"Allah punya jutaan rahasia yang membuat kita berfikir untuk bersyukur atau harus membangkang. Karna biar bagaimanapun jalan yang terbaik hanyalah tetap menjalani hidup dan mensyukuri segala hal yang Allah beri."
💃💃💃
Sania tertidur di meja kerjanya. Daripada makan, Sania lebih memilih tidur di jam makan siangnya kini. Ia terlalu lelah karna habis melakukan operasi pada penderita penyakit gagal ginjal.
Ponselnya berdering dan menampilkan nama baby sister anaknya, Gafa.
Sania langsung tersenyum dan mengangkatnya. "Iya Gafa, ada apa sayang?"
"Mama Mama, temen Gafa, Dimas udah punya adik loh!"
Gafa langsung berceloteh heboh. Sedangkan Sania langsung muram. Ia tau apa yang akan dikatakan Gafa lagi.
"Adiknya cantik banget. Perempuan. Kata Dimas dia mau kasih nama adiknya Doraemon. Soalnya kan Dimas suka Doraemon."
Sania masih diam mendengarkan.
"Nanti kalau Gafa punya adik, Gafa mau kasih nama Ultraman ya Ma. Biar bisa Gafa ajak main terus."
Sania terkekeh dengan kepolosan anaknya yang masih berusia 5 tahun itu. Namun Gafa tidak dapat melihat bahwa air mata Sania menetes.
Harapan Gafa, terlalu mustahil untuk diwujudkan nya.
Ya, Sania sudah kehilangan rahimnya saat dirinya melahirkan Gafa. Kondisi rahimnya yang tidak baik-baik saja, mengharuskan dokter untuk mengangkat rahimnya. Maka dari itu, sejak melahirkan Gafa, Sania tidak dapat memiliki anak lagi.
"Ma, kemaren pas Gafa main ke rumah sakit mama, Gafa liat banyak banget dedek bayi. Mama beli satu ya buat Gafa, plisss."
Sania terkekeh. Ia membayangkan bagaimana wajah Gafa kini. Dengan mata bulat dan pipi gembulnya, Gafa selalu membuat Sania semangat menjalani hidupnya. Saat dokter mengangkat rahimnya, ia dan suaminya yakin jika mereka dapat hidup bahagia hanya dengan memiliki Gafa. Namun itu tidak berlaku pada Gafa. Gafa kesepian karna kedua orangtuanya sibuk bekerja. Hingga ia hanya ingin seorang adik yang kelak dapat menemaninya bermain saat orangtuanya bekerja.
"Yaudah sayang Mama kerja dulu ya." Sania langsung mematikan sambungan teleponnya. Ia sudah tidak tahan. Sania hanya ingin menangis. Menangisin betapa tidak bergunanya dirinya sebagai seorang ibu.
Sania menghapus air matanya dan mencoba menguatkan diri. Ia berdiri dan hendak ke kafetaria bawah untuk membeli beberapa roti kesukaan Gafa. Ia hendak pulang karna memang kerjaannya sudah selesai.
Namun saat di lobby depan, Sania terhenti karna melihat seorang gadis kecil dengan ayahnya yang mengendong bayi duduk termenung di depan ruang UGD. Melihat gadis kecil itu, Sania merasa iba hingga ia menghampirinya dan bermaksud memberikan roti yang dibelinya untuk Gafa.
Pria yang mungkin seumuran Sania itu terlonjak. Kaget karna kedatangan Sania yang dirasanya tiba-tiba.
"Ada apa ya, pak?"
Pria itu masih diam. Dari matanya Sania tau bahwa dirinya sedang dihadapkan pada cobaan besar. Pundaknya yang melemah semakin membuat Sania merasa harus membantu orang ini.
"Istri saya kecelakaan dan harus di Operasi..." Katanya mulai membuka suara. "Tapi saya benar-benar tidak tau harus apa karna usaha saya baru saja ditipu. Saya benar-benar kehabisan uang sementara orang-orang yang saya kenal tidak ada yang bisa membantu saya. Saya benar-benar bingung sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
KANIA
Teen Fiction(SUDAH TAMAT) 💃💃💃 Jika biasanya hanya para lelaki yang tidak pernah mau berurusan dengan wanita. Kisah ini berbeda. Kisah ini menceritakan tentang seorang gadis ceria bernama Aretha Kania Handoyo yang tidak pernah mau berurusan dengan laki-laki d...