BAB 33 "Let him be.."

462 62 6
                                    


            Bulan-bulan berikutnya semakin sibuk, baik aku ataupun Taehyung tidak lagi dapat menghabiskan waktu bersama untuk lebih lama. Dan kenyataan yang memberatkan untukku adalah aku yang masih saja tak bisa jujur. Bukan maksud hati untuk berbohong kepadanya, hanya saja semuanya terlalu rumit untuk dikatakan. Lebih lagi kini hubungan Taehyung dan ayahnya kembali memanas, pada akhirnya dia memberanikan diri dan mengatakan semua mimpinya kedapa ayahnya. Suasana rumah tidak senyaman biasanya, Auntie bahkan terlihat begitu sedih, sedang Taehyung bahkan mengancam untuk melarikan diri jika restu tak kunjung ia dapatkan. Jika aku harus memperkeruh keadaan dengan mengatakan semuanya pada Taehyung, mungkin ia akan merasa jika aku terlalu egois dan tidak mau memahami keadaannya. Waktu pun tidak banyak sebelum aku mengikuti ujian, entahlah aku bahkan tidak dapat fokus untuk belajar.

Sebelum aku benar-benar pergi, aku hanya ingin melihat Taehyung bisa bersahabat lagi dengan Jimin. Hubungan mereka bukan sesuatu yang mustahil untuk dibangun kembali. Dan yang aku tahu adalah Jimin orang yang sangat baik, dia orang yang paling cocok untuk menemani Taehyung.

Sebab dari itu, meski Taehyung dan Jimin melarangku, aku memutuskan untuk menemui Jungyeon. Satu hal, aku hanya ingin perempuan itu berhenti egois dan membiarkan orang-orang yang tulus kepadanya tidak lagi terbebani oleh permohonan dan segala ancamannya. Ia dalang dari semua konflik yang terjadi, jadi semestinya dia ikut andil untuk mengakhiri semuanya.

BUGG!! 

Aku tersungkir hingga lututku menabrak lantai tatkala seseorang di belakang memukul kepalaku dengan keras. Kulihat dalangnya dua orang, perempuan. Yah, siapa lagi kalau bukan mereka Yoo Jungyeon dan Oh Haeyeong.

"Apa yang kau lakukan?" tanyaku kesal. Tentu saja, tidak ada angin ataupun hujan mereka seenak jidat memukul kepalaku. "Aku sudah muak dengan tingkahmu Jungyeon, berhentilah menggangguku. Kita akhiri saja!"

Jungyeon melotot. "Haeyoung kunci pintunya."

Benar, aku seharusnya lebih berhati-hati setelah berani meminta Jungyeon untuk datang. Meski niatku berbicara baik-baik kepadanya dia tidak mungkin berpikiran sama denganku.

Aku sudah sangat lelah untuk dituduh sebagai sosok penghancur hubungannya dengan Taehyung dan Jimin. Bukankah hubungan mereka sudah buruk sebelum aku hadir di antara mereka bertiga? Intinya aku tidak ingin dikait-kaitkan lagi, terutama ia jadikan diriku sebagai senjata agar Taehyung terus iba kepadanya. Dia sudah terlalu licik, aku tidak ingin Taehyung dimaanfatkan Jungyeon hanya untuk menarik perhatian Jimin.

"Jungyeon, sebenarnya bagaimana perasaanmu terhadap Taehyung? aku tahu betul jika kau hanya memanfaatkannya, kan? Seseorang yang kau sukai itu Jimin, tetapi kau membuat dia pergi, lalu pada akhirnya memanfaatkan Taehyung yang mencintaimu hingga sanggup berlaku bodoh demi dirimu. Bagaiaman bisa kau seperti itu pada dua orang lelaki yang tulus menyayangimu?"

"Perempuan munafik! Apa yang baru saja kau katakan, huh? Kau menuduhku?"

Meski tidak tahu betul bagaimana riwayat penyakit yang di derita oleh Jungyeon, tetapi dia orang yang begitu mudah terpancing emosinya, yang lebih menyeramkan adalah dia yang tidak akan takut melakukan kekerasan. Deperesi? Mengapa dia bisa mengalaminya.

"Hentikan semuanya Jungyeon, hentikan. Biarkan Taehyung bebas, biarkan dia memilih jalannya sendiri. Kau tahu dia tidak sanggup melihatmu terluka, jadi berhentilah melukai dirimu sendiri hanya untuk mendapatkan perhatiannya."

PLAKKK! 

Satu tamparan lolos di pipiku. Rasanya perih, tetapi tidak juga begitu asing.

Living with Annoying Boy - KTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang