Salma POV
"Eh, ada apaan tuh? Kok rame bener?" tanyaku karena melihat kerumunan orang di sekeliling mading sekolah.
Setelah dihampiri, ternyata mereka sedang melihat pengumuman Olimpiade yang kemaren. Aku sangat terkejut melihat namaku ada disana.
Hah? Aku lulus? Ini serius kan?
Terlanjur senang, aku langsung berlari menuju ke kelas dan memeluk kedua sahabatku.
"Eh, apaan nih? Kok tiba-tiba lu meluk gue."
"Kenapa, Sal? Keliatannya kamu lagi bahagia banget." tanya Naila.
"Kalian tau?" Mereka menggeleng.
"Aku lulus seleksi, jadi aku bakal ngewakilin sekolah kita ikut Olimpiade itu." Jelas, wajah mereka sangat kaget.
"S-serius? Kamu lulus." Aku mengangguk senang.
"Alhamdulillah, semoga kamu lancar ya ikut Olimpiade nanti. Kita cuma bisa dukung dan doain kamu."
"Btw, pasangan lu nanti anak kelas mana?" tanya Kayla.
"Kagak tau, hehe. Tadi aku belum sempet baca, terlanjur seneng langsung kesini deh." jawabku dengan cengegesan.
"Jeh, gimana dah." kesalnya.
Terdengar suara bel, kami pun akhirnya duduk di tempat masing-masing.
Salma POV End
***
"Anak-anak, sebelum istirahat ada yang mau bapak sampaikan."
"Kalian setuju gak, kalo misalnya sebelum belajar diadakan pengajian 30 menit? Ini usul dari teman kalian, Naila, Salma, dan Kayla." jelas pak Haris.
Semua murid menampakkan reaksi yang beragam. Tiba-tiba Adit bersuara.
"Setuju pak!"
"Yang lain, gimana?"
"Iya pak, kita setuju kok." Jawab mereka serempak.
"Oke, kalo gitu besok bisa dimulai ya. Yang memimpin ketua kelasnya aja. Bapak pamit, Assalamualaikum."
Semua murid berhamburan keluar kelas. Seperti biasa ketiga sahabat itu pergi menuju masjid. Selesai shalat mereka segera pergi ke kantin.
"Sal, persiapan kamu buat Olimpiade nanti apa?" tanya Naila.
"Belum tau, kalo cuma belajar sendiri aku masih bingung." ucap Salma.
Tiba-tiba seorang siswi berambut panjang menghampiri meja mereka.
"Eh, lu yang namanya Salma Risqi Amadia kan?" tanya siswi itu.
"Y-ya, emangnya ada apa?"
"Kenalin, gue Tsamara Ulfairah Azka. Panggil aja Ulfa, gue partner Olimpiade lu nanti." Ulfa mengulurkan tangannya.
Salma membalasnya. "Oh, kamu pasanganku Olimpiade nanti?"
"Iya, dan gue mau ngajak lu belajar bareng. Mau gak? Kalo mau pulang sekolah ke kelas gue aja, kelas XII-A." Setelah mengatakan itu, Ulfa pergi begitu saja.
"Jadi pasangan lu nanti Ulfa si anak paling pinter di satu sekolah?!" Kayla bertanya dengan sangat terkejut.
"Iya, emangnya kenapa?"
"Gak kenapa-napa sih."
"Yaudah lah, nanti kamu terima tawarannya gak?" tanya Naila.
"Iya, kalian juga ya bantu doain aku biar menang Olimpiade itu."
"Pastinya dong." sahut mereka bersamaan.
Salma POV End
***
Pulang sekolah, Ulfa masih menunggu Salma di kelasnya. Bahkan ia sudah mulai bosan.
"Huftt, Salma mana ya?"
Saat ia ingin berbalik, Salma datang dengan sedikit berlari.
"Kemana aja sih lu?" tanya Ulfa kesal.
"Maaf, tadi aku piket sebentar."
"Yaudah, yuk lah keburu malem nanti."
Mereka pun berjalan beriringan menuju ke rumah Ulfa.
"Duduk, anggep aja rumah sendiri." Ulfa mempersilahkan Salma duduk.
"I-iya."
"Tunggu bentar ya? Gue mau ganti baju dulu."
"Iya, gak apa-apa kok."
Salma memperhatikan sekeliling, rumah Ulfa bisa dibilang cukup besar.
Ulfa menuruni tangga. "Ayo Sal, kita belajar."
Salma hanya mengangguk sambil mengeluarkan bukunya.
"Orang tua kamu kemana, Fa? Kerja?"
"Iya, jam segini orang tua gue masih kerja. Paling jam 7 nanti baru pulang."
"Oh, kamu gak kesepian?"
"Kadang-kadang sih, tapi gue selalu mencari kegiatan diluar biar rasa sepinya hilang."
"Pasti kamu punya banyak temen ya?"
"Emang sih temen gue banyak," Ulfa termenung. "Tapi mereka semua, cuma ngeliat fisik gue. Cuma ngeliat kalo gue ini populer dan kaya. Gak ada yang bener-bener tulus, miris banget ya hidup gue."
Salma mengusap-ngusap punggungnya. "Tapi sekarang kamu punya aku, kita kan teman."
"Serius? Lu gak ngincer harta atau kepopuleran gue aja kan?"
"Insya Allah gak, lagian semua itu kan bersifat sementara doang. Orang yang kaya atau orang yang populer juga pasti akan mati. Dan semua itu gak bakal dibawa mati."
Ulfa memeluk Salma. "Makasih ya, lu emang temen yang baik."
"Sama-sama, yaudah lanjutin belajarnya yuk."
Akhirnya mereka belajar bersama sambil sesekali bercanda dan tertawa.
***
Sesungguhnya Allah tidak memandang rupa dan harta kalian, akan tetapi Allah memandang hati dan amal perbuatan kalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Dunia Akhirat [SUDAH TERBIT] ✔
Fiksi Remaja(Beberapa part dihapus untuk kepentingan proses terbit) [Teenfiction - Spiritual] Hanya kisah tentang 4 remaja yang berproses untuk menjadi lebih baik. Dengan latar belakang yang berbeda-beda, mereka memiliki satu tujuan. Yakni, bersahabat baik di...