Pada akhirnya, sampai perkumpulan ini berakhir Taehyung tidak juga muncul. Aku diantar Jimin pulang, nyatanya ia khawatir setelah melihat wajahku yang berubah pucat setelah mendengar celotehan Hoseok.
"Jangan terlalu dipikirkan, Hoseok hanya berbicara soal fakta yang terjadi di industri musik Negara kita. Tetapi pun hal itu tidak menjamin bahwa hubunganmu dan Taehyung berakhir."
Aku terhenti, kemudian menatap Jimin lamat.
"Aku tidak bisa Jimin-ah, aku tidak bisa berhenti memikirkan semua ini."
"Lalu? Kau benar-benar akan mengkahiri hubunganmu dengan Taehyung? bukankah kalian sudah membicarakannya, kalian akan melewati semuanya bersama-sama."
Kuhela napas panjang, rasanya aku tidak lagi mengerti dengan apa yang aku inginkan. Kemudian ponselku berdering, nomornya tidak asing. Namun, aku malas untuk mengangkatnya, juga tidak dalam keadaan yang baik untuk berbicara dengan orang lain. Sialnya, itu tidak berhenti sama sekali.
"Coba kau angkat saja, katakan sedang sibuk atau apa, takutnya juga ada hal penting," usul Jimin.
Aku pun mengangguk pasrah.
"Bisa bertemu?"
Bulu kudukku meremang saat terdengar suara seorang perempuan dari balik telepon itu berbicara. Perbincangan singkat terjadi hingga berunjung dengan kesepakan bertemu besok pagi. Aku ketakutan setengah mati.
"Siapa?" tanya Jimin penasaran.
"Dari perusahaan tempat Taehyung di trainee," kataku jujur.
Masalah ini akan semakin rumit jika aku harus menyembunyikannya dari Jimin, lagi pula dia akan sangat membantu dalam memberi saran. Aku hanya dapat mengandalkannya saat ini.
Jimin menatapku tak percaya. "Kenapa?"
"Dia ingin bertemu besok."
Jimin memegangi pundakku, menggoyangkan tubuhku pelan dan memaksa untukku jujur kepadanya.
"Sebenarnya ini bukan semata-mata kau takut orang-orang akan mengetahui hubunganmu dengan Taehyung, kan? Ada seseorang yang mengancammu?" tukas Jimin dengan gemetaran. "Yoojung, jawab aku!"
Aku memang telah menyembunyikan semuanya sejak awal, bahkan niatku Jimin tak perlu tahu. Rahasia ini hanya akan aku simpan sendirian selamanya. Tetapi lagi dan lagi, aku selalu berakhir dengan bergantung pada Jimin. Lagi dan lagi, hanyalah Jimin yang akan membantuku.
Aku dan Jimin pun memutuskan untuk tidak langsung pulang, dia memintaku untuk menceritakan semuanya. Maka kami pergi ke sebuah restoran terdekat dari tempat perkumpulan tadi. Kami berakhir dengan dua cangkir kopi panas di sebuah cafe bernama "Mapple" di daerah Cheongdam-dong.
Yang sebenarnya, 3 bulan yang lalu ada seorang perempuan cantik yang berpenampilan elegan khas Eropa dan begitu mencolok tiba-tiba saja menemuiku. Ia mengasongkan sebuah kartu nama untuk menjelaskan siapa dirinya yang sebenarnya. Namanya Belle Jean, CEO dari Beautiful Company. Dia tidak lagi asing untukku, namanya teramat sering kudengar dari Taehyung. Wanita ini yang banyak membantu Taehyung, dia adalah seseorang yang membangunkan segala keberanian di dalam diri Taehyung untuk mulai menggapai mimpinya.
"Apa alasan dia menemuimu?" Jimin sudah tidak sabar pada cerita intinya, ia tidak peduli soal latar belakang dari Belle Jean.
"Dia memintaku untuk mengakhiri hubunganku dengan Taehyung," kataku putus asa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living with Annoying Boy - KTH [END]
FanfictionKim Yoojung memutuskan pindah ke Seoul demi memudahkannya untuk beradaptasi dari kenyataan orangtuanya telah meninggal. Di Seoul dia tinggal bersama keluarga Tn. Kim yang sangat menyayanginya, nahas di sana ada Kim Taehyung si biang kerok. Kim Taehy...