delapan belas

768 122 12
                                    

"Selamat pagi, Ong Seong Woo-ssi." sapa Naeun lalu duduk di kursi kosong yang ada di sebelah Seongwoo.

Seongwoo yang tengah memainkan ponselnya menoleh. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanya lelaki itu heran.

Naeun menaikkan salah satu alisnya. "Apa? Aku hanya duduk." jawab gadis itu datar.

Seongwoo hanya bisa menghela nafas dan mencoba mengabaikan Naeun dengan kembali memainkan ponselnya.

"Apa kau sedang bersikap dingin padaku sekarang?" tanya Naeun, sadar dirinya diacuhkan.

Seongwoo melirik gadis di sebelahnya sesaat sebelum kembali mengalihkan pandangan ke ponsel. "Sikapmu lebih pantas untuk dipertanyakan dibandingkan sikapku." jawab lelaki itu sedatar mungkin. Namun Seongwoo tidak dapat mengendalikan detak jantungnya yang berdetak tidak karuan.

Naeun mendengus kesal mendengarnya. "Memangnya apa yang salah dengan sikapku?"

"Sebenarnya kau tidak tahu atau pura-pura tidak tahu?" gumam Seongwoo tanpa dapat didengar oleh lawan bicaranya.

Naeun yang melihat ada pergerakan di bibir Seongwoo mendekat ke arah lelaki itu sebelum kembali bertanya, "Apa katamu?"

Seongwoo menghembuskan nafas berat lalu menoleh ke wajah Naeun yang hanya berjarak dua puluh senti dari wajahnya. "Apa kau mau menjadi kekasihku?" tanya Seongwoo untuk kedua kalinya.

Naeun hanya bisa mengalihkan pandangannya seolah tidak mendengar pertanyaan itu. Melihat hal itu membuat Seongwoo tersenyum miris kepada dirinya sendiri. "Jangan bersikap seperti ini lagi jika kau masih tidak ingin menjadi kekasihku." Akhir Seongwoo lalu kembali memainkan ponselnya.

"Kau terlihat putus asa."

Naeun bergeser ke arah Seongwoo ketika seseorang tiba-tiba duduk di sisi lain kursinya. "Apa maksudmu?" tanya Naeun mengingat nada sinis yang baru saja diucapkan Taemin.

"Aku tidak bicara padamu, aku bicara pada anak itu." jawab Taemin sambil menyinggung Seongwoo yang ia yakini mendengar perkataannya.

Seongwoo tersenyum sinis lalu menoleh. "Kau tidak sedang bicara tentang dirimu sendiri 'kan?"

"Bagaimana jika aku bilang aku menarik kembali semua perkataanku padamu? Aku memutuskan untuk kembali." jawab Taemin dengan tatapan menyalak.

Kali ini Seongwoo tidak bisa lagi mempertahankan wajah datarnya. Sorot mata lelaki itu berubah menjadi tajam dalam hitungan detik. Taemin pun masih menatap lelaki di hadapannya dengan tatapan menantang.

"Apa yang sebenarnya kalian bicarakan?" tanya Naeun yang sejak awal hanya bisa duduk diam di antara kedua lelaki itu. Ia tidak benar-benar mengerti apa yang sebenarnya kedua lelaki itu bicarakan. Ia tidak mengerti apa maksud Taemin untuk kembali.

Taemin menatap wajah Naeun yang kebingungan lalu tersenyum. "Apa kau masih tidak mengerti? Aku memutuskan untuk kembali padamu." ucap lelaki itu tanpa ragu.

Naeun tidak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya ketika Taemin selesai bicara. Tanpa gadis itu sadari, tangan kanannya sudah menampar pipi kiri lelaki itu. Dalam hitungan detik perhatian seisi ruangan tertuju pada sepasang mantan kekasih itu. 

"Nuna." Seongwoo memegang kedua bahu Naeun, berharap dapat menenangkan gadis itu.

Naeun menatap tangannya yang mulai memerah karena memukul Taemin terlalu keras. Ia mengepalkan tangan dengan keras sebelum akhirnya meraih tas dan berdiri meninggalkan ruangan.

Taemin baru saja akan berdiri untuk mengejar mantan kekasihnya ketika Seongwoo menahan bahu lelaki itu agar tetap duduk di kursi. "Menurutmu bagaimana perasaannya ketika kau tiba-tiba berkata seperti itu setelah semua yang kau lakukan selama ini?" tanya Seongwoo dengan gemertak. "Kau tidak akan mengerti, tapi itu akan jauh lebih menyakitkan setelah dia memutuskan untuk berhenti mengejarmu." lanjut lelaki itu lalu berdiri dan mengejar Naeun yang sudah pergi keluar ruangan.

Taemin hanya bisa diam setelah mendengar perkataan Seongwoo. Ia bahkan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia merasa ia adalah manusia terbodoh yang tidak pernah tepat dalam mengambil keputusan.

"Tenanglah, ini akan lebih baik daripada kau terus membohongi perasaanmu." Gara menepuk bahu Taemin lalu duduk di tempat Naeun sebelumnya duduk. "Kau tidak akan menyesali apa yang terjadi hari ini."

 »«  

Naeun sedang duduk di salah satu bangku kayu di taman ketika Seongwoo menemukannya. Gadis itu masih diam sambil menatap tangan kanan yang baru saja ia gunakan untuk menampar wajah Taemin. Ia tidak percaya dirinya melakukan hal itu. Ini pertama kalinya Naeun berperilaku sangat kasar kepada lelaki yang sudah ia kenal selama bertahun-tahun itu.

"Nuna." Seongwoo duduk di sebelah Naeun dengan wajah ceria yang sudah lama tidak Naeun lihat. "Alasan yang bagus untuk tidak ikut dalam rapat. Aku juga sangat malas hari ini." ucap lelaki itu lalu merenggangkan kedua tangan ke udara.

"Apa aku terlihat sedang bercanda sekarang?" ucap Naeun dengan nada sinis.

Seongwoo tertawa mendengarnya. "Lihat, kau selalu bersikap kasar jika aku bersikap ramah. Apa aku harus selalu bersikap tak acuh agar kau terus memperhatikanku?" canda lelaki itu.

Naeun menatap Seongwoo yang masih setia tersenyum ke arahnya.

"Nuna, kurasa kau sedang merasakan apa yang aku rasakan sejak kemarin." Kali ini tak ada nada gurauan dalam perkataan Seongwoo. "Kau kesal karena Taemin tiba-tiba berkata seperti itu padamu.. tapi kau lebih kesal lagi karena itu hal yang selama ini kau tunggu. Bukankah aku benar?" tanya Seongwoo.

"Seongwoo-ah.." Mendengar perkataan Seongwoo membuat Naeun sadar seberapa banyak rasa sakit yang ia timbulkan kepada lelaki itu. Sangat banyak rasa sakit yang Seongwoo sembunyikan ketika dirinya bahkan tidak bisa menahan emosi beberapa saat yang lalu. "Maafkan aku." Naeun menundukan kepalanya.

"Aku malah ingin berterimakasih padamu." Seongwoo bersandar pada kursi sambil menatap langit yang mendung mengingat musim dingin sebentar lagi akan tiba. "Kau baru saja memberiku sebuah kepastian." lanjutnya.

Naeun kembali mengangkat kepala untuk melihat lawan bicaranya. Seongwoo pun ikut menatap wajah gadis yang dalam waktu singkat telah berhasil mencuri hatinya itu. "Perasaanku padamu tidak sebesar rasa sayangmu pada Taemin." lanjut Seongwoo melihat tatapan bingung milik Naeun. "Aku masih bisa menahan emosiku, sedangkan kau tidak. Itu membuktikan besarnya perasaanmu pada Taemin Sunbae." Seongwoo tersenyum.

"Apa yang sebenarnya aku lakukan selama ini." gumam Naeun lalu kembali mengalihkan pandangan. Ia tidak tahan melihat senyum Seongwoo yang tampak penuh kepalsuan baginya.

Seongwoo tertawa kecil menyadarinya. "Percepat untuk mengambil keputusan. Kau akan menyesal jika kau terlambat." 

"Aku bahkan tidak tahu harus melakukan apa sekarang." jawab Naeun. Pikirannya benar-benar kosong untuk saat ini. 

"Itu tidak mengherankan." jawab Seongwoo. "Kau baru saja menampar seseorang di depan umum."

Naeun menutup wajahnya dengan kedua tangan setelah kembali mengingat hal itu. "Apa yang sebenarnya baru saja aku lakukan.." keluh gadis itu. Ia merasa dirinya sangat bodoh dalam hal ini.

"Kumohon berhenti mengeluh tentang apa yang akan atau baru saja kau lakukan." tegur Seongwoo yang sudah mendengar keluhan yang sama sebanyak tiga kali.

"Lalu?"

"Cukup lakukan apa yang membuatmu bahagia." Dengan begitu kuharap aku tidak akan menyesali keputusanku saat ini.

  »«  

a/n:

Waa Taemin mulai kembali nih!!
Kira-kira kali ini Naeun nerima kembalinya Taemin gak yaa?
Terus gimana nih sama Seongwoo?
Mungkin gak Naeun lebih milih Seongwoo daripada Taemin?
Tunggu terus kelanjutannya yaa! x.o.

After Broke Up!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang