44 - Ikhlas

773 64 4
                                    

"jika memang tidak berjodoh. Tuhan juga memiliki ribuan cara untuk memisahkan."

💃💃💃

Lorong rumah sakit yang sepi membuat rintihan tangis Kania menggema. Ia memeluk Gafa erat. Mencoba mencari kepastian bahwa ini semua hanyalah mimpi.

Namun Dokter tadi sudah memastikan bahwa kanker paru-paru, memang nyata hinggap di tubuh Alvin. Bahkan kini kanker itu sudah mulai memasuki stadium 4.

Gafa sendiri masih dipenuhi dengan ribuan pertanyaan. Saat Kania tiba-tiba menelponnya dengan menangis histeris dan mengirimkan lokasi di daerah pemakaman, dirinya kalut. Hingga bahkan dirinya yang sedang ada kelas rela meninggalnya demi memastikan adiknya ini baik-baik saja.

Gafa mengenal pria itu. Orang yang berhasil menenangkan Kania di gudang kala itu. Namun Kania tidak pernah menceritakan apapun tentangnya. Tapi mengapa Kania sampai sehisteris ini.

Gafa melepas pelukannya saat menyadari tangis Kania sudah sedikit mereda. Ia menghapus sisa-sisa air mata di pipi Kania dan bertanya. "Dia siapa Kania?"

Kania mencoba menenangkan dirinya. Dengan suara isakan yang masih keluar Kania mencoba berbicara, "Gebetan bang...."

Gafa tercengang. Padahal feel nya lagi bagus buat sedih-sedihan. Tapi nggak papa. Kania jujur.

"Kenapa nggak pernah cerita sama Abang?"

"Dulu Kania sering cerita ada Abang kelas yang bikin Kania degdegan kan?" Tanyanya dan Gafa mencoba mengingat.

Gafa langsung tersentak. "Yang Lo bilang ganteng, berwibawa, pinter dan wakil ketos itu?" Ia meyakinkan.

Kania mengangguk. Dan Gafa kembali tercengang. Tidak habis pikir jika deskripsi Kania tentang cowok gebetannya justru bertolak belakang dengan kenyataan. Bagaimana mungkin cowok yang terlihat sempurna itu mendapat penyakit kanker paru-paru ini.

Karena penyebab utama dari kanker ini adalah seorang perokok aktif.

"Dia perokok aktif..." Ujar Kania yang menjawab langsung pemikiran Gafa.

"Kok bisa?"

"Hidupnya hancur, bang. Orang tuanya meninggal dan dia kehilangan mimpinya." Air mata Kania kembali menetes.

Ponsel Kania berdering dan nama Naura tertera. Mungkin Naura sudah berada dirumah dan tidak lagi bersama Keenan. Karena tadi Alvin berpesan, ia tak ingin Ken mengetahui penyakitnya.

"Halo kak..."

"Kamu dimana, dek? Masih sama Alvin?"

Tangis Kania kembali luruh saat nama Alvin disebut. Naura disana kalut. Gafa menyadari itu dan mengambil alih ponsel Kania.

"Rumah sakit permata sekarang, Ra. Lo kesini samperin dia."

Gafa langsung menutup sambungan ponselnya dan kembali memeluk Kania erat. Entah mengapa, mendengar nama Alvin pun Kania merasa sakit. Membayangkan bagaimana pria itu mencoba bertahan di balik segala cobaan yang Tuhan beri, membuat hati Kania serasa tersayat.

Kania menyayangi Alvin. Jadi apapun segala rasa sakit yang dialami Alvin, hati Kania mencoba ikut memahami.

💃💃💃

KANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang