tujuh belas

729 118 23
                                    

"Sudah lama aku tidak melihat Ong Seong Woo di sekitarmu." ucap Soojung ketika ia dan Naeun sedang melangkah untuk kembali menuju asrama.

Naeun hanya mengangkat kedua bahu tidak peduli. Itu bukan urusannya jika Seongwoo tidak ingin lagi ada di sekitarnya. Sejak awal juga ia merasa sedikit tidak nyaman dengan sikap baik lelaki itu.

"Bukankah sebaiknya kau menghubunginya? Bagaimana pun juga dia sudah banyak berbuat baik padamu." lanjut Soojung. Gadis itu hanya merasa tidak bagus jika Naeun mengabaikan seseorang yang sudah bersikap sangat baik padanya.

Naeun menoleh ke arah Soojung. "Haruskah?" tanya gadis itu masih ragu.

"Apa kau sama sekali tidak merasa terbebani karena Seongwoo menjauh darimu?" tanya Soojung. "Atau kau tidak penasaran kenapa dia tiba-tiba menjauh?" lanjut gadis itu untuk meyakinkan temannya.

Naeun menelan ludah mendengar pertanyaan Soojung yang secara tiba-tiba membuat dirinya tampak jahat. "Aku akan menanyakannya nanti." jawab Naeun.

"Kenapa tidak sekarang? Kau tidak akan tahu apa yang akan terjadi jika kau menanyakannya nanti." lanjut Soojung lagi. Gadis itu memang paling pintar dalam hal mendesak.

"Baiklah aku akan menghubunginya sekarang." Naeun mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dengan terpaksa. Ia pun menghubungi kontak Seongwoo yang sudah ia miliki sejak beberapa hari yang lalu. "Seongwoo?" tanya Naeun ketika nada sambung sudah berhenti.

"Hm ada apa?"

"Kau yang kenapa? Apa yang terjadi dengan suaramu?" tanya Naeun mendengar suara lelaki itu yang sangat serak. Ia cukup yakin bahwa tenggorokan lelaki itu pasti terasa sakit. Namun Seongwoo tidak mengatakan apapun dan juga tidak memutuskan sambungan.

Soojung yang melihat reaksi Naeun sedikit merasa khawatir. "Sebaiknya kau melihat kondisinya." ucap Soojung.

Naeun mengangguk. "Seongwoo, kau ada dimana sekarang?" tanya Naeun lagi.

"Apa kali ini kau akan datang?" gumam Seongwoo.

"Kurasa dia ada di asrama. Cepat kesana." bisik Soojung agar orang di ujung sambungan tidak dapat mendengarnya.

Naeun pun mengangguk lalu melangkah pergi menuju asrama laki-laki. "Apa maksudmu? Tentu saja aku akan datang." jawab gadis itu.

Mendengar Seongwoo batuk membuat Naeun mempercepat langkah kakinya. "Aku bahkan tidak bisa menolak panggilan darimu." gumam Seongwoo lagi yang masih tidak dapat Naeun mengerti.

"Kau sakit. Bicaramu sangat melantur." ucap Naeun lagi, memastikan Seongwoo masih berada disambungan.

"Apa kau baru menyadarinya sekarang?" gumam Seongwoo lagi. "Aku sakit."

Naeun menghentikan langkahnya ketika ia melihat Seongwoo sedang melangkah keluar dari asrama. Wajah lelaki itu tampak sangat pucat. Langkah kakinya pun tampak tidak stabil seperti menara yang akan segera rubuh. Namun Seongwoo tetap melanjutkan langkahnya untuk menjauh dari asrama.

"Kau mau kemana dengan kondisi seperti ini?" tanya Naeun, berdiri menghadang Seongwoo untuk melangkah lebih jauh.

Seongwoo mendongak dengan mata layu. "Aku harus bekerja." jawab lelaki itu singkat.

"Apa pekerjaan lebih penting daripada kesehatanmu?" tanya Naeun kesal. Ia tidak tahan melihat Seongwoo yang tampak sangat rapuh.

"Nuna," Seongwoo sedikit batuk sebelum melanjutkan kalimatnya. "Apa kau mau menjadi kekasihku?"

Kali ini Naeun yang turut batuk.

"Jika kau tidak bisa menjadi kekasihku maka berhenti berperilaku seperti ini." lanjut Seongwoo melihat tidak ada jawaban yang ingin diberikan oleh Naeun.

Naeun menghela nafas mendengarnya. "Kau selalu bersikap baik padaku. Apa aku tidak boleh membalasnya?" tanya Naeun sedikit kecewa.

"Dengarkan aku." Seongwoo menatap mata lawan bicaranya. "Aku bersikap baik padamu karena keinginanku sendiri. Tapi tidak denganmu. Kau bersikap baik padaku karena kau merasa harus membalas budi padaku." ucap lelaki itu sebelum kembali terbatuk.

Naeun tetap menghadang langkah Seongwoo agar lelaki itu tidak pergi. "Aku bersikap seperti ini juga karena aku ingin. Aku ingin kau baik-baik saja dan kembali masuk ke dalam." jawab Naeun.

Seongwoo menatap wajah Naeun cukup lama sebelum akhirnya tersenyum. "Aku tidak pernah baik-baik saja sejak bertemu denganmu." gumam Seongwoo dengan sangat pelan. Pada akhirnya ia tidak pernah bisa menang melawan perasaannya sendiri.

»«

Hampir tiga puluh menit penuh Taemin berdiri di samping jendela kamar. Pandangan mata lelaki itu terus tertuju ke arah jalanan sepi di bawah kamar asramanya. Tidak ada kegiatan yang harus ia lakukan juga tidak ada kegiatan yang ingin ia lakukan. Maka ia berakhir dengan hanya berdiri diam sepanjang sore itu.

Baru saja lelaki itu akan beranjak dari tempatnya ketika ia melihat seorang gadis yang tidak asing tengah berjalan dengan tergesa-gesa menuju asrama laki-laki. Sebuah pemandangan yang tidak dapat ia abaikan.

"Sampai kapan kau akan berdiri disana?" tanya Jongin yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk menggantung di leher.

Taemin tidak bergerak sedikit pun. Arah mata lelaki itu terus mengikuti langkah Naeun yang mulai tampak jelas menuju kemana.

Jongin pun mendekat ke arah teman sekamarnya. "Pantas saja kau tidak berkutik sedikit pun. Ternyata ada hal menarik di bawah sana." gumam Jongin setelah melihat kemana arah pandangan Taemin.

Untuk pertama kalinya Taemin melihat ke arah Jongin yang berdiri di sampingnya. "Ada apa?" tanya Taemin datar.

Jongin menggelengkan kepala. "Tidak ada apa-apa. Hanya ada Naeun dan Seongwoo." jawab Jongin tanpa menoleh ke arah Taemin.

Taemin kembali menoleh ke arah sebelumnya. Naeun sudah tidak sendiri disana. Gadis itu sedang menghadang langkah seorang lelaki yang dapat ia pastikan adalah Ong Seong Woo. "Apa yang mereka lakukan?" gumam Taemin.

"Bukankah terlihat jelas? Naeun sedang menahan Seongwoo agar tidak pergi." jawab Jongin datar tanpa menyadari perubahan raut wajah lelaki di sebelahnya.

Taemin menghela nafas dengan berat. "Untuk apa ia melakukan itu?" tanya lelaki itu lagi.

"Entahlah." jawab Jongin. "Lagipula itu tidak ada urusannya denganku." lanjutnya.

"Bukankah mereka mulai menjauh belakangan ini?"

"Jadi kau masih memperhatikan Naeun?"

Kali ini kedua mata lelaki itu bertemu. Taemin mempertahankan wajah datarnya selagi Jongin menahan senyum menyindir. "Hei Lee Tae Min, sampai kapan kau akan melawan perasaanmu sendiri?" tanya Jongin mulai tidak sabar.

"Kau tidak tahu apa-apa." jawab Taemin.

Jongin menghela nafas mendengar jawaban keras kepala lelaki itu. "Baiklah aku akui itu. Tapi aku tahu kau tidak ingin kejadian yang membuat kita bertemu terulang." goda lelaki itu.

Taemin langsung melempar tatapan sinis ke arah lawan bicaranya itu. Namun Jongin hanya tertawa menanggapinya. "Dengar aku, Lee Tae Min." Jongin menepuk bahu Taemin. "Kau memang berhasil merebut Naeun dariku, tapi Seongwoo bukanlah aku." ucap Jongin. Kenangan lama ketika dirinya bersaing bersama Taemin untuk mendapatkan Naeun melintas dalam benaknya.

Taemin hanya diam mendengar ucapan Jongin. Hari ini ia merasa telah menyia-nyiakan kesempatan yang pernah ia dapatkan dan ucapan Jongin selanjutnya semakin mempertegas hal itu.

"Apa yang akan kau lakukan jika perasaan Seongwoo pada Naeun sebesar perasaanmu pada Naeun?"

»«

a/n:

Terimakasih banyak doanya!
Seneng banget baca komentar kalian yang sangat exited buat cerita ini
Semoga cerita ini gak ngecewain kalian dan bisa selesai tepat waktu ya!

Kira-kira apa yang terjadi selanjutnya ya? Tunggu terus update cerita ini! x.o.

After Broke Up!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang