Laju lari kami terhenti saat sang wali kelas menghadang jalan dengan ke dua tangannya tertanam di pinggang. Wajahnya mungkin terlihat biasa saja, tetapi yakin sekali jika ada masalah lain yang akan kuhadapi.
Oh Tuhan, Yoo Jungyeon bisakah dia melepaskanku untuk kehidupan yang damai. Kupikir otaknya sudah tidak ada yang benar, sekarang dia melaporkanku atas tuduhan yang tidak benar.
Kemudian Jimin menggenggam tanganku kuat. Aku meliriknya, ia tersenyum memberiku kekuatan.
Jimin dan Jaerim hanya dapat mengantar sampai di depan pintu, selanjutnya aku harus menghadap sendirian di ruang guru. Saat pintu terbuka kulihat beberapa orang sudah duduk rapi menunggu, di sana tak kutemui keberadaan Jungyeon.
"Duduklah," suruh Kim Yura, wali kelasku.
Aku menarik napas perlahan dan kemudian mengikuti setiap titah dari guru cantik itu. Keadaan tidak nampak bagus, ku tahu orangtua Jungyeon seorang mafia yang berbahaya. Membuat masalah padanya artinya menantang maut, benarkan? Lebih dari itu, aku takut jika akan membawa orangtua Taehyung pada masalah. Aku sudah cukup malu untuk menumpang hidup sampai lulus nanti, jika masa sekolahku dipenuhi oleh masalah seperti ini sepertinya aku terlalu tebal muka.
"Jungyeon dibawa ke rumah sakit," kata Kim Yura memulai pembicaraan.
Aku tertunduk saat merasa tiga orang lelaki berbadan besar itu menatap tajam ke arahku.
"Katakan apa masalahmu?" tegas seseorang dari tiga lelaki yang lebih mirip preman berseragam itu, aku tidak tahu yang mana yang sedang berbicara. Meski sudah jelas ini bukan kesalahanku, tetapi aku terlalu takut untuk berbuat sesuatu.
"Tidak mau bicara?"
BRAKK
Seseorang memukul meja dengan kasar.
"Tenang dulu," ujar Kim Yura melerai.
Aku mengangkat wajah dengan perlahan, mengumpulkan segenap kekuatan untuk berbicara. Membela untuk kebenaranku.
"Selama hampir tiga tahun bersekolah, nona Jungyeon tidak pernah sekalipun mendapat masalah seperti ini. Dia memang memiliki riwayat kesehatan yang buruk, tapi tidak sesering bulan ini hingga bulak balik ke rumah sakit. Setelah diawasi kau penyebab dari hal itu!" vonisnya tanpa mau mendengar sedikit pun penjelasan dariku.
Sungguh, kali ini aku berada dititik muak terhadap Yoo Jungyeon. Dia ternyata bermuka dua, tukang pencari perhatian. Yang menjijikan adalah dia menggunakanku sebagai orang yang menindasnya. Hey, siapa yang berani ada dipihakku kali ini saat tahu orang-orang suruhan ayah dari perempuan itu turun tangan. Mungkin mereka membawa pistol dalam jas yang mereka kenakan, jika mulutku terbuka dan mengatakan sesuatu yang tidak sejalan dengan apa yang mereka inginkan maka ... "DOR" peluru itu akan lurus menembus kepalaku. Saat seperti ini aku malah teringat kepada kedua orangtuaku. Aku merindukan mereka yang selalu melindungiku.
"Ini peringatan terakhir, jika kau berani macam-macam kau akan menerima hukumannya!"
"Anda tidak bisa berbicara seperti itu, di sini kita sedang berdiskusi mendengarkan penjelasan dari kedua pihak. Anda sudah mendengar dari Jungyeon, sekarang berikan kesempatan untuk Yoojung menjelaskan." Yura menatapku, kemudian mengangguk mempersilahkan diriku untuk berbicara. Karena dari tadi pun ke tiga lelaki itu selalu memutus tiap mulutku ingin mengatakan sesuatu.
"Aku mengerti," kataku singkat.
"Yoojung-ah .... " Lirih guru cantik yang walau terkadang terlihat galak, tetapi dia selalu begitu bijak sana. Ia menatapku pilu, tidak puas dengan jawabanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living with Annoying Boy - KTH [END]
ФанфикKim Yoojung memutuskan pindah ke Seoul demi memudahkannya untuk beradaptasi dari kenyataan orangtuanya telah meninggal. Di Seoul dia tinggal bersama keluarga Tn. Kim yang sangat menyayanginya, nahas di sana ada Kim Taehyung si biang kerok. Kim Taehy...