"Udah dibilang berkali-kali kan, jangan nilai orang dari luarnya doang."
-Ken tukang cenayang.💃💃💃
"Baik, pelajarannya kita akhiri sampai disini. Kalian boleh pulang."
Ucapan pak Abdi, membuat Kania dan Ken yang hampir saja menuju alam mimpi, langsung memelototkan mata mereka. Mereka bersyukur dalam hati karna akhirnya bisa keluar dari 'Neraka'. Ya, Neraka. Karna Kania dan Ken benar-benar merasa tersiksa berada di sini.
Penjelasan panjang dari pak Abdi mengenai Limit Fungsi, hanya masuk setengah saja ke otak mereka. Kania dan Ken merasa kasihan pada otak kecil mereka jika harus menanggung banyak-banyak rumus. Dan mungkin kini otak mereka sedang menangis karna terlalu lelah menghadapi matematika ini.
Keenam orang yang memasang ekspresi berbeda-beda itupun langsung membereskan peralatan belajar dan berjalan untuk menyalimi pak Abdi. Dan saat yang lainnya sudah keluar, Kania memilih barisan paling akhir karna ia ingin berbicara sedikit pada pak Abdi.
"Pak, kenapa sih, matematika tu ribet amat? Kasian otak Kania harus mikir keras buat paham materinya. Entar kalok Kania kejang-kejang karna overdosis rumus, bapak yang tanggung jawab ya," Curhat Kania saat melihat yang lain sudah pada keluar.
Pak Abdi yang sedang membereskan barang-barang nya pun, menyempatkan diri menatap murid yang tidak pernah bisa dimengerti pemikirannya ini. "Apa yang kamu suka, Kania?" Bukannya menjawab, pak Abdi malah mengajukan pertanyaan lagi pada Kania.
"Kak Alvin pak," dan kemudian matanya melotot, "Eh maksud saya sastra pak!"
Langsung saja Kania merasa keringat dingin dan jantungnya sedang berdegup hebat. Kania panik karna sudah membocorkan rahasiannya sendiri. Sementara pak Abdi yang mendengarnya pun sedikit terkejut. Ya, cuman sedikit karna wajah pak Abdi sudah didominasi oleh kedataran hingga Kania tidak bisa menangkap gelagat kaget diwajahnya.
"Kamu suka sastra dan kamu pasti akan menyisihkan waktu untuk lebih mendalami apa yang kamu suka itu kan?" Tanya pak Abdi lagi. Pura-pura tidak dengar cetusan Kania.
"Iya pak," Ujar Kania mencoba tenang.
"Nah, kalau kamu pingin dengan mudah memahami matematika, kamu harus mulai dengan menyukai nya terlebih dahulu. Kalau kamu sudah suka, saya jamin pasti kamu akan mulai mencoba menyisihkan waktu untuk mempelajari matematika. Karna sesuatu yang kita suka, akan lebih kita prioritaskan,"
"Dan kamu jangan takut overdosis rumus, karna kalau kamu sudah mempelajari nya pasti kamu tidak akan merasa matematika itu menyeramkan. Ya memang semua itu harus sesuai dengan niat kamu. Kalau kamu meniatkan diri kamu untuk belajar matematika, saya yakin kamu pasti bisa."
Kultuman panjang pak Abdi membuat Kania menggangguk-anggukan kepalanya. Kania mengerti sekarang. Dari SD, Kania memang selalu lemah di pelajaran matematika karna ia selalu mengganggap jika matematika adalah sesuatu yang tidak akan pernah dia mengerti. Hingga SMP dan saat ini pun Kania tidak pernah suka dengan matematika.
Dan pak Abdi benar, Kania mencintai sastra hampir separuh hidupnya. Kania selalu berusaha untuk bisa lebih memahami sastra. Dan segalanya terbukti dari cerpen dan puisi karya Kania yang sudah dipajang di mading.
"Kania harus coba nyelingkuhi sastra sama matematika dulu kalau gitu ya, pak?"
Pak Abdi tercengang. Kania selalu mempunyai kosa kata yang membuat orang lain ingin tertawa. Tapi karna hati dan wajah pak Abdi datar, jadi beliau hanya tersenyum tipis saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
KANIA
Teen Fiction(SUDAH TAMAT) 💃💃💃 Jika biasanya hanya para lelaki yang tidak pernah mau berurusan dengan wanita. Kisah ini berbeda. Kisah ini menceritakan tentang seorang gadis ceria bernama Aretha Kania Handoyo yang tidak pernah mau berurusan dengan laki-laki d...