enam

940 125 8
                                    

"Nuna!"

Seongwoo sedikit berlari agar dapat mengejar langkah Naeun yang sudah cukup jauh darinya. Namun gadis itu enggan menoleh sehingga membuat Seongwoo terpaksa menarik pergelangan tangannya. "Tolong dengarkan aku sebentar." ucap lelaki itu setelah dirinya kembali berhadapan dengan Naeun.

"Baiklah. Tapi lepaskan dulu tanganku." Naeun menatap tangan Seongwoo yang mengunci pergelangan tangannya.

Seongwoo melepaskannya dengan senyuman lebar. "Maaf aku sudah bertingkah tidak sopan." ucapnya sambil mengusap belakang leher.

Di mata Naeun, tingkah laku Seongwoo tampak seperti anak kecil. Ia bahkan tidak bisa marah atas apa yang baru saja terjadi sekarang, juga tadi ketika mereka masih bersama Taemin. "Apa yang mau kau katakan?" tanya Naeun pada akhirnya.

"Aku tidak tahu apa kau salah paham atau tidak soal tadi.." Seongwoo menunggu respon yang diberikan oleh Naeun. Namun gadis itu hanya diam mendengarkan. "Aku hanya takut kau merasa terganggu dengan ucapanku tadi." lanjut lelaki itu.

Naeun membuang muka mendengar perkataan Seongwoo tadi. "Sebenarnya apa yang mau kau katakan?" tanyanya kesal.

"Aku tidak menyukaimu. Aku bertingkah seperti tadi karena kulihat kau merasa terganggu dengan kehadiran Lee Tae Min." jelas Seongwoo.

Pada awalnya Naeun benar-benar kesal mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Seongwoo. Namun setelah ia mengingat Seongwoo adalah seorang idola yang sangat terkenal, ia sedikit paham kenapa lelaki itu harus mengatakan hal tersebut. "Aku bukan penggemarmu. Jadi kau tidak perlu khawatir aku akan salah paham hanya karena perkataanmu tadi." jawab Naeun.

Seongwoo tersenyum nyaris tertawa mendengar jawaban yang diberikan seniornya itu. "Aku hanya tidak ingin kau menjadi canggung denganku." jelasnya.

"Kenapa?"

"Hanya.. tidak ingin."

Naeun menghela nafas. "Kenapa kau selalu tersenyum?" gumamnya. "Aku pergi sekarang." lanjut gadis itu tak ingin lebih lama lagi menjadi perhatian orang-orang disekitarnya.

Naeun melangkah menuju ke kelas selanjutnya. Selama perjalanan ia kembali mengingat kejadian sejak tadi pagi hingga saat ini. Semuanya terasa begitu cepat dan aneh. Kenapa ia bisa terlibat dengan kedua orang itu? Seharusnya ia menjauh dari orang-orang seperti Lee Tae Min apalagi Ong Seong Woo. Ia sudah pernah merasakan resiko berada di sekitar anak-anak terkenal seperti mereka, dan Naeun tidak ingin merasakannya lagi.

Naeun menggelengkan kepalanya dengan cepat, berharap otaknya berhenti memikirkan hal-hal tidak berguna. Pikirannya langsung kembali teralihkan ketika ia tiba di depan kelas. Lebih tepatnya ketika ia melihat poster yang tertempel pada mading jurusannya.

"Apa kau akan mengikuti audisinya?"

Naeun menoleh dan mendapati Soojung berdiri di sebelahnya. "Tidak. Aku rasa aku masih belum cukup baik untuk mengambil peran dalam drama tahunan ini." jawab Naeun lalu kembali menatap poster di depan matanya.

Snow Art Theatre adalah acara tahunan seni teater di kampus Naeun. Setiap tahunnya di musim dingin mereka akan menggelar pertunjukkan kecil yang dibuka untuk umum. Tujuannya adalah untuk promosi jurusan seni teater di kampus mereka. Karena itu, setiap tahun hanya mahasiswa-mahasiswa terbaiklah yang dapat tampil dalam pertunjukkan tersebut. Tampil di acara tersebut adalah mimpi setiap anak di jurusan Naeun.

"Kau tidak akan tahu jika tidak mencobanya." jawab Soojung.

Kini Naeun mengalihkan pandangan dari poster ke arah lawan bicaranya. "Bagaimana denganmu?" tanya gadis itu. Mungkin ia akan mempertimbangkannya jika Soojung juga akan ikut dalam audisi.

Namun Soojung menggeleng sebagai jawaban. "Aku akan menjadi panitia acara. Jika kau berhasil mengambil peran, aku akan menjadi kru-mu." jawabnya dengan senyum lebar.

Naeun langsung tampak kecewa dengan jawaban yang diberikan Soojung. "Mungkin aku akan mencobanya tahun depan." gumam gadis itu.

"Jangan menunda apa yang bisa kau lakukan sekarang sebelum kau menyesal."

Naeun belum sempat membalas perkataan Soojung ketika teman-teman kelasnya keluar dari ruang kelas. "Kenapa kalian semua keluar?" tanya Naeun, mencegat seorang temannya.

"Kita semua diminta datang ke gedung teater."

»«

Jongin tertawa terbahak-bahak mendengar apa yang baru saja diceritakan oleh Taemin tentang kejadian makan siang tadi. "Kau tidak bisa apa-apa jika ternyata anak baru itu memang benar tertarik dengan Naeun." ucap Jongin ditengah tawa.

Taemin menendang kaki lelaki yang tertawa diatas penderitaannya itu. "Kau sebenarnya temanku atau bukan?" tanya Taemin kesal. Jongin nyaris tidak pernah membela dirinya belakangan ini.

"Bukan seperti itu. Tapi coba kau lihat faktanya." Kali ini Jongin berhenti tertawa. "Dia lebih muda darimu. Dia lebih terkenal darimu. Dia lebih tampan darimu. Juga dia lebih berbakat darimu. Dia memiliki lebih banyak penggemar dan tampaknya jauh lebih ceria—"

"Hentikan omong kosongmu itu sebelum aku benar-benar membuatmu tidak bisa menari lagi." gertak Taemin mendengar semua perkataan Jongin yang memuakkan.

Jongin segera menutup mulutnya dengan tangan dan menguncinya rapat-rapat.

"Lee Tae Min-ssi."

Taemin dan Jongin langsung menoleh ke arah seseorang yang sedang berjalan mendekati mereka. Jongin tidak mengenalinya namun Taemin masih mengingat wajah itu dengan jelas.

"Jangan menatapku begitu. Aku hanya ingin minta maaf atas ucapanku di kantin tadi." ucap orang tersebut ketika melihat tatapan mengintimidasi yang diberikan Taemin.

Jongin mendekati Taemin untuk berbisik. "Siapa dia?"

"Lupakan soal tadi siang. Sepertinya akan lebih baik jika kita tidak pernah bertemu lagi, Park Ji Yeon Sunbaenim." jawab Taemin datar. Ia tidak ingin memperpanjang urusannya dengan gadis itu.

Jiyeon tertawa sinis mendengar penolakkan yang diucapkan Taemin. "Baiklah. Tapi kau masih berhutang terima kasih padaku." jawab gadis itu.

Taemin menghela nafas ketika Jongin hanya dapat memperhatikan keduanya dengan heran.

"Masuklah ke gedung teater dan saksikan pertunjukanku sekarang. Aku akan menunggumu." ucap Jiyeon lalu menunduk sopan sebelum kembali masuk ke dalam gedung yang terletak di sebelah mereka.

Jongin menatap gedung sederhana di sebelah mereka. "Ada pertunjukan hari ini?" gumamnya.

"Aku tidak peduli. Ayo kita pergi." ajak Taemin.

"Bukankah sebaiknya kita masuk? Gadis tadi pasti menunggumu." jawab Jongin mencegah langkah Taemin.

Taemin menoleh ke arah pintu masuk gedung tersebut. Beberapa orang mulai ramai masuk ke dalam gedung. "Sepertinya sudah ada banyak orang yang akan menontonnya. Dia tidak akan menyadari ketidakhadiranku." jawab Taemin tak acuh.

"Sepertinya kau akan merubah keputusanmu." jawab Jongin yang juga memperhatikan keramaian orang yang memasuki gedung.

Taemin menoleh ke arah Jongin lalu mengikuti arah pandang lelaki itu. Taemin langsung menghela nafas melihat kemana arah pandangan Jongin. "Ayo kita masuk." Taemin pun melangkah dengan senyum kecil di wajahnya.

»«

a/n:

maaf telat!
author sibuk banget untuk sekarang hehe maafkan
jangan lupa jejak ya! terima kasih!

After Broke Up!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang