BAB 15 "AM I WRONG?"

480 64 1
                                    

Kepalaku terasa pening, juga mataku yang sulit sekali untuk dibuka, rasa-rasanya lidahku mati rasa. Aku mengingat dengan jelas kejadian semalam, itu kembali membuat bulu kudugku berdiri. Seandainya jika Taehyung tidak datang, mungkin saja saat ini aku tidak akan pernah bisa berbaring di tempat tidur lagi melainkan berada di peti mati. Ah, aku sangat lelah sebaiknya tidak memikirkan sesuatu yang tidak terjadi itu.

"Kau sudah bangun, Nak?"

Auntie duduk dengan wajah khawatirnya, dengan lembut ia mengelus wajahku. Beberapa kali ia menghela napas berat.

"Jantungku seakan tidak berdetak saat melihatmu pingsan, rasanya duniaku hancur. Aku takut sekali."

Ah, aku ingin terlihat kuat dan meyakinkannya bahwa aku baik-baik saja. Namun, apa yang dia katakan membuatku terharu. Meski kedua orangtuaku sudah tiada, nyatanya aku tak pernah kehilangan kasih sama sekali.

"Eomma." Aku menggenggam tangannya, sebenarnya ingin memeluk tapi tubuhku terlalu lemas untuk bangun dari tidur. "Terimakasih."

Ia mengangguk. "Kau pasti takut sekali, kan?"

"Em, aku sampai berpikir jika aku akan mati saat itu."

"Aigoo, tenanglah, sekarang kau sudah baik-baik saja."

Bagaimana Taehyung bisa tahu aku ada di sana? Lalu mengapa Jimin tidak datang mencariku? Maksudku Jimin, Jungkook dan Hoseok harusnya khawatir saat aku tidak juga datang menyusul ke ruang kesenian, benarkan? Huh, ada apa dengan pemikiran konyolku ini, sekarang aku malah mencari mangsa untuk disalahkan. Tidak, ini semua memang kecerobohanku. Sebaiknya aku berpikir begitu.

"Eomma, terimakasih karena sudah menjagaku semalaman. Sekarang pergi tidurlah dan beristirahat karena aku sudah baik-baik saja."

"Kau salah, yang menjagamu semalam itu Taehyung. Akhirnya dia bisa menerimamu, dia terlihat perhatian sekali bahkan membantu mengompres demammu. Aku terlalu terkejut semalam, jadi tidak bisa mengurusmu dengan benar, karenanya Taehyung yang menawarkan bantuan. Dia bahkan tidur di sampingmu, kau juga menggenggam tangannya erat."

"Huh?"

Mustahil! Aku menggenggam tangan Taehyung? kenapa? Ah, ini pasti karangan dari Auntie saja yang sedang memanfaatkan keadaan. Lalu kenapa Taehyung jadi sangat baik?

"Sudah jangan terlalu dipikirkan."

"Ta-tapi, aku tidak mungkin menggenggam tangannya."

"Ada buktinya."

Ny. Kim dengan antusias mengeluarkan ponsel dari saku roknya, kemudian memperlihatkan hasil jepretan itu kepadaku. Di sana dengan sangat jelas aku terlelap sambil menggenggam tangan putranya dengan erat, persis seperti penjelasan darinya. Sialan, aku tidak bisa mengelak lagi.

"Kenapa, kau merasa malu?" godanya puas.

"Huh, ti-tidak juga."

"Taehyung mendengar kau mengigau soal orangtuamu, dia merasa kasihan dan tidak bisa meninggalkanmu sendirian. Yoojung-ah, Taehyung memang kasar dan susah diatur, tapi bukan berarti dia tidak bisa peduli padamu. Dia bahkan tidak makan malam demi mencarimu."

Aku bisa gila, aku tidak bisa membayangkan apa yang Auntie katakan. Selama ini hubunganku dengan Taehyung tak pernah berjalan dengan baik, kami selalu bertengkar tiap hari. Dan tentu saja, dipikiranku hanyalah hal-hal negatif soal Taehyung. Bagaimanapun, dia selalu terlihat kesal saat menatapku, karenanya aku takut tiap kali menyapa. Aku selalu merasa terbebani untuk dekat Kim Taehyung, lalu kemudian mencari-cari alasan untuk bertengkar lagi.

Living with Annoying Boy - KTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang