41 - Pilihan

798 69 6
                                    

"Kenapa sih perempuan harus disuruh memilih? Bukankah kita bisa mendapatkan keduanya? Pertanyaan itu sejak awal sudah menempatkan posisi perempuan seolah-olah tak berdaya,"
-Najwa Shihab

panutanQ.

💃💃💃

Kania duduk dibawah kursi roda Bunda. Sedari tadi, Bunda terus mengelus puncak rambut Kania sembari tersenyum damai. Seolah Bunda merasa, rasa rindu dan bersalah yang selama ini menghimpit sudah membuat dadanya menjadi melega.

Raditya tersenyum melihat itu. Senyum Bunda sangat indah di matanya. Senyum yang selama ini hilang, akhirnya dapat kembali terukir setelah banyak nya percobaan bunuh diri yang selama ini dilakukannya.

Ruangan itu tampak hening. Hanya bunyi gesekan kursi roda Bunda yang dari tadi menggema. Seolah orang-orang di ruang ini tak ingin momen antara Kania dan ibu kandungnya hancur hanya karna salah satu dari mereka salah bicara.

Melihat kesunyian ini, Handoyo memutuskan untuk pulang. Ia tidak ingin Sania semakin merasa sakit jika melihat sang putri tercintanya kini telah menemukan keluarga kandungnya. Handoyo tau, saat ini Sania sedang menahan tangis yang siap ia keluarkan saat tidak berhadapan dengan Kania.

"Baik, tugas kami sudah selesai. Kami harus pulang."

Mendengar itu Kania bangkit. Melepas elusan Bunda dengan lembut. Dan dengan wajah khawatir berjalan menuju Sania dan Handoyo.

"Mama Papa mau kemana...?"

Sania mencoba tersenyum dan memeluk Kania hangat. "Kita mau pulang sayang. Kamu kan udah ketemu sama keluarga kandung kamu. Ada hal yang harus diurus sama Mama dan Papa."

Dalam peluknya Kania menggeleng. "Enggak, Kania nggak mau kalian pergi. Kalian juga orang tua kandung bagi Kania..."

Air mata kembali menetes dari mata Sania. Jujur ia juga tidak sanggup jika harus menyerahkan Kania. Namun ia juga bingung saat ini, Kania akan memilih tinggal dengan siapa?

Raditya ikut bangkit dan berjalan ke arah mereka. "Kania, kamu...nggak mau tinggal sama Ayah?" Tanyanya hati-hati agar tidak ada yang tersinggung.

Kania mengernyit bingung. "Kenapa sih Kania disuruh milih? Kalo Kania bisa milih dua-dua kenapa harus salah satunya? Kalian semua orang tua kandung Kania pokoknya!" Tegasnya.

"Kan, Lo mau belah badan Lo gitu?" Cetus Gafa. Sebenarnya ia juga tidak sanggup jika harus berpisah dengan Kania. Tapi biar bagaimanapun ia tau,  Kania tidak akan kesepian jika disini. Tidak seperti dirumah keluarga Handoyo, Kania selalu sendirian karna masing-masing dari mereka memiliki kesibukkan tersendiri.

Kania mulai berfikir. Jujur ini berat. Kania tau, salah satu dari mereka akan sedih jika Kania memutuskan untuk tinggal dengan salah satunya. Namun seolah mendapat ide wajahnya berubah menjadi antusias.

"Mama papa tunggu sini bentar aja. Kania mau mikir dulu di kamar mandi."

Orang-orang disana tertawa kecil. Menuruti perkataan Kania dan kembali duduk. Naura pun mengantarkan Kania ke kamar mandi dan meninggalkan Kania disana sendiri.

Kania tidak benar-benar berfikir. Kania terlalu bingung. Fikirannya buntu. Ia ingin menghubungi seseorang dan bertanya solusi terbaik.

KANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang