sepuluh

836 113 7
                                    

Hari masih pagi ketika dua teman dekat itu meneteskan keringat dari dahi masing-masing. Bukan maksud mereka untuk olahraga di pagi hari yang cerah ini, tapi karena kedua lelaki itu datang terlambat di kelas pagi mereka. Sebagai hukuman, kedua orang itu harus berlari sepuluh kali mengelilingi lapangan. Mereka bisa saja pergi, tapi kelas praktek adalah kelas yang sangat disukai oleh Taemin. Maka ia dan Jongin mengurungkan niat untuk kabur.

"Kalian seharusnya bisa memberikan contoh yang lebih baik untuk para junior kalian. Terutama kau Lee Tae Min. Kemampuan saja tidak cukup tanpa kedisiplinan."

Taemin dan Jongin menunduk sopan meminta maaf. Tubuh kedua lelaki itu sudah dipenuhi oleh keringat yang membekas dibagian depan kaos yang mereka kenakan. Tak sedikit perempuan disana yang tertawa melihat tubuh ideal seniornya. Inilah alasan kebanyakan anak menyukai kelas praktek gabungan. Mereka dapat melihat langsung hasil latihan dari para mahasiswa seni tari yang menakjubkan. Namun kesenangan itu harus mereka akhiri ketika kelas akhirnya selesai.

Jongin langsung berbaring di atas lantai begitu pengajar keluar dari ruang latihan. Tubuhnya nyaris mati rasa terutama karena ia tidak sempat melakukan pemanasan terlebih dahulu. Semua ini karena Lee Tae Min. Ia harus membangunkan Taemin hingga akhirnya dirinya sendiri ikut terlambat. "Lain kali aku tidak akan membangunkanmu." ucap Jongin melihat Taemin yang tidak terlihat letih.

Taemin menoleh ke arah Jongin yang tergeletak di lantai lalu tertawa. "Kau lebih lemah dari dugaanku." komentarnya.

"Aku terlalu lelah untuk menghajarmu." jawab Jongin lalu memejamkan mata. Ia butuh istirahat.

"Sunbaenim."

Taemin menoleh ke arah pintu dan mendapati Seongwoo berdiri disana. Lelaki itu memegang satu botol air mineral dan sebuah handuk kecil. "Kau tidak berniat memberikanku itu 'kan?" tanya Taemin panik. Ia pernah mendapatkan satu botol air mineral dan handuk kecil seusai latihan, tapi tidak pernah dari seorang laki-laki.

Seongwoo menatap botol di tangannya dan langsung menggeleng. "Kau gila?"

"Apa katamu?!"

"Kemarilah, ada yang ingin aku tanyakan padamu." panggil Seongwoo.

Taemin mengangkat salah satu alisnya heran. "Kau baru saja memberiku perintah?" tanyanya tidak terima.

Seongwoo menghembuskan nafas berat. "Jika kau tidak mau maka aku akan menanyakannya pada Naeun Nuna." jawab Seongwoo yang langsung berhasil membuat Taemin berdiri dari tempatnya.

"Kita bicara di luar." Taemin membawa Seongwoo ke tempat yang lebih sepi.

Seongwoo mengelap keringat dengan handuk yang ia bawa sebelum mulai bertanya. "Apa sebenarnya hubunganmu dengan Son Na Eun?" tanya Seongwoo langsung pada intinya.

"Kau hanya ingin menanyakan itu?" tanya Taemin tidak percaya.

Seongwoo mengangkat kedua bahunya tidak peduli. Yang terpenting ia sudah menyampaikan pertanyaannya.

"Apa Naeun tidak memberitahukannya padamu?" tanya Taemin lagi.

"Menurutmu aku akan menanyakannya padamu jika dia sudah memberitahukannya?" balas Seongwoo. Bukannya menjawab, kedua lelaki itu malah saling melemparkan pertanyaan. "Aku melihat kalian semalam." lanjut Seongwoo. Itulah alasan mengapa ia menanyakan hubungan kedua orang itu sekarang.

Taemin melipat tangannya di depan dada. "Lalu menurutmu apa hubungan kami?"

Seongwoo menggeleng tidak yakin. "Aku cukup yakin kalian tidak berkencan. Ini juga tidak seperti kau sedang mengejar-ngejar Nuna. Terlebih lagi Nuna tidak benar-benar bersikap kasar kepadamu. Jadi aku tidak bisa menyimpulkan apa hubungan kalian karena kalian juga tidak bisa dikategorikan sebagai teman." Ia mengutarakan pemikirannya selama semalaman.

"Kurasa kau masih memiliki opsi lain." jawab Taemin melihat Seongwoo yang tampak berpikir.

"Bukan kekasih.. tetapi bukan teman. Yang satu tampak sangat peduli dan yang lainnya mencoba menghindar.." gumam Seongwoo. Lelaki itu membulatkan matanya setelah berpikir beberapa saat. "Kau mantan kekasihnya?!" tebak anak itu.

Taemin menjentikkan jari sebagai tanda benar untuk jawaban Seongwoo. "Kau ternyata lebih pintar dari dugaanku." pujinya. "Kau sekarang sudah tahu jawabannya, jadi jangan menemui Naeun lagi." kali ini Taemin mengucapkannya sebagai perintah.

Seongwoo menggeleng tanpa ragu. "Aku akan tetap menemuinya." Ia memberi sedikit jeda. "Karena kau hanya mantan kekasihnya."

»«

"Aku tidak boleh menemui Taemin lagi." Naeun membanting dahinya di atas meja, membuat suara keras yang menarik perhatian sekelilingnya.

Soojung menyentil telinga gadis itu karena membuat kegaduhan. "Bisakah kau tidak berisik? Kita sedang berada di perpustakaan sekarang." Ia mencoba mengingatkan Naeun.

Naeun memutar posisi kepala menghadap Soojung hingga pipinya yang menyentuh meja. "Kapan kau selesai? Aku lapar." keluhnya.

Soojung menutup buku catatannya. "Aku ada rapat dengan anak-anak jurusan lain, apa kau mau ikut makan siang bersama kami?" ajak Soojung.

"Baiklah." Naeun mengangguk. "Lebih baik daripada makan siang sendirian." lanjutnya.

Kedua gadis itu pun langsung berpindah tempat menuju kantin. "Sepertinya kita yang pertama tiba." gumam Soojung melihat tidak ada orang-orang yang akan ia temui.

Naeun menjadi semangat karenanya. "Ayo kita makan sebelum mereka datang." pinta gadis itu.

Soojung tidak peduli ia makan sekarang atau nanti. Akhirnya mereka memesan makan siang dan duduk di meja panjang yang memiliki kursi cukup banyak. Kedua gadis itu duduk di salah satu ujung meja dan mulai menyantap makan siangnya. Keduanya sedang makan siang dengan nyaman ketika seseorang tiba.

"Kurasa yang lain belum tiba, Soojung-ah."

Soojung dan Naeun menoleh ke arah datangnya suara. "Sepertinya mereka akan tiba sebentar lagi." jawab Soojung dengan tenang.

Naeun menatap Soojung dengan membelalakan mata. "Kau tidak bilang kalau kau akan menemui Jongin." ucap gadis itu sambil menggertakkan gigi.

"Aku bilang akan menemui anak dari jurusan lain." jawab Soojung tanpa rasa bersalah.

"Hei Son Na Eun," panggil Jongin mendengar keluhan gadis itu. "Apa kau benar-benar harus bersikap seperti itu?" tanyanya jengkel.

Naeun melirik Jongin dari sudut matanya, mencari kehadiran orang lain yang selalu mengikuti lelaki itu. "Kau sendiri?" tanya gadis itu.

Jongin pun duduk di sebelah gadis itu. "Kau mengharapkan seseorang datang?" godanya.

"Tidak!" jawab Naeun dengan panik.

"Sepertinya kehadiranmu tidak diharapkan, Lee Tae Min." ucap Jongin bersamaan dengan Taemin yang baru saja datang dengan satu nampan makan siang.

Naeun langsung tampak tekejut sebelum menoleh dengan perlahan. Ia pun menghela nafas melihat Taemin berdiri disana. "Kau disini." gumamnya.

"Ya, aku disini." jawab Taemin namun lelaki itu tidak duduk.

"Kau akan duduk di meja lain?" tanya Soojung melihat Taemin melihat sekeliling kantin.

Taemin mengangguk. "Kalian akan segera rapat. Akan lebih baik jika aku duduk di meja lain agar kalian tidak terganggu." jawab lelaki itu.

Mendengar jawaban itu membuat Naeun sadar akan posisinya yang juga akan mengganggu jalannya rapat. "Aku ikut denganmu." ucap Naeun.

Taemin tersenyum mendengar jawaban Naeun sedangkan dua orang lainnya diam tidak berkomentar. "Akhirnya kau berhenti menolak, Naeun-ah." gumam lelaki itu.

»«

a/n:

SELAMAT PAGII!
Gak kerasa nih udah hari sabtu lagi, hari dimana author wajib update cerita ini:")
Maaf kalau ceritanya garing karena dibuatnya buru-buru bangett
Tapi semoga kalian tetep suka dan tunggu kelanjutan cerita ini ya! Apalagi Seongwoo udah mulai nantangin Taemin nih hihi

Gak bosen author ingetin untuk kalian tinggalkan jejak yaa! Thank u! x.

After Broke Up!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang