Tanpa diduga aku dan Taehyung sampai di rumah bersamaan, sesaat itu membuatku begitu canggung. Kami hanya mampu memandang satu sama lain tanpa tahu harus berkata apa. Aku kemudian terfokus pada luka yang kutinggalkan di lengannya, pun aku tahu kini dirinya juga tengah memandangiku.
"Kau baik-baik saja?" ucap kami bersamaan.
Apa ini? Kenapa Taehyung bertanya begitu, apa dia mengkhawatirkanku.
"Yah, pantatku rasanya sakit sekali bahkan duduk pun sepertinya tidak bisa," jawabku dengan dilebih-lebihkan.
Taehyung terdiam sejenak, ia Nampak ragu-ragu dengan apa yang ingin dia sampaikan.
"Ah, aku, aku minta maaf. Kau tahu, aku tidak bermaksud mendorongmu, tadi aku hanya berniat menghentikan Jungyeon."
Dahiku berkerut, mataku tajam menatapnya. Bukankah aku hanya menggigit lengannya. Pengaruhnya tidak mungkin sampai ke otak, kan? Taehyung membuat sekujur tubuhku merinding.
"Kau tak perlu menjelaskannya. Tapi, aku tidak akan minta maaf soal gigitan itu."
Taehyung terkekeh, kemudian melanjutkan langkahnya. Sementara aku hanya mampu melongo tanpa tahu apa yang harus dilakukan, berpikir apa tindakanku terlalu egois dengan tidak meminta maaf. Tidak, semuanya benar, pun yang terlebih dahulu menggangguku adalah Taehyung. Kim Yoojung kau harus yakin, tindakanmu sudah benar.
***
Suara Taehyung terngiang-ngiang terus di telinga, bahkan kini aku tidak bisa berpikir dengan jernih. Padahal, kupikir setelah merendam kepalaku di air, pikiranku akan kembali tenang, nyatanya semuanya tidak ada yang berubah. Lantas sejak kapan ini terjadi, mengapa aku harus mengkhawatirkan lelaki menyebalkan sepertinya.
"Apa tangannya baik-baik saja? Dia pasti mengobati lukanya, kan? Apa sebaiknya aku melihatnya?"
Sudah setengah jam lebih aku bergelut dengan pikiranku sendiri. Mencari-cari alasan untuk membuat keputusan yang kuambil sudahlah benar. Namun, hasilnya menjengkelkan, kini aku malah berdiri di kamar Taehyung dengan perasaan ragu-ragu. Semuanya kacau sekali.
Tok ... tok ... tok ...
Sangat tidak waras, biasanya pun aku selalu berteriak dengan mengesalkan, tapi malam ini mengapa mengetuk pintu. Kim Yoojung, kau tinggalkan otakmu di mana tadi.
"Huh, siapa ini yang mengetuk pintu."
Taehyung bersandar di ambang pintu, lalu memandangku dengan meledek.
"Apa yang kau lakukan?" tanyanya.
"Em, aku .... "
Ia menyeringai, kemudian wajahnya mendekat padaku. Aku refleks memalingkan pandangan darinya.
"Yang jatuh pantatmu, kan, bukan otakmu?"
Kata-kata itu, rasanya seperti jarum yang menusuk-nusuk kepala. Yah, pertanyaan yang sama persis kutanyakan pada diriku sejak tadi.
Kim Taehyung, kau tidak sopan, seharusnya kau pun tidak menanyakan hal itu lagi padaku.
Taehyung kini malah tertawa keras. Nahas aku malah tidak bisa menjawab penghinaan-penghinaan darinya saat ini, entahlah aku pun merasa ini membingungkan. Sikapku pada Taehyung tiba-tiba saja melemah.
"Aku hanya bercanda. Lagi pula kenapa kau mengetuk pintu, biasanya juga berteriak-teriak memanggil namaku seperti Tarzan."
Aku mengangkat bahu sambil cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living with Annoying Boy - KTH [END]
FanfictionKim Yoojung memutuskan pindah ke Seoul demi memudahkannya untuk beradaptasi dari kenyataan orangtuanya telah meninggal. Di Seoul dia tinggal bersama keluarga Tn. Kim yang sangat menyayanginya, nahas di sana ada Kim Taehyung si biang kerok. Kim Taehy...