Chapter 36 : Jas Hujan dan Kamu

467 46 7
                                    

Yak, kembali up gaes!!

Entah kenapa di chapter ini aku lancar nulisnya, dan gak stuck kayak biasanya. Jadi cepat up, hehe.

Btw, cast SDA aku perbarui. Bisa di cek di chapter 'Cast'. Semoga cocok dan sesuai ekspetasi kalian, ya ❤

Selamat membaca ^^

****

Padahal ujian kelulusan masih lama, namun sekolah sudah mengadakan pengayaan bagi para siswanya.

Pengayaan dibagi menjadi dua jadwal, yakni pagi dan sore. Untuk pagi, dimulai dari pukul 06.00, satu jam sebelum masuk kelas.

Dan untuk sore, sepulang sekolah, pukul 15.30. Itulah mengapa anak kelas 12 sudah tidak diperbolehkan untuk mengikuti ekskul, agar fokus dengan pengayaan.

Tapi pikirkan, bagaimana yang kedapatan pengayaan pukul 06.00? Dipaksa belajar ketika mata dan otak masih enggan untuk fokus.

Itulah yang dirasakan anak-anak kelas XII-B yang sekarang sedang pengayaan Matematika di pagi buta.

"Jadi, integral adalah bentuk penjumlahan berkesinambungan yang merupakan anti turunan atau kebalikan dari turunan. Paham?"

"Paham, Pak," jawab murid tak bersemangat.

"Oke." Pak Yuda melirik ke arah jam dinding. "Bapak rasa cukup sampai disini, karena sebentar lagi bel akan berbunyi."

Ia membereskan bukunya. "Bapak akhiri, Wassalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Sedetik setelah Pak Yuda meninggalkan kelas, beberapa siswa langsung tergeletak di meja.

Begitu pula dengan Adit dan Daffa yang menjatuhkan kepalanya di meja, berusaha mengurangi rasa kantuk.

"Daf, mau ke kantin, gak?"

Daffa mengernyit. "Ngapain?"

"Beli kopi, biar gak ngantuk. Abis ini pelajaran Bu Sri, loh. Dia kan killer, udah gitu pelajarannya kimia lagi."

Daffa spontan menaikkan kepalanya. "Oh, iya!"

"Yaudah, buru ke kantin!" serunya kemudian melesat meninggalkan Adit.

"Weh, tungguin!" Adit pun menyusulnya dengan langkah yang cepat.

Sementara itu dari meja lainnya, paraa gadis hanya menatap kepergian keduanya dengan heran.

"Mereka mau kemana, dah? Bentar lagi bel juga," heran Kayla.

Fanny mengedikkan bahu. "Palingan juga ke kantin."

"Ayo temen-temen, kita keluarin Al-Qurannya," ajak Fatih sambil mengeluarkan Al-Qurannya.

Ia membukanya dan mulai membaca ayat demi ayat. Diikuti oleh para siswa tentunya.

***

10 menit kemudian ...

Dua orang siswa berlarian di lorong sekolah, padahal bel sudah berbunyi. Mereka bergegas menuju kelas, sebelum sang guru datang.

Sesampainya di kelas, keduanya menarik napas lega. "Huft, untung belum ada Bu Sri."

"Iya, Daf. Udah takut duluan gue," balas Adit sambil menyembunyikan segelas kopinya di kolong meja.

Daffa menaikkan alisnya. "Lu taro kopinya disitu?"

"Ya iyalah, mau taro dimana lagi? Abisnya tadi gak sempet keminum gara-gara liat Bu Citra."

Sahabat Dunia Akhirat [SUDAH TERBIT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang