Aku menarik tangan Jimin, menyuruhnya untuk berdiri di belakang. Tatapan di antara mereka sudah mengisyaratkan perkelahian dan aku tidak mungkin diam saja saat sudah tahu kemungkinan apa yang akan terjadi berikutnya. Untuk berjaga-jaga, meski sangat kesal untuk berbicara dengan Taehyung, aku harus menengahi saat ini.
Taehyung menatapku tajam, wajahnya terlihat begitu kesal. Lagi, dia bertingkah semena-mena. Seharusnya yang begitu marah adalah aku, sudah jelas dia membela Jungyeon yang salah dan malah membentakku. Lalu apa maksud dari tatapannya itu? Aku ingin membencinya, tetapi lagi hatiku tak pernah setuju.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku pada Taehyung dengan terpaksa.
Ia memalingkan pandangan, kemudian matanya mulai memutar ke sekeliling.
"Aku tahu kau tidak akan setuju soal kelompok itu, aku sudah menyerah untuk membawa kelompok kita tetap utuh. Huh, aku dan Jimin sedang berlatih, jika kau berniat mengganggu pergi saja."
Taehyung hanya terkekeh.
"Aku akan ikut berpartisipasi."
Aku menoleh ke belakang untuk memastikan bagaimana ekspresi dari Jimin, tentu saja dia sama terkejut sepertiku. Taehyung memang sulit dimengerti. Tidak, lebih tepatnya dialah yang tidak pernah mau mengerti orang lain.
"Kau yakin sekali jika kami masih ingin satu kelompok denganmu?" Ledek Jimin.
"Kau tak ingat apa yang Yura Saem katakan? Satu anggota kelompok tidak berpartisipasi, artinya nilai kita semua F. Aku tidak sepertimu Park Jimin yang tak menghiraukan soal nilai."
"Taehyung jaga perkataanmu!"
Taehyung hanya membalas dengan mengangkat bahunya tak acuh.
Aku mengerti mengapa Taehyung mengambil keputusan seperti itu, pun aku juga takut jika harus mendapatkan nilai F. Sebenarnya aku sudah berulang-ulang melakukan protes pada guruku agar mengganti kelompok atau melakukan tugas individu saja, tetapi ia katakan bahwa menuruti permintaanku merupakan ketidakadilan bagi murid yang lainnya. Sekali lagi aku keluar ruangan guru dengan begitu frustasi. Dengan Taehyung yang mengajukan diri untuk bergabung merupakan keuntungan, tapi juga sesuatu yang merepotkan.
Aku lagi menoleh pada Jimin. Ia mengelus rambutku seraya tersenyum lembut.
"Aku akan mengikuti keputusanmu," katanya menyerahkan semua keputusan padaku.
"Di luar dari permasalahan yang kita hadapi, aku hanya murid biasa yang ingin mendapatkan nilai yang bagus. Aku tidak bisa mendapat nilai F dan menggagalkan impianku." Tambah Taehyung menjelaskan.
"Tidak perlu basa basi, aku maupun Jimin tidak memerlukan penjelasan darimu. Seperti katamu, sekarang kita fokus saja untuk pembagian tugas."
Mungkin ini sangat terlambat sedangkan tugas harus segera dikumpulkan besok. Aku memang sudah mengerjakan makalahnya, berkat bantuan pengetahuan Jaerim dan Minhyun soal seni budaya, semuanya berjalan dengan baik. Setidaknya yang mengkhawatirkan adalah soal penampilan, otakku buntu. Terutama kerjasama di antara kami benar-benar buruk. Maksudku aku dan Jimin baik-baik saja, tidak dengan Taehyung yang hanya terus memprotes tanpa memberi solusi.
"Apa yang kalian lakukan? Dari tadi nadanya salah terus, aku benar-benar frustasi," keluh Minhyun.
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, itu artinya kami sudah menghabiskan waktu kurang lebih 5 jam untuk latihan. Keringat dan otak rasanya dikuras habis. Tetapi tidak ada hasil yang memuaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living with Annoying Boy - KTH [END]
FanficKim Yoojung memutuskan pindah ke Seoul demi memudahkannya untuk beradaptasi dari kenyataan orangtuanya telah meninggal. Di Seoul dia tinggal bersama keluarga Tn. Kim yang sangat menyayanginya, nahas di sana ada Kim Taehyung si biang kerok. Kim Taehy...