15. D-day

1.8K 213 2
                                    

Sepertinya ini adalah jawaban dari semua pertanyaanku selama ini. Pertanyaan yang sering sekali muncul sebelum hari ini. Pertanyaan yang membuatku takut untuk menanyakannya. Pertanyaan yang dapat membuatku berpikir berulang kali untuk melanjutkan semua ini.

Setelah mengucapkan janji sehidup semati, Taehyung menciumku, ciuman lembut yang membuat hatiku nyaman dan tentram, dibarengi dengan suara riuh tamu undangan yang menghadiri pesta pernikahan kami, tak terkecuali Seungwan dan seulgi yang benar-benar suaranya dapat ku dengar walaupun mereka berada dimeja paling belakang karena terlambat datang.

Sebenarnya aku belum pernah mendengar Taehyung mengucapkan hal-hal romantis, seperti "aku mencintaimu" sebagaimana pasangan semestinya. Tapi benar-benar aku tidak membutuhkannya. Aku hanya ingin dia menunjukkan melalui perbuatannya. Melalui semua sikapnya padaku. Dan selama waktu seminggu yang menurutku sangat sangat singkat, Taehyung menunjukkan semuanya padaku. Walaupun pada awalnya dia tidak seperti sekarang, tapi dia berubah dengan sangat banyak. Aku juga sampai heran. Apakah dia manusia atau apa?

Taehyung melepaskan ciumannya dan masih memegang pipiku lembut.

Aku tersenyum sambil menatap lekat mata hazel yang sudah lama menjadi favoritku. Mata yang ingin sekali hanya memandang padaku.

.
.
.
.

"jaga putriku baik-baik Taehyung-ah" appa ku menpuk bahu Taehyung. Menitipkan anak satu-satunya yang sekarang sudah menjadi milik orang lain.

"ne, akan ku pastikan itu abonim" Taehyung tersenyum. Lalu appa ku memeluk Taehyung sebentar.

"sering-seringlah berkunjung ke sini, eo?" eommaku menitikkan air matanya, dan memelukku.

"eomma.." aku juga menangis sambil memeluk eomma. Membiarkan semua air mataku tumpah dipelukannya.

"jadilah istri yang baik hyun-ah" appaku sekarang memelukku. Menasehati sepaya menjadi istri yang baik, penurut, dan bisa diandalkam oleh suaminya.

Aku mengangguk dalam pelukan appa, tidak bisa berkata apa-apa lagi.

"eommonim, abonim, kami pergi dulu~" Taehyung sedikit menundukkan kepalanya dari dalam mobil. Lalu menjalankan mobilnya menuju rumah. Rumah kami berdua. Menjalani hidup yang baru bersama keluarga kecilku, ya, bersama Kim Taehyung. Suamiku.

"kau jelek" Taehyung menggodaku karena dari tadi aku tidak berhenti segukan akibat menangis terlalu lama.

Aku hanya menatapnya tajam lalu mengambil tisu disampingku.

Akhirnya kami sampai di salahsatu perumahan yang masih di wilayah kota Seoul. Salah satu rumah di perumahan kawasan Hannam-dong menjadi tempat tinggal kami.

Menurut Taehyung, sebenarnya rumah ini sudah menjadi tempat tinggalnya sejak lama. Dia tidak tinggal bersama kedua orang tuanya. Meski begitu, orang tua Taehyung sering berkunjung untuk sekedar makan bersama atau mengisi kulkasnya dengan berbagai bahan makanan.

Suasana rumah dengan cat dinding berwarna putih menyambut kedatangan kami. Aku menyeret 1 koper dan membawa tas yang biasa aku pakai untuk memasukan barang-barang wajibku.

"apa tasmu sudah dibawa semua?" tanya Taehyung sambil membawa dua jinjingan tasku. Aku menggangguk, tanda bahwa bawaanku tidak ada yang ketinggalan di dalam mobil.

"aku ke kamar dulu. Aku ingin mandi. Badanku lengket." dia pergi ke kamar yang berdekatan dengan tangga sambil membawa dua tas ditangannya.

Aku masih melihat sekeliling rumah ini. Ruang keluarga yang disebelah kanannya memiliki meja bar bergaya monokrom dan ada meja makan juga didepannya. Bersih dan rapi.

BAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang