Wajahnya terlihat sangat pucat serta dibanjiri oleh keringat, ia meremas perut kuat-kuat. Ia terlihat sangat kesakitan. Aku pun panik bukan kepalang, lalu segera menghampirinya yang hampir tak sadarkan diri.
"Kau bisa mendengarku?" tanyaku memastikan jika dia masih tersadar.
Dia hanya mengangguk lemas.
Saat itu aku tak memiliki banyak pemikiran, lalu menarik tangan siswi yang bernama Kim Jiwoon dipunggungku. Aku menggendongnya dan segera berlari menuju ruang kesehatan, kuharap ini dapat membantunya bertahan.
Beruntung saat itu dokter yang bertugas ada di tempat, maka tak lama Jiwoon sudah langsung ditangani.
"Ini gejala yang sering dialami perempuan saat datang bulan, tidak usah khawatir dia akan baik-baik saja."
"Terimakasih, Saem."
Aku dapat dengan lega bernapas kali ini, setidaknya dia tidak memiliki riwayat penyakit yang mengerikan. Kupikir dia benar-benar akan mati tadi.
Jika kuingat lagi Kim Jiwoon terbilang murid yang pendiam, aku jarang menemukannya berkumpul dengan orang lain. Bahkan kurasa ini adalah kali pertama aku mengobrol dengannya, meskipun tidak dapat dikatakan obrolan normal. Aku bersyukur sekarang dia sudah lumayan tenang.
Sebentar lagi kelas akan dimulai, tapi aku pun tidak dapat meninggalkan dirinya sendirian seperti ini. Apa aku mengantarnya pulang saja? Kupikir guru juga mengerti, akan sangat membantu jika dia bisa beristirahat di rumah.
"Bisa tolong aku lagi ... " lirihnya yang baru sadarkan diri.
Aku mengangguk cepat.
"Tolong hubungi Oppaku untuk datang menjemputku."
"Ah, baiklah."
Kim Namjoon, nama lengkap dari saudara laki-laki Kim Jiwoon. Tapi sampai saat ini aku masih belum bisa melupakan suara sexy dari balik telepon itu. Jangan heran, aku memang tipekal orang yang sangat mudah jatuh cinta pada laki-laki yang tampan. Buktinya saja aku bisa ditipu oleh seorang bajingan seperti Lee Hyunwoo dengan mudahnya. Namun, belajar dari kesalahan aku hanya ingin menganggap semua itu sebagai rasa kekaguman saja, aku memutuskan untuk tidak berpacaran sampai lulus nanti. Aku masih trauma.
Entah kendaraan apa yang ditumpanginya, 15 menit setelah aku menghubunginya kini dia sudah sampai di ruang kesehatan. Mungkin itulah kekuatan dari seorang kakak laki-laki, menakjubkan.
Bolehkah aku mengatakan ini? Tapi, di depanku berdiri seorang laki-laki tinggi dengan paras yang sempurna. Ah aku gila, bagaimana bisa Gangnam memiliki banyak laki-laki setampan ini. Aku bisa menelan kembali kata-kataku soal berpacaran setelah lulus jika lelaki berlesung pipit di depanku ini tiba-tiba mengajak berkencan.
"Terimakasih sudah menjaga adikku. Namaku Kim Namjoon, siapa namamu?"
Suaranya melelehkanku. Tidak, lihatlah kebodohan yang kulakukan saat ini. Aku hanya tersenyum sembari menatapnya, bahkan lupa bagaimana cara untuk menjawab pertanyaan darinya.
Dia sangat tinggi, mungkin sekitar 181cm. Dia memiliki tampilan dan tubuh yang sempurna untuk seorang model atau itu memang profesinya? Lebih dari semua itu, suara dan lesung pipitnya lah yang sudah mengalihkan duniaku.
"Namanya Kim Yoojung, Oppa."
Suara Jiwoon pun akhirnya menyelamatkanku dari imajinasi yang mengerikan. Kemudian aku hanya menggaruk tengkuk karena malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living with Annoying Boy - KTH [END]
FanfictionKim Yoojung memutuskan pindah ke Seoul demi memudahkannya untuk beradaptasi dari kenyataan orangtuanya telah meninggal. Di Seoul dia tinggal bersama keluarga Tn. Kim yang sangat menyayanginya, nahas di sana ada Kim Taehyung si biang kerok. Kim Taehy...