Chapter 22 : Kejujuran

518 47 0
                                    

Sudah seminggu semenjak kejadian itu. Fanny juga masih menginap di kost Naila. Selama menginap, Fanny banyak belajar tentang agama.

"Kamu kalo wudhu jangan diciprat-cipratin kayak gitu. Wudhu itu kan artinya membasuh, jadi caranya dengan dibasuh kayak gini."

Kali ini Naila tengah mengajarkan tata cara berwudhu kepada Fanny.

"Oh, jadi gitu caranya." Fanny mulai mengikuti Naila.

"Nah, kalo udah selesai baca doa lagi. Kamu ikutin ya," Naila mulai membaca doa dan diikuti Fanny.

"Aamiin." Mereka berdua selesai membaca doa.

"Yaudah, sekarang kita belajar tata cara sholat. Sebelum itu, pake mukenanya dulu." ujar Naila.

"Jangan sampe ada rambut yang keluar ya." imbuhnya.

Fanny hanya mengangguk dan mengikuti perintah Naila. Lalu, Naila mulai menunjukkan gerakan-gerakan sholat. Fanny mengikuti, meski ada beberapa gerakan yang salah. Namun, Naila dengan sabar mengajari Fanny.

"Nah, kamu udah ngerti kan gerakan-gerakannya? Awas, jangan sampe ketuker-tuker." ucap Naila setelah selesai mengajarinya.

"Iya, Insya Allah gue gak lupa." balas Fanny.

.
.
.

Suasana pun menjadi hening, tidak ada diantara keduanya yang ingin berbicara lagi. Tiba-tiba Fanny berceletuk,

"Gue bodoh banget, ya. Selama ini gue mencari perhatian dari orang yang bahkan sama sekali gak mikirin gue. Itupun dengan cara yang bodoh. Ck, menyedihkan banget."

Naila menoleh ke arahnya, "Gak Fan, kamu gak bodoh. Lagipula mereka masih peduli kok sama kamu."

"Gak Nai! Gak! Mereka gak peduli sama gue! Buktinya--"

"Apa buktinya, hah?! Apa? Coba buktiin sama aku!" Suara Naila mulai meninggi, membuat Fanny terdiam.

Suara Naila kembali melembut, "Gak ada kan? Aku yakin Fan, mereka masih peduli sama kamu. Pasti sekarang mereka lagi khawatir dan mencari kamu."

Fanny terdiam memikirkan kata-kata Naila. Memang, semenjak kejadian Ia masih belum siap untuk menemui kedua orang tuanya lagi.

"Fan, cepat atau lambat kamu harus pulang. Orang tua kamu pasti khawatir nungguin kamu." lanjut Naila.

Fanny memandang Naila, "Gimana kalau mereka kembali maksa-maksa gue dan nyakitin gue lagi?"

Naila memegang pundak Fanny, "katakan yang sejujurnya, Insya Allah mereka akan ngertiin kamu."

Fanny berpikir sejenak, "Oke, besok gue bakal pulang. Tapi lu harus temenin gue, oke?"

Naila tersenyum, "Oke."

***

Pulang sekolah hari ini, Naila dan Fanny pulang bersama. Membuat kedua temannya heran, siapa lagi kalau bukan Kayla dan Salma.

"Tumben lu pulang bareng? Emang mau kemana?" tanya Kayla.

Naila hanya tersenyum, "Gak kemana-mana, cuma mau menyelesaikan masalah penting."

Kayla dan Salma sama-sama mengerutkan kening, heran. Tapi mereka tidak bertanya lagi, karena merasa itu adalah privasi Naila dan Fanny.

***

Setelah berjalan beberapa saat, Fanny dan Naila pun sampai di rumah Fanny.

Fanny berniat mengetuk pintu, namun ia berhenti sejenak. Naila memegang bahu Fanny sembari mengangguk, meyakinkan Fanny.

Sahabat Dunia Akhirat [SUDAH TERBIT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang