takut dihukum lagi.

"Cieeee uda kenal gue cieee...". Bukannya merasa kesakitan dipukul Kania, Ken malah meledeknya.

"Lo tu yah, kaki gue uda lemes gara-gara takut dihukum lagi". Kania sudah berhenti memukuli Ken karna kini dia sibuk menetralkan detak jantungnya.

"Dih, cewek singa kaya lo takut hukuman ternyata". Ledek Ken lagi.

Karna semakin kesal, Kania membalikkan badannya dan langsung berlari menuju kelasnya. Namun, saat sampai di depan kelasnya Kania hanya diam sambil melirik-lirik kedalam kelasnya.

"Ah elah buk Lina uda masuk lagi. Gimana gue masuknya?" Umpatnya dalam hati.

Namun tiba-tiba, Kania tersenyum dan langsung melepas tas ransel dari pundaknya. Kania menyelipkan tasnya di bawah kursi yang ada di depan kelasnya. Tetapi sebelum itu, ia mengeluarkan satu buku tulis dan kotak pensil untuk ia selipkan di jendela kelasnya.

Ken yang masih memerhatikan Kania dari tangga pun tersenyum karna mengerti apa yang akan Kania lakukan. Tentu saja Ken tau, karna ia juga pernah melakukannya.

Kania pun merapikan seragam, rambut dan dasinya yang sempat berantakan akibat berlari tadi. Kemudian ia masuk ke kelasnya dengan wajah ceria nya.

"Permisi buk. Maaf buk, saya baru dari kamar mandi". Semua orang yang ada di depan kelas XI ipa¹ itu pun menoleh ke pintu dan melihat Kania berdiri sambil tersenyum.
Begitupun dengan Milli dan Windy yang tampak terkejut melihat kedatangan Kania.

"Windy Windy, bukannya Kania tadi belum dateng yah?" Tanya Milli sambil memajukan wajahnya mendekati telinga Windy.

"Alibi doang dia mah. Palingan juga telat lagi." Windy menjawab dengan santai. Sebenarnya Windy sedang berusaha menahan tawanya agar tidak meledak melihat wajah polos minta ditampol Kania.

Buk Lina yang mulai sadar dari terkejutannya pun, langsung berdiri dan berjalan mendekati Kania. Ia melipat tanggannya di dada dan memelototkan matanya.

"Kamu fikir saya percaya! Saya sudah hampir satu jam disini, dan kamar mandi hanya berselang dua kelas dari kelas ini, jadi tidak mungkin kamu begitu lama di kamar mandi". Ucap buk Lina dengan suara meninggi.

Kania sempat bingung mau menjawab apa. Namun, ia begitu pandai menyembunyikan ekspresi takutnya. Dengan santai dia pun menjawab.

"Ya ampun, ibu ga percaya banget sih sama saya. Saya tadi ke kamar mandi lantai bawah buk. Kamar mandi sebelah lagi rusak gara-gara kemaren ada kodok nyangkut di toiletnya". Jawabnya sambil terus berusaha membuat buk Lina percaya.

Dan jawaban itu membuat teman-teman sekelas Kania berusaha menahan tawa mereka agar tidak meledak. Sungguh jawaban yang sangat konyol.

Namun buk Lina tampak berfikir sejenak. Melihat wajah Kania yang tampak polos dan santai, membuat buk Lina percaya. Ia pun langsung menyuruh Kania duduk.

Tanpa mereka sadari, Ken mengintip dari jendela dan sedang berusaha keras menahan tawanya. Ken merasa bingung, mengapa gadis seperti Kania berani melakukan hal itu. Kania begitu pintar mengubah mimik wajahnya agar tidak takut dan gugup di depan buk Lina.

Ken pun menghentikan tawanya karna sekelebat ide jahil melintas di otaknya. Ken berjongkok untuk mengambil ransel biru yang terselip di bawah kursi. Ken mengambil ransel itu, dan langsung berjalan menuju depan kelas Kania.

"Permisi buk, ini tas nya Kania ketinggalan di bawah kursi depan". Ken mengetuk pintu dan berbicara dengan santai.

Buk lina yang mendengar itu pun langsung melotot dan berdiri dengan pandangan mata tidak lepas dari Kania. Dia langsung paham dengan apa yang terjadi.

"KANIAAA KELUAR KAMU DARI KELAS SAYA!!" Tanpa bisa menahan amarahnya, buk Lina langsung meneriaki Kania.

Kania yang mendengar itu pun hanya bisa pasrah dan langsung berjalan ke luar kelas dengan wajah nelangsa nya. Ia kesal dengan Ken. Namun, mau dia membunuh Ken pun tidak akan membuat amarah buk Lina meredam.

Ken yang melihat wajah Kania pun berusaha sekuat mungkin untuk menahan tawanya. Tetapi, Ken sedikit kasihan juga melihatnya. Dan reaksi yang ditunjukan Kania saat melewati Ken sungguh jauh dari apa yang Ken fikirkan. Awalnya Ken mengira, Kania akan menghajarnya seperti yang dilakukan orang-orang saat rahasianya dibongkar. Namun, Kania hanya berjalan menunduk melewati Ken.

"Dan kamu Ken kenapa tidak masuk ke kelas?" Suara buk Lina menyadarkan lamunan Ken. Sehingga membuat Ken langsung menatap buk Lina.

"Saya males di kelas buk. Ada pelajaran matematika. Saya selalu ketiduran kalau uda pelajaran itu". Ken menjawab dengan santai. Namun, jawaban santai nya itu langsung membuat buk Lina kembali memelototkan matanya.

"KAMU DAN KANIA BERDIRI DI LAPANGAN. HORMAT BENDERA SAMPAI PELAJARAN IBU SELESAI!!" Teriakan buk Lina membuat seluruh anak-anak XI ipa¹ langsung menutup telinga mereka.

"Siapp bukk!" Ken langsung meletakkan tangannya di dahi bergaya hormat. Entah apa yang ada di fikiran Ken, ia malah tampak senang dan langsung berbalik menuju lapangan.

Selepas kepergian Ken, buk Lina kembali ketempat duduknya dan tampak sibuk merapikan seragam dinasnya.

"Baru kemaren tanem benang di pipi, rusak deh ni gara-gara teriak mulu," Curhat buk Lina.

Makasi buat yang uda bacaa💙



KANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang