Tap
Tap
Tap
Terlihat seorang siswa berlari kencang di lorong, menimbulkan bunyi keras di sana.
Sesampainya di depan pintu kelas, ia berusaha mengatur napasnya.
"Maaf, Pak. Saya terlambat," ucapnya.
Pak Haris menatapnya kesal. "Udah berapa kali kamu terlambat?!"
Ia malah cengengesan. "Hehe, gak ngitung, Pak."
Pak Haris semakin kesal. "Adit! Sekarang kamu berdiri di luar sampe jam istirahat!"
Siswa bernama Adit itu hanya mengangguk pasrah. "Iya, Pak."
Ia berjalan keluar kelas dengan langkah lesu. "Hadeh, gara-gara motor rusak, nih. Jadinya gue telat, dah."
Ia menjambak rambutnya sendiri. "Sial-sial!"
***
Kringgg!! Kringgg!!
Bel yang dinanti-nantikan berbunyi, membuat seluruh siswa berhamburan keluar kelas.
"Sal, aku mau shalat Zuhur. Kamu mau ikut?" tawar Naila.
Salma mengangguk. "Boleh, tapi abis itu ke kantin ya? Laper banget, nih."
Naila terkekeh. "Iya-iya."
Mereka pergi ke masjid yang ada di kawasan sekolah. Sekolah itu memiliki fasilitas yang lengkap, mulai dari aula sampai kolam renang pun ada.
Mereka shalat Zuhur berjamaah disana, meski tak banyak siswa yang datang ke masjid.
Selesai shalat, mereka pergi ke kantin untuk mengusir rasa lapar.
"Nai, kamu mau makan apa?" tanya Salma.
"Hm, gak tau, nih. Disini ada apa aja?"
"Banyak, ada mie ayam, nasgor, bakso, soto, siomay, dan masih banyak lagi," jawab Salma.
Naila malah tertawa. "Kamu ini udah kayak pedagang aja, sih."
"Masa? Hehe, yaudah jadinya mau makan apa?"
"Erm, siomay aja."
"Minumnya?"
"Air putih."
"Oke, aku pesenin dulu, ya?" Tanpa menunggu respon Naila, ia segera pergi memesan.
"Rame juga kantin ini," gumam Naila sambil melihat-lihat keadaan kantin.
Brakkk!!!
Naila terperanjat. "Astagfirullah!"
Tampak, seorang siswi sudah berada di depan Naila dengan tatapan tajam.
"Heh! Lu siswi baru disini, kan?"
"I-iya," jawab Naila ketakutan.
"Dan kalo gak salah lu masuk kesini make beasiswa, betul?" tanyanya lagi.
"I-iya."
Brakk!!
Siswi itu kembali menggebrak meja Naila.
"Gue kasih tau aja ya, lu itu gak pantes sekolah disini! Mendingan lu pergi aja sebelum gue makin marah sama lu!" usir siswi itu.
Naila terdiam, tak tau apa yang harus ia lakukan.
"Kok diem?! Oh, mesti gue paksa ya!" Ia lalu menarik tangan Naila kasar. "Ayo! Pergi dari sini!"
"Astagfirullah! Aku gak mau!" jawab Naila akhirnya.
Dan terjadilah acara tarik-menarik, hingga seorang siswi berhijab datang mendorong siswi yang menarik-narik Naila.
"Fanny! Bisa gak sih, sehari lu gak bikin keributan?! Gue capek liatnya!"
Siswi yang dipanggil Fanny itu membalas, "Apa urusan lu sama anak ini, hah?! Mending gak usah ikut campur!"
"Gue emang gak ada urusan sama anak ini, tapi gue gak suka ngeliat dia dikata-katain kayak gitu," jawab siswi itu berani.
"Lagian, harusnya lu dan kalian semua bangga punya anak yang masuk kesini make beasiswa. Itu tandanya dia pinter dan berprestasi!" lanjutnya.
"Oh ya, dan satu hal lagi. Emangnya apa yang udah lu lakuin buat sekolah? Udah membanggakan? Belum, kan? Jadi mending tutup mulut lu, sebelum gue tutup paksa!"
Ucapan siswi itu sukses membungkam Fanny.
Ia tampak kesal. "L-liat aja pembalasan dari gue nanti!" Lalu ia pergi dari kantin itu dengan perasaan malu.
Naila menghampiri siswi yang telah menolongnya. "Makasih ya, udah bantuin aku tadi."
Siswi itu tersenyum. "Iya, sama-sama. Tapi lu harus lebih berani lagi, ya? Jangan mau dibully begitu aja sama si Fanny."
"Iya," jawab Naila.
Tiba-tiba Salma datang. "Nai, kamu gakpapa, kan? Gak luka, kan?"
Naila tersenyum kecil. "Alhamdulillah, gakpapa. Dia udah nolongin aku, kok."
"Eh, kamu anak di kelas kita, kan?" tanya Salma yang mengenali siswi itu.
"Hehe, iya," jawab siswi itu.
Naila mengernyit. "Emang iya?"
"Iya, Nai. Dia itu duduk di belakang kita malahan!" seru Salma.
"Eh, iyakah? Maaf, ya aku gak tau," ujarnya merasa bersalah.
Siswi itu terkekeh. "Gakpapa kali, santai aja."
"Oh ya, nama kamu siapa?" tanya Naila.
Siswi itu menjulurkan tangannya. "Kenalin, Kayla Almira Maritza. Panggil Kayla aja."
Naila membalas ulurannya. "Alika Naila Putri, panggil aja Naila."
"Iya, gue udah tau, kok," balas Kayla.
Kayla berpikir sejenak. "Erm, gue boleh kan jadi temen kalian?"
"Ya, boleh dong. Masa gak boleh?" jawab Naila.
"Iya, aku juga seneng punya temen baru!" seru Salma sambil tertawa.
"Hehe, makasih ya," ucap Kayla.
"Sama-sama," jawab Naila dan Salma.
Kringg!! Kringgg!!
"Eh, udah bel tuh! Buruan masuk kelas, yuk!" ajak Salma.
Naila dan Kayla mengangguk. Lalu mereka bertiga kembali menuju kelas.
***
Direvisi gaes, soalnya acak2an banget. Dan kemungkinan chapter2 awal bakal direvisi semua.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Dunia Akhirat [SUDAH TERBIT] ✔
Teen Fiction(Beberapa part dihapus untuk kepentingan proses terbit) [Teenfiction - Spiritual] Hanya kisah tentang 4 remaja yang berproses untuk menjadi lebih baik. Dengan latar belakang yang berbeda-beda, mereka memiliki satu tujuan. Yakni, bersahabat baik di...