Perlahan namun pasti kamarku sudah menunjukan kemewahan yang kuinginkan. Tata letak barang-barang yang apik, hiasan di dinding pilihanku sendiri, dan lainnya sudah selesai kubenahi. Intinya semua yang ada di kamar ini murni dari seleraku sendiri dan aku merasa puas akan hasilnya.
Pukul sudah menunjukan jam 5 sore, tetapi tak ada tanda-tanda kedatangan dari si tuan rumah. Auntie dan Uncle pun tidak memberi kabar, sedang Taehyung, entalah aku tidak yakin. Aku pun sangat khawatir menunggu kedatangannya.
Lalu beberapa detik kemudian ponselku berdering.
"Eomma."
"Oh, Yoojung-ah, apa semuanya baik-baik saja?"
"Tentu."
"Taehyung membantumu, kan?"
"Ya, dia membantuku, jangan khawatir."
"Syukurlah, tapi sepertinya kami tidak bisa pulang malam ini."
"Kenapa?"
"Kami harus menemani keluarga yang sedang berduka, maaf ya."
"Tidak apa-apa, aku pun turut berduka cita. Eomma dan Appa tidak usah khawatir soal apa pun, semuanya akan aku jaga dengan baik."
"Terimakasih, ya sudah kami harus kembali."
Saat mendengar kabar duka hatiku menjadi sakit, aku tidak peduli jika orang lain menganggap diriku lemah atau tidak mau menerima fakta yang sebenarnya, tetapi terlalu sakit untuk menerima jika orang yang paling berharga untukku di dunia ini sudah tiada. Aku harap orang-orang dapat lebih menghargai waktu yang mereka miliki bersama orang terkasih, kuharap Taehyung mau mengerti soal kegelisahan orangtuanya juga.
"Nona, anda ingin makan malam apa?"
Tanya pelayan sopan.
"Em, Eomma dan Appa tidak pulang, begitu juga dengan Taehyung, aku tidak tahu keberadaannya sekarang. Sebaiknya kalian istirahat saja dan tidak usah memikirkan makan malam, aku bisa memasak sendiri nanti."
"Tapi .... "
"Tidak apa-apa, istirahatlah."
"Terimakasih, Nona."
Aku hanya duduk merenung di kursi yang terletak di depan mini bar di dapur, memandangi gelas kosong dengan gusar. Aku sendiri kebingungan, entah sebenarnya apa yang membuatku tidak nyaman seperti ini. Sebenarnya apa yang dilakukan Taehyung? Mengapa wajahnya begitu khawatir saat pergi tadi.
Ia berjanji akan kembali dan tidak berkelahi, tapi mana tahu kalau itu hanya kebohongan yang dia lakukan untuk membodohiku. Jika orangtuanya sampai tahu, mereka pasti akan khawatir dan aku tidak ingin itu terjadi. Sangat menyakitkan melihat Auntie menangis karena Taehyung.
Aku kemudian berjalan menuju dapur, mondar-mandir tak pasti seraya berpikir keras untuk mempersiapkan hukuman yang layak untuk Kim Taehyung. Bisa saja Taehyung ingkar janji, lalu dia akan datang dengan wajah yang penuh luka. Kupikir mempersiapkan hukuman lebih baik daripada aku hanya terdiam dan tidak melakukan sesuatu. Toh, ini hanya untuk jaga-jaga saja. Kalaupun Taehyung menepati janjinya, ya itu berarti aku tak harus memberikan hukuman kepadanya.
2 siung bawah merah, 1 siung bawang putih, 1/5 sendok merica, 5 buah cabai merah, 2 butir telor, nasi, kecap dan lainnya, bahannya sangat lengkap. Malam ini aku akan menyantap nasi goreng kimchi, tentu dengan bumbu tambahan rahasia untuk Kim Taehyung.
Jihoon selalu memuji masakanku lezat, walau sebenarnya dia yang lebih sering memasak untukku. Itu karena aku yang terlalu malas untuk bergerak dan memanfaatkan kebaikan Jihoon, lalu bagai seorang ratu yang hanya duduk santai sambil menunggu. Anehnya aku kembali memasak demi membuat hukuman untuk seorang yang bernama Kim Taehyung. Nampaknya aku terlalu menganggur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living with Annoying Boy - KTH [END]
FanfictionKim Yoojung memutuskan pindah ke Seoul demi memudahkannya untuk beradaptasi dari kenyataan orangtuanya telah meninggal. Di Seoul dia tinggal bersama keluarga Tn. Kim yang sangat menyayanginya, nahas di sana ada Kim Taehyung si biang kerok. Kim Taehy...