24. Woman

1.7K 203 15
                                    

Beberapa bulan setelah mereka pulang dari bulan madunya, kehidupan Taehyung juga Joohyun lebih baik. Bahkan mereka sudah tidak merasa canggung satu sama lain.


Seperti sekarang, Taehyung senang sekali memainkan rambut istrinya yang masih memejamkan matanya. Padahal matahari sudah memaksa masuk melewati jendela yang masih tertutup gorden.


"Hey, apa kau tidak akan bangun ?" Taehyung tersenyum gemas dengan tingkah Joohyun yang malah menarik selimut.


"Ah aku juga ingin terus memelukmu, tapi klienku meminta rapat hari ini, padahal ini hari minggu." dia membenarkan rambut Joohyun yang menghalangi wajah cantiknya.


Mata indah itu akhirnya terbuka dan langsung mendapati Taehyung dari tadi tidak bosan menatapnya.


"Kau rapat jam berapa?" tanya Joohyun dengan suara khas bangun tidur.

"Jam 10."

Wanita itu mengedarkan pandangannya mencari jam dinding di kamarnya. Jam menunjukan angka 8 lebih 10 menit.


"10 menit lagi." Joohyun mendekatkan kembali wajahnya pada dada bidang Taehyung. Mencari tempat nyaman untuk 10 menit sebelum suaminya pergi.


Dengan senang hati Taehyung mengusap kepala istrinya dengan senyum yang begitu mengembang diwajahnya.


Joohyun memang sudah lulus dari kampusnya tepat satu bulan yang lalu, jadi sekarang dia bisa bebas tidur seharian penuh, tanpa harus memasang alarm.


"Oh tidak tidak, aku belum membuat sarapan." perempuan itu berguling ke pinggir tempat tidur, terlepas dari pelukan suaminya, bahkan hampir terjatuh.


"Hey, hati-hati !" seru Taehyung saat melihat Joohyun hampir terjatuh, namun tangan kanannya berhasil menarik kembali tumbuh mungil wanitanya.


Setelah berhasil berdiri, dia segera menghampiri meja rias, mengambil ikat rambut dan mengikat rambutnya asal, lalu pergi keluar kamar berniat ke dapur dan membuat sarapan.





Taehyung menuruni anak tangga dengan pakaian yang sudah rapih dibadannya. Kameja biru dengan dengan dasi bercorak ciri khasnya.

Sarapan sudah tertata rapih di meja makan, bahkan minum pun sudah siap dalam gelas. Hanya satu yang kurang, pemeran utama dapur pagi ini tidak ada ditempat.

"Bae ?" Taehyung mengedarkan pandangannya, mencari istrinya.

Suara pintu kamar mandi terbuka, menampilkan sosok yang dia cari.

"Aku sedikit mual tadi." wajahnya terlihat sedikit pucat.


Mual ?


"Apa kita harus ke dokter ?" tanya Taehyung mendekati istrinya lalu memapah menuju tempat makan.

"Dokter ? Untuk apa ?" Joohyun menautkan kedua alisnya.


"Hey, kau mual, dan kalau tidak salah bulan ini kau belum datang bulan kan ?" Taehyung mulai serius dengan situasi saat ini.


Memang benar Joohyun belum datang bulan, tapi mungkin besok. Telat satu atau dua hari bukan masalah besar baginya. Berbeda dengan Taehyung yang sudah memikirkan berbagai kemungkinan.

"Tidak, tidak. Aku mungkin hanya masuk angin." Joohyun mengambil gelas yang sudah berisi air lalu meminumnya.



🐥🐥🐥


Perempuan bermata kucing yang sedang meminum americano melalui sedotan memperhatikan laki-laki didepannya yang daritadi tidak melepaskan atensinya dari komputer hitam dimeja kerjanya. Tangannya terus men-scroll setiap blog yang dia buka sambil berbicara sendiri.


"Tidak tidak, Joohyun tidak menginginkan hal aneh-aneh belakangan ini."


"Emosinya juga terkontrol."


Sesekali Jennie-- perempuan yang dari tadi memperhatikan Taehyung itu menghembuskan nafas kasar. Berniat ingin mencurahkan isi hati tentang kisah cintanya, temannya itu justru malah sibuk dengan istrinya yang kemarin pagi katanya mual.


"Kenapa tidak kau belikan test pack saja ?!" Jennie menyimpan minumannya kasar pada meja Taehyung. Dirinya sudah kesal, sudah 30 menit mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing.



"Test pack ? Hey, kau benar !" laki-laki yang dari tadi entah mencari apa di komputernya berseru dengan matanya yang membulat.


"Ya ampun Kim Taehyung ! Kau sudah menghamili anak orang tapi hal seperti itu saja tidak terpikirkan. Bodoh !" perempuan bersurai hitam itu ingin sekali menyumpah serapahi laki-laki yang banyak di gilai saat dia masih single.



Mungkin jika Jennie berbicara mengenai test pack sedari tadi, dirinya tidak akan berlama-lama menunggu Taehyung yang dari kemarin mencari hal tidak pasti dikomputernya.

Dia kembali menggerakan jarinya diatas keyboard, mencari website untuk membeli alat test kehamilan itu.


"Kau tidak berniat membeli secara online bukan ?" selidik Jennie dengan wajahnya yang bertambah kesal.


"Hey! Kau bisa membelinya di apotik Kim Taehyung !" bentak Jennie dengan suaranya yang meninggi.


"Oke, oke. Aku akan membelinya nanti saat pulang. Jadi kau mau menceritakan apa ?" Taehyung sekarang mengalihkan atensinya pada perempuan yang mukanya ditekuk sedari tadi.



"Sudahlah, lupakan!" mood Jennie benar-benar sudah hilang untuk bercerita pada temannya itu.






Terdengar ketukan dari arah pintu ruangan Taehyung, tak lama sosok sekretarisnya muncul dengan beberapa map ditangannya.


"Ada yang harus anda tanda tangani hari ini, presdir." Solar menyerahkan 3 map untuk Taehyung tanda tangani.


Dirinya berdiri disamping Jennie yang daritadi mengamata pakaian dari atas sampai bawah perempuan pemilik rambut pirang di ikat ponytail.


"Ini sudah saya tanda tangani. Tolong sampaikan pada Park Jimin untuk menemuiku besok." titah Taehyung sambil memberikan mapnya pada sekretarisnya.


"Baik, presdir." wanita itu keluar setelah membungkukan sedikit badannya pada Taehyung.


Mata Jennie tak lepas dari Solar yang baru saja menutup pintu. Mulutnya sedikit terbuka melihat perempuan tadi.


"Wah Kim Taehyung, bagaimana kau bisa tahan dengan wanita seperti itu ?" tanya Jennie dengan mata yang membulat.


"Maksudmu ?"


"Hey kau tak lihat? Dia cantik bahkan sexy, sama seperti perempuan yang sering aku lihat di lantai dansa club ! Berani sekali dia memakai rok minim seperti itu di kantor. Daebak! Kau belum pernah..."



"Hey, memangnya aku laki-laki seperti itu ?!"



--to be countinue--

BAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang