Bab 22: seandainya

3.8K 193 0
                                    

Biasakan vote sebelum baca 😊
Happy reading
.
.
.

Matahari menerobos melalui celah jendela membuat mata yang semula tertutup itu mulai mengerjap secara perlahan

Rasa dingin menembus kulitnya membuatnya merinding

"Selamat pagi" ucapnya meregangkan otot-ototnya

Suci melihat tempat disebelahnya kosong dengan segera mencari orang yang menempati tempat itu

"Astagfirullah MAS" teriak Suci menggelegar

Suci langsung melompat turun dari bankar dan berlari menghampiri Adit yang masih terbaring dilantai. Suci menaruh kepala Adit di pangkuannya

"DOKTER.. SUSTER.." teriak Suci kembali menggelegar

"Mas bangun" ucap Suci menepuk-nepuk pipi Adit pelan. Air matanya sudah mengalir dengan derasnya

Karena belum ada bantuan yang datang Suci sekali lagi berteriak

"DOKTER.. SUSTER.." teriak Suci memanggil

"Ada ap.. astagfirullah" ucap Dika segera berlari menghampiri Suci dan Adit

Dika membopong tubuh Adit kearah ranjang dibantu oleh Suci

"Mas bangun" isak Suci sendu

Dika segera memeriksa keadaan Adit dengan stetoskop yang dikeluarkannya dari jas dokternya

"Kondisinya kembali drop seperti kemarin" ucap Dika dengan sendu

Bagaimana Dika tidak sedih Adit adalah sahabat terbaiknya. Adit yang selalu memperingatkannya jika ia salah. Adit yang selalu mengarahkannya kearah yang benar. Dan sekarang kondisi sahabatnya itu sangat lemah dan tak berdaya

"Yang sabar jangan sampai kamu stres. Ingat didalam tubuh kamu ada satu kehidupan juga yang harus kamu perhatikan" ucap Dika pada Suci yang terisak melihat keadaan suaminya

"Mas bangun" ucap Suci berusaha menghentikan isak tangisnya

'Dit kamu harus kuat demi istri dan calon anakmu' batin Dika menyemangati

"Saya keluar sebentar" ucap Dika berlalu keluar ruangan

"Mas suci mohon bangun" isak Suci

Suci ingin berhenti menangis tapi tidak bisa ia tidak sanggup melihat keadaan Adit saat ini. Dan mungkin didalam sana anaknya ikut bersedih melihat keadaan ayahnya seperti ini

Saron segera datang kerumah sakit setelah mendapat telfon dari Dika sahabat Adit. Dika mengatakan jika Suci sangat membutuhkannya saat ini makanya Saron segera pergi dan urusan makanan Saron menyuruh pembantu rumah tangganya yang membawakan ke rumah sakit

Saron melihat keadaan putrinya hancur dan terus terisak di memegang tangan Adit dengan sangat erat

Saron segera mendekat dan menarik Suci kedalam pelukannya

"Suci tidak boleh begini. Suci harus ingat di sini" Saron menunjuk perut Suci "Ada kehidupan juga. Suci harus sabar" ucap Saron mengusap punggung bergetar putrinya

Saron masih bingung sebenarnya apa yang terjadi pada menantunya

"Ma, mas Adit hiks mas Adit" ucap Suci diselingi isak tangis yang sangat pilu

"Iya mama tau. Tapi Suci tidak boleh egois, Suci juga harus pikirin kehidupan didalam sini" Saron mengusap perut Suci yang masih datar

"Ssh" suara ringisan membuat Suci langsung melihat kearah Adit dan langsung memeluk tubuh Adit dengan erat

Takdir Cinta Yang Tertulis (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang