BAB 21 "Dunia yang tak bisa kumasuki?"

430 58 3
                                    

Sepakat, akhirnya aku dapat bertemu dengan Namjoon Oppa. Entah mengapa aku merasa sangat gugup, kemudian terus menerus membenarkan penampilan. 

Cara yang terbaik untuk menikmati hidup adalah dengan terus berpikir positif, bagiku masalah Jungyeon bukan urusanku. Jadi, aku tak perlu repot untuk memikirkannya. Meski bisa saja kulaporkan sebagai tindakan merisak, tapi ku urungkan lagi.

Jiwoon sedikit telat karena harus berkumpul dengan kelompoknya terlebih dahulu, lalu aku menunggunya di taman sekolah. Ah, apa yang akan terjadi dengan makalahku?

"Yoojung-ah."

Suara itu tak pernah gagal membuatku berdegup, meski begitu besar kekuatan yang ku keluarkan demi untuk mengabaikan dirinya.

"Boleh aku duduk?"

Kami seperti orang asing, bahkan kini Jimin terlihat begitu tertekan saat ingin dekat denganku. Tapi, mengapa aku terus merasa bersalah karena telah menghindarinya. Seharusnya tidak seperti ini, seharusnya diriku lebih tegas lagi. Aku dibohongi? Bukankah memang hakku untuk bersikap kecewa padanya.

Aku tak menjawab dan tetap fokus dengan ponselku. Sementara itu Jimin tetap duduk meski tak menerima respon dariku.

"Aku tidak tahu harus memulainya darimana, kupikir Jungyeon tidak akan melakukan hal itu lagi," kata Jimin memulai pembicaraan.

Masalahnya saat ini bukan karena Jungyeon yang telah berulang-ulang menyakitiku, Jimin. Kekecewaanku bukan berasal dari tindak kasar perempuan itu, kau adalah sumber dari segala kesal yang memenuhi jiwaku. Kau pun sendiri harusnya mengerti jika arti dirimu sangatlah berharga untukku, aku begitu percaya. Tapi mengapa, mengapa kau harus? Entahlah semakin dipikirkan, semakin aku tahu bahwa kata-katamu hanya pemanis yang membiusku. Itu hanya kembali membuatku tersadar bahwa aku hanya jembatan yang kau lewati untuk melangkah maju kembali pada dirinya.

Sepi menggiring sore bersama jingga dilangit.

"Hey, mana tugas dari bagianku?"

Satu lagi masalah besar yang semakin membuat kepalaku sakit, seperti ingin menghantamkannya pada bongkahan batu besar.

Kim Taehyung datang dengan tampang menyebalkan dan tanpa rasa bersalah. Dua lelaki ini tidak tahu posisi mereka saat ini. Berani mempermainkanku? Lihat saja apa yang akan kuperbuat.

"Kau tuli!"

Aku mendelik pada Taehyung.

"Bisakah kau jaga perkataanmu," kritik Jimin pada Taehyung.

"Memang kenapa? Aku yang berbicara kenapa kau yang repot?"

"Kau bisa membuat Yoojung tidak nyaman!"

Dimulai lagi pertengkaran ini. Aku sudah muak.

"Kalian berhenti!" pekikku, seketika Jimin dan Taehyung berhenti. "Kalian menganggapku apa, huh? Kalian pikir aku sudah memaafkan kalian?"

Mataku tajam menatap mereka satu-persatu, menunjukan amarah yang sudah meletup-letup.

"Tugas? Omong kosong, aku tidak akan melakukannya dengan kalian. Dan Park Jimin, yang harusnya menjaga kata-kata adalah dirimu! Ah, kalian berdua selesaikan masalah yang kalian miliki saja dan pastikan perempuan itu tidak lagi mendekatiku. Untuk saat ini dan ... sampai berikutnya jangan pernah dekat-dekat denganku lagi! Kalian paham?"

Aku sudah mengungkapkannya, kekecewaanku dan juga rasa kesalku. Tapi mengapa rasanya himpitan batu di dalam dada semakin membesar, semakin membuatku sulit untuk bernapas.

Living with Annoying Boy - KTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang