Chapter 39 : Rencana Pembalasan

418 46 13
                                    

SDA up lagi kawan-kawan!!

Jangan lupa tinggalkan jejak, ya ;)

Komen aja gaes, aku gak gigit, kok. Biar aku juga semakin kenal dengan pembaca2 setiaku :D

Krisar selalu terbuka, ya 😉

Selamat membaca ^^

***

Sebuah sepeda merah melaju di antara kendaraan bermotor. Bak setitik tinta di atas kanvas, sangat kentara perbedaannya.

Wajar, kebanyakan orang sekarang memilih kendaraan bermotor dengan alasan lebih cepat dan praktis. Tak memedulikan resiko polusi, mereka tetap menjalaninya.

Tapi hal itu tidak berlaku bagi sang pengendara sepeda merah, ia tetap melajukan sepedanya dengan tenang.

Ia melirik ke arah keranjang sepedanya. "Astagfirullah!"

Sedetik kemudian laju sepedanya terhenti.

"Astagfirullah, kok aku bisa lupa kasih ini, sih?" Ia mengambil sesuatu dibalik kantong plastik. "Aturan tadi sekalian aja."

Jika kalian bertanya apa itu? Itu adalah sebuah kotak makan berisi oseng jamur serta nasi.

Naila masih merasa bersalah atas sakitnya Adit, karena itu kemarin ia menanyakan ke Daffa, apa makanan yang disukai Adit.

Ia berniat membawakan makanan itu sekalian mengembalikan jas hujannya. Namun sekarang malah tertinggal di keranjang sepedanya.

Ia menepuk keningnya. "Naila-Naila, kok bisa lupa?"

Naila kemudian mengambil benda pipih dari saku roknya. "Telpon aja, deh."

Ia mencari sebuah kontak, dan berniat menekan tombol panggilan. Namun entah mengapa, ia malah jadi menekan tombol video call.

"Kenapa aku jadi video call, ya?" gumam Naila.

Dirasa sudah terhubung, ia memulai percakapan.

"Assalamualaikum, Dit."

"Waalaikumsalam. Ada apa, Nai?"

"Maaf ya, kalo aku pake video call. Gak tau kenapa tadi tiba-tiba kepencet."

"Kepencet? Terus lu gak ada urusan apa-apa gitu sama gue?"

"Gak, ini aku lupa tadi mau ngasih----"

Prangg!!

Seketika kamera video call hanya memperlihatkan langit biru disertai beberapa tiang listrik. Menandakan bahwa ponsel dari seberang sedang terjatuh.

Itu membuat Naila menjadi khawatir. "Halo? Adit, kamu kenapa?"

"Berisik!"

Suara siapa itu? Naila sama sekali tidak mengenalnya.

Prakk!!

Naila terperanjat. "Astagfirullah!"

Dan seketika panggilan itu berakhir, meninggalkan rasa khawatir di hati Naila.

Suara siapa tadi? Mengapa ponsel Adit bisa jatuh? Apa yang terjadi padanya? Semua itu adalah hal yang Naila pikirkan.

"A-aku harus balik kesana!"

Ia memutar arah, dan menjalankan sepedanya dengan penuh kekhawatiran.

.

.

.

.

.

Sesampainya di area makam ....

Sahabat Dunia Akhirat [SUDAH TERBIT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang