23 - Terluka

1.1K 91 0
                                    

"Jangan takut disamakan dengan binatang, karna beberapa binatang memiliki kemampuan yang tidak dimiliki manusia."
-Gafa si simpanse

💃💃💃

Kania sedang memakai sepatu hitam putih khas anak sekolah di depan teras rumahnya, dengan wajah nelangsa. Seperti hari-hari biasanya, tadi ia hanya sarapan berdua dengan Gafa karna mama dan papanya sudah berangkat kerja subuh-subuh tadi.

Bukannya tidak senang karna untungnya Gafa kuliah siang sehingga ia masih punya waktu untuk Kania, namun ia kembali merasakan sepi lagi. Kesepian, seolah hidup Kania hanya berisi senyuman jahil Gafa saja.

Belum lagi pulang sekolah nanti ia tidak bisa pulang cepat karna harus mengikuti pelajaran matematika tambahan, membuat mood Kania benar-benar hancur. Awalnya ia berharap mamanya tidak menyetujuinya, namun karna Ricky juga ikut, mamanya pun mengizinkannya bahkan mendukungnya. Mungkin hidup Kania sedang tertimpa duren tanpa isi sehingga ia harus merasakan durinya saja.

"Udah kelar belom sih make sepatunya? Gua udah dua kali boker dan lo masih make sebelah sepatu doang?!" Pertanyaan ngegas Gafa membuat Kania merubah ekspresi wajahnya menjadi tersenyum kecil. Ia tidak ingin Gafa mengetahui apa yang sedang dirasakannya kini.

"Bentar, dikir lagi," Ujar Kania sembari menunduk untuk mengikat tali sepatunya.

"Buruan! Entar papa ngomelin gue lagi kalau lo dihukum karna telat," Omel Gafa yang sudah duduk di motor ninja hijaunya.

Kania tidak menjawabnya, karna kini ia sudah selesai memakai sepatu. Ia berjalan kearah Gafa dengan wajah di galak-galakkan. Bukannya takut, Gafa justru lebih memperseram wajahnya.

"Keong!" Ejek Gafa yang membuat Kania mendelik.

"Abang simpanse!" Balas Kania sembari menaiki motor Gafa.

"Gapapa simpanse, tu binatang kan pinter." Gafa semakin tidak mau kalah.

"Berangkat woy! Jangan ngabsenin nama binatang mulu."

Suara teriakan membuat mereka menoleh ke sumber suara. Sontak Kania pun mendelik saat melihat orang yang sedang tertawa ngakak karna melihat perdebatan dari Kania dan Gafa.

"Kok lo disini?" Tanya Kania pada Ricky.

Ya, Ricky lah manusia yang sedang tertawa terpingkal melihat pertengkaran Kania dan Gafa.

"Lu bego amat sih, lo lupa sama yang dibilang emak lo semalem? Gue kan pindah ke sebelah rumah lo karna orangtua gua lagi di paris," Ujar Ricky yang membuat mata Kania membulat.

"Lo tinggal sendiri?" Tanya Kania dan disambut Ricky dengan anggukan. "Hati-hati ya, lo jangan suka duduk di teras pas waktu sholat, di komplek ini kalau malem suka ada yang lewat pakek baju putih," Lanjutnya bermaksud menakut-nakuti Ricky.

Ricky membeku. Ia phobia dengan segala hal yang berbau setan. Karna dulu waktu kecil, Ricky pernah melihat kuntilanak saat sedang main bola magrib-magrib. Saat itu Ricky benar-benar menjauhi segala hal berbau gaib karna takut melihat setan lagi.

"Lo serius? Emang siapa?" Tanya Ricky mencoba menahan tubuhnya yang bergetar karna takut.

Kania mengangguk, "iya, tiap abis sholat isya, pak haji sering beli sate di depan komplek. Nah dia suka pake baju jubah putih terus suka marahi orang-orang yang nggak sholat. Kalo udah marah dia serem banget, makannya lo hati-hati. Mendingan lo rajin sholat aja biar nggak liat amukan dia," Jelasnya sambil menyuruh Gafa menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi.

KANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang