tiga

1K 141 13
                                    

Hari libur yang ditunggu-tunggu semua orang akhirnya tiba. Kebanyakan mahasiswa menggunakan hari liburnya untuk pergi keluar wilayah kampus dan menikmati indahnya kota di hari libur. Banyak tempat yang dapat dikunjungi setiap akhir pekan. Namun Naeun harus mengurungkan semua rencananya hanya karena sebuah noda yang tidak bisa menghilang dari sebuah kaos putih. Ia tidak tahu jika menghilangkan noda kopi akan sesulit ini.

"Aku benar-benar akan membunuh Taemin." ucap Naeun sambil melipat baju yang akhirnya bersih dan kering.

Soojung sedang berbaring di tempat tidur sambil membaca buku ketika menjawab, "Kau membuat kamar mandi licin hanya karena mencuci satu pakaian. Aku tidak akan membiarkan kau melakukan hal itu lagi."

"Nodanya benar-benar sulit dihilangkan, asal kau tahu." sela Naeun untuk membela dirinya sendiri.

"Menghilangkan noda kopi tidak sesulit itu." jawab Soojung tak acuh.

Naeun memasukkan pakaian tersebut ke dalam tas kecil lalu berpikir. "Kurasa yang membuatnya sulit adalah keringat lelaki itu yang menempel pada noda." Naeun segera menggeleng-gelengkan kepala dengan cepat. "Memikirkannya saja membuatku sangat kesal." gumam gadis itu.

"Kau akan menemuinya sekarang?" tanya Soojung yang masih membagi fokus dengan buku bacaannya.

Naeun menggeleng walaupun tahu Soojung tidak dapat melihatnya. "Aku akan menitipkannya di asrama laki-laki. Cukup bagiku untuk bertemu dengannya secara kebetulan tanpa harus mengatur jadwal untuk benar-benar bertemu dengannya." jawabnya.

"Bagaimana pun juga kau memutuskan Taemin bukan karena kau sudah tidak menyayanginya. Berhentilah menutupi kepedulianmu dengan berkata bahwa kau membencinya. Kita berdua tahu fakta yang sebenarnya." ucap Soojung tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya yang sempat terdiam.

Ekspresi di wajah Naeun luntur seketika. "Aku pergi sebentar." Ia kembali tersenyum dan melangkah pergi keluar dari asrama perempuan.

Tidak butuh waktu lama untuk Naeun tiba di asrama laki-laki. Gadis itu langsung menuju ke bagian keamanan yang terletak di depan pintu masuk. "Apa aku bisa menitipkan barang disini?" tanya Naeun kepada penjaga asrama disana.

Penjaga tersebut langsung tersenyum ramah. "Apa untuk idola itu? Wah banyak sekali yang memberikannya hadiah sejak kemarin." jawab penjaga tersebut.

"Idola?" gumam Naeun lalu teringat bahwa Taemin adalah seorang idola di kampus mereka. Satu-satunya mahasiswa tahun kedua yang sangat terkenal sejak pertama kali masuk kampus. "Ini bukan hadiah. Aku hanya mengembalikan barang miliknya." jawab Naeun pada akhirnya.

Penjaga tersebut hanya mengangguk-angguk. "Simpan saja di atas tumpukan itu. Semua barang disana hadiah dari penggemarnya." Ia menunjuk sebuah tumpukan kotak hadiah yang berada di dekat pintu.

"Baiklah, terima kasih." Naeun menunduk sopan lalu menaruh tas berisi pakaian Taemin di atas kotak-kotak itu. "Wah Lee Tae Min, bahkan sekarang penggemarmu bertambah banyak." gumamnya melihat banyaknya hadiah yang ada disana.

Naeun menghela nafas ketika meninggalkan asrama laki-laki untuk kembali ke asramanya. Perasaan bersalah sering kali hinggap dibenaknya. Apa keputusannya untuk meninggalkan Taemin sudah benar? Naeun kembali teringat pada hadiah-hadiah yang selalu Taemin dapatkan lalu ia kembali tersenyum. Seharusnya ia tidak khawatir. Akan selalu ada orang yang mencintai cinta pertamanya itu.

»«

"Astaga!"

Naeun menyentak keras tubuhnya untuk bangun dari posisi tidur. Ia menggertakan gigi karena ponselnya sejak tadi tidak berhenti berdering. Ia pikir jika dirinya tidak mengangkat sambungan tersebut maka orang yang menghubunginya akan sadar bahwa ia sudah terlelap. Tapi yang terjadi adalah panggilan tak terjawab yang muncul di ponselnya sudah mencapai sembilan.

"Hanya orang gila yang terus menelepon di tengah malam seperti ini." gumam Soojung lalu berbalik badan memunggungi Naeun dan kembali tidur.

Naeun nyaris kembali menjerit melihat siapa yang menghubunginya tengah malam seperti itu. Ketika panggilan masuk kembali muncul, Naeun segera mengangkatnya. "KAU PIKIR JAM BERAPA SEKARANG?!" sentak gadis itu di depan ponsel.

"Seharusnya aku yang marah padamu." jawab si penelepon dengan santai. Hal itu membuat Naeun ingin melemparkan ponselnya agar mantan kekasihnya itu tak bisa lagi menghubunginya.

Naeun menempelkan ponselnya di telinga dengan benar kali ini. "Apa? Apa lagi kesalahanku?" jawab Naeun lelah.

"Kau masih belum mengembalikan bajuku."

"Sudah. Aku sudah menaruhnya di atas hadiah-hadiah penggemarmu." jawab Naeun malas. Ia ingin segera mengakhiri perbincangan tersebut dan kembali tidur.

Tampak hening sesaat sebelum akhirnya Taemin kembali bersuara. "Kurasa kau memberikannya kepada orang yang salah." jawab lelaki itu.

"Apa?" Kali ini Naeun membuka mata dengan sempurna.

"Kurasa kau memberikannya pada anak baru itu." jelas Taemin. "Hadiah-hadiah itu bukan untukku, tapi untuk anak baru itu. Jadi jika kau meletakkan bajuku di atasnya, sampai kapan pun baju itu tidak akan tiba di kamarku." lanjutnya dengan lebih jelas.

Naeun menggaruk kepalanya kesal. "Kalau begitu kau tinggal mengetuk kamar anak itu dan meminta bajumu kembali. Masalah selesai. Selamat malam."

Baru saja Naeun menjauhkan ponsel dari telinganya ketika suara Taemin kembali terdengar. "Kau yang harus mengambilnya kembali."

"Kenapa harus aku?" Naeun tak bisa mengabaikan pernyataan itu.

"Karena kau harus bertanggung jawab atas kesalahanmu." jawab Taemin dengan sangat datar.

Naeun menatap layar ponselnya untuk memastikan ia memang sedang terhubung dengan Lee Tae Min. "Kenapa kau menjadi sangat menyebalkan, Lee Tae Min-ssi?" gumam Naeun.

Naeun tidak yakin, tapi ia rasa ia mendengar tawa kecil di ujung sambungan. "Aku hanya melakukan yang seharusnya. Lagipula kau bukan kekasihku lagi." jawab lelaki itu.

"Ini tidak ada hubungannya dengan itu." jawab Naeun.

"Lalu kau sendiri? Kau jauh lebih galak dibandingkan ketika kau masih bersamaku." Jantung Naeun nyaris berhenti berdetak mendengar kalimat itu. "Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tetapi aku rasa kau jauh lebih bahagia ketika kau masih bersamaku." lanjut lelaki itu.

Naeun mengigit bibirnya. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia pun tidak bisa memutuskan sambungan itu begitu saja.

"Aku sedang mencoba meyakini diriku sendiri kalau kau lebih bahagia sekarang. Dengan begitu aku bisa melepaskanmu." lanjut Taemin setelah beberapa detik Naeun hanya terdiam. "Katakan padaku jika kau lebih bahagia saat ini."

Kali ini tangan Naeun bergetar. Ia merindukan suara ini. Suara lembut yang menenangkan hati. Suara yang penuh keyakinan sehingga ia tidak perlu khawatir akan dicurangi. "Kau memang menjadi sangat menyebalkan." gertak Naeun. Ia seharusnya tahu, perbincangan tengah malam selalu menjadi jebakan untuk membuka hati.

"Aku akan mengambil bajumu dari anak itu besok pagi dan memberikannya padamu di jam makan siang." Naeun benar-benar ingin mengakhiri ini semua sekarang. "Selamat malam, Lee Tae Min."

»«

a/n:

sesuai janji hari ini double update ya!
terima kasih untuk yang setia nunggu dan baca cerita ini
sebisa mungkin author bikin cerita yang gak ngecewain kalian yaa
mohon tetep dukung cerita ini!
terima kasih banyak! x.

After Broke Up!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang