Bab 8: hope

4K 259 3
                                    

Biasakan vote sebelum baca
Happy reading

.
.
.

Sinar matahari menerobos jendela kaca yang terpasang di kamar tidur seorang gadis. membuat kedua mata gadis itu mulai mengerjap untuk terbuka

"Aaw" ringisan sang gadis jadi pengganti kata 'selamat pagi' yang biasa ia ucapkan

Sang gadis yang ternyata Suci berusaha bangkit dari ranjangnya dengan berpegangan pada meja nakas yang terdapat di samping ranjangnya

Berhasil berdiri dengan normal meski masih meringis memegangi kepalanya. Suci mulai melangkah kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya

Setelah selesai dengan membersihkan badannya dan memakai pakaiannya Suci menatap wajahnya dicermin meja rias yang ada di kamarnya

Dilihatnya kantung mata yang membesar akibat tangisnya yang lumayan lama kemarin dan matanya yang memerah, terasa perih

Setelah berpakaian langkap dan merias dirinya dengan natural Suci melangkahkan kakinya keluar dari kamar

"Pagi ma" sapa Suci pada mamanya yang sudah duduk di ruang makan

"Pagi sayang"

Suci mendudukan dirinya di salah satu kursi yang dekat dengan kursi mamanya

"Setelah makan kamu packing barang kamu" ucap Saron saat mereka sedang makan

"Buat apa ma?"

"Kita akan kembali ke Indonesia"

"Ke Indonesia?"

"iya mama sudah pesan tiket untuk sore ini"

Suci hanya diam tidak membalas

"Kenapa mendadak ma?" Tanya Suci setelah lama diam

"Mama udah rencana dari kemaren-kemaren apalagi urusan mama di sini sudah selesai"

.
Setelah mempacking barangnya Suci duduk melamun di balkon kamarnya

Bukan memikirkan soal Adrian tapi seseorang yang sudah lama dirindukannya

'Apa kita bisa bertemu lagi?' tanyanya membatin berharap orang yang sedang ia pikirkan dapat mendengarnya

*
Perasaannya sama seperti saat ia kesini sebulan yang lalu, saat Suci menginjakkan kaki di bandara soekarno-hatta

Perasaan Suci campur aduk membuatnya berjalan sambil melamun dan

Bruk
"Aaw" ringis Suci menyentuh bahunya

Bahunya terasa sakit karena tidak sengaja menabrak seorang yang sangat umm... tampan

'Tapi wajahnya seperti tak asing bagiku' batin Suci

"Maaf saya buru-buru" ucap pria itu berlalu pergi dengan cepat

Suaranya kurang jelas dan kacamata yang bertengger di wajahnya membuat Suci tak mengenalinya

Suci tertegun ditempatnya hingga sebuah tepukan menyadarkannya

"Ada apa?" Tanya Saron

Suci tersenyum "tidak ada apa-apa ma"

Saron mengangkat sebelah alisnya. Merasa aneh dengan tingkah putrinya ini

Keduanya keluar dari bandara menuju ke sebuah mobil yang terparkir dengan dijaga oleh beberapa orang suruhan Saron

Mobil melaju dengan sesekali berhenti karna padatnya jalan kota Jakarta

Takdir Cinta Yang Tertulis (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang