28 - Ada Apa Dengan Alvin?

1K 82 1
                                    

"Hati-hatilah dalam memilih gebetan. Karna kalau gebetan kalian galak, mundur aja coy. Serem."
-Kania yang putus asa

💃💃💃

"Gue pulang duluan ya, Kan."

Windy pamit pada Kania yang sedang memainkan hp nya dengan santai. Bel sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu namun Windy masih belum pulang karna belum siap mendownload video klip BlackPink yang kill this love. Windy termasuk kedalam salah satu murid yang mencintai Wifi sekolah dengan sepenuh hati. Sedangkan Milli sudah menghilang dari tadi karna ia ingin buru-buru pulang dan nonton katakan putus.

Kania mengangguk. "Heem, hati-hati, Win," Katanya tanpa mengalihkan matanya dari layar handphone. Kania lagi ngasih makan pou makannya dia harus fokus.

"Harusnya lo yang hati-hati kali," Ucap Windy menghentikan langkahnya yang hampir mencapai pintu.

Kania memandang Windy. Pou-nya sudah membucit jadi Kania bisa mengalihkan perhatiannya sebentar sebelum ia memandikan pou yang sudah menciptakan dua biji eek. "Kok gue?"

"Hati-hati jumpa kak Alvin. Awas pingsan kalo diliatin dia."

Windy langsung berlari. Tidak memedulikan wajah Kania yang sudah kesal. Kania bahkan sudah hampir melempar kotak pensil spongebob nya kalau tidak berfikir kasian pada spongebob itu. Kania tidak mau spongebobnya kesakitan.

Tak lama Windy pergi, Ricky masuk dengan membawa dua cup minuman. Yang satu jus mangga dan yang satunya lagi Milk Shake coklat.

"Nih." Ricky menyerahkan Milk Shake coklat itu pada Kania.

Kania melihatnya dan langsung sumringah. Tanpa pikir panjang, Kania langsung mengambil minuman itu dan menyedotnya hingga tinggal setengah.

"Beneran tadi pagi lo nggak di apa-apain sama anaknya pak Abdi?" Ricky menghancurkan keheningan di kelas yang memang hanya tersisa mereka bedua.

Kania menatap Ricky dan langsung mengangguk. Kania bingung mengapa Ricky menanyakannya lagi padahal tadi pagi sepertinya ia sudah percaya-percaya saja dengan omongan Kania. Makannya ia langsung memberikan respon yang cepat.

Namun sesaat Kania mengerutkan keningnya. "Anaknya pak Abdi? Sok tau amat lo jadi human!"

Apa-apaan Ricky ini. Dari wajahnya saja sudah terlihat tidak ada sedikitpun kemiripan pada keduanya. Kalaupun Alvin anaknya pak Abdi, sejak awal Kania sudah menyerah bahkan sebelum berjuang mencintai Alvin. Takut kalau syarat untuk menjadi menantunya adalah harus memberikan nama anak mereka 'Matematika'.

"Mukanya kan sama-sama datar. Jadi gua pikir mereka anak bapak," Katanya polos.

"Kalo mereka keluarga, lo bayangin aja kalo mereka mau parkir di mall harus ngitung luas daerah parkir sama luas rata-rata mobil mobil disana. Ditambah ngitungin daya tampung maksimum sama minimumnya. Terus nentuin model matematikannya dah."

Ricky terkekeh. "Iye juga, mungkin entar kalo punya adik kembar tiga namanya Sin Cos Tan."

Kania pun tertawa. Dan alhasil kini dua orang itu tertawa bersama menikmati guyonan receh mereka.

"So sweet amat ni yeee ketawa bareng. Lupa kalo matematika yang manjah itu butuh belaian kalian."

Suara yang tak asing muncul dan langsung menghentikan tawa dari kedua nya. Kompak mereka menoleh ke arah pintu dan melihat Ken sedang berdiri sok keren dan nenyandarkan tubuhnya di daun pintu.

KANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang