dua puluh

833 121 18
                                    

Sudah sangat lama sejak terakhir kali Naeun melihat Taemin berdiri menunggu dirinya di depan asrama. Ia tidak tahu ternyata hal kecil yang sejak awal kuliah sering Taemin lakukan akan seberharga ini. Ia nyaris lupa sebahagia apa rasanya ketika ia bersama dengan Taemin. Gadis itu kembali merasakan hal yang sama seperti dulu, rasa ingin terus bertahan disisi Taemin.

"Padahal kita bisa bertemu di kampus, tapi kau bilang kau akan kembali ke asrama sebelum makan siang." ucap Taemin ketika Naeun tiba di hadapannya.

Naeun mengangkat salah satu alisnya heran, "Kita memang bisa bertemu di kampus, tapi kau bilang kau akan menemuiku disini."

"Lalu untuk apa kau kembali kemari?"

Naeun menunjukkan dompet yang masih ia pegang di tangannya. "Aku mengambil ini." jawabnya.

Taemin tersenyum melihatnya. "Kalau begitu kita bisa pergi lebih jauh dengan isi dompetmu." goda lelaki itu.

"Hei!" jerit Naeun seketika. "Aku tidak ingin kau membayar makananku memiliki arti yang berbeda dengan aku ingin membelikanmu makanan."

Taemin menepuk kepala Naeun lalu sedikit menunduk untuk menyetarakan wajahnya dengan wajah gadis itu. "Bukankah ini terasa seperti kencan pertama kita?" Lelaki itu tersenyum bahagia dengan tulus, membuat hati Naeun kembali berdetak lebih kencang.

Naeun menepis tangan Taemin dari kepalanya. "Apa kau menggodaku sekarang?"

Taemin tertawa lalu menyisakan senyum lebar. "Apa aku membuat hatimu berdebar?" goda lelaki itu lagi.

Naeun menginjak kaki Taemin dengan keras lalu melangkah pergi mendahului lelaki itu. Taemin sempat meringis sesaat sebelum kembali mengejar langkah Naeun yang sangat mudah untuk dikejar. Ia menatap wajah gadis di sebelahnya yang merengut namun tampak sangat manis. Taemin sangat merindukan saat-saat itu. Ia selalu merindukan saat-saat ia bersama dengan Naeun.

"Eh?" Naeun menatap tangan kanannya yang tiba-tiba digenggam oleh tangan kiri Taemin.

Lelaki itu tersenyum lebar padanya. "Kenapa belakangan ini sangat sulit hanya untuk menggenggam tanganmu?"

Naeun mengalihkan pandangan dari tangannya ke wajah orang yang menggenggamnya. "Apa aku mengizinkanmu memegang tanganku?" tanya gadis itu datar.

Taemin mengeratkan genggamannya setelah mendengar jawaban dari Naeun. "Kali ini aku tidak akan membiarkanmu melepasnya dengan mudah." jawab lelaki itu lalu mulai kembali melangkah dengan membawa Naeun dalam genggamannya.

Pipi Naeun memerah ketika Taemin membawa gadis itu kembali melangkah. "Apa kita akan baik-baik saja sekarang?" tanya Naeun sedikit ragu.

Taemin kembali menghentikan langkahnya lalu menoleh hingga seluruh tubuhnya menghadap ke arah Naeun. "Apa yang membuat kita tidak baik-baik saja selain kita sendiri?" tanya lelaki itu. Ia melepas genggaman tangannya dan memindahkannya ke bahu Naeun. "Percaya padaku, keputusan kita untuk kembali bersama adalah jalan keluar semua masalah selama ini." Lelaki itu meraih Naeun dalam pelukannya.

Naeun tersenyum lalu membalas pelukan lelaki bernama Lee Tae Min itu. "Kurasa akan ada masalah baru.. tapi aku setuju dengan ucapanmu tentang kembali bersama." jawab gadis itu.

"Lalu, apa kau akan meninggalkan makan siang hanya untuk memelukku?" gurau Taemin lagi. Naeun langsung melepas pelukannya dengan kesal dan membuat Taemin tertawa dengan puas. "Aku tidak suka kau melewatkan makan siang, kau tahu itu." lanjut Taemin untuk meredakan emosi pasangannya.

Naeun tidak lagi semangat untuk menanggapi lelaki itu. "Kau selalu merusak suasana." keluh Naeun.

"Jadi kau suka hal-hal seperti ini?" Senyum jahil kembali terukir di bibir Taemin. "Ternyata Naeun-ku sudah lebih dewasa. Dulu yang kau suka hanya ketika aku mengajakmu makan." lanjutnya.

"Terserah. Aku jadi tidak lapar sekarang." jawab Naeun lalu mengubah arah jalannya untuk kembali ke asrama.

Taemin segera mengejar langkah gadis itu dan menghalanginya untuk kembali ke asrama. "Apa kau marah sekarang?" tanya Taemin dengan mendekatkan wajahnya pada wajah Naeun.

Dengan datar Naeun mendorong wajah lelaki itu untuk menjauh. "Kau memang selalu menyebalkan." keluh gadis itu.

"Baiklah kalau begitu." Taemin kembali menggenggam tangan Naeun dengan jemarinya. "Aku akan mengikuti semua perkataanmu asalkan kau tidak melepaskan genggamanku lagi." Lelaki itu tersenyum lebar.

Pipi Naeun berubah menjadi merah merona tanpa dapat gadis itu tahan. Ia pun membalas senyuman Taemin dengan senyuman yang tidak kalah lebar. "Kau harus menggenggamnya dengan sangat erat kali ini." jawab gadis itu lalu membalas genggaman tangan Taemin.

"Aku benar-benar tidak akan melepaskannya kali ini." ucap Taemin.

Naeun menoleh ke arah belakang ketika sadar tatapan Taemin tak lagi mengarah kepadanya. Ia pun akhirnya melihat kepada siapa sebenarnya Taemin berbicara. Kalimat itu bukan lagi untuk dirinya, tapi untuk Ong Seong Woo.

"Seongwoo-ah.." Naeun mencoba menarik tangannya dari genggaman Taemin namun lelaki itu malah semakin menggenggamnya erat.

Seongwoo tertawa kecil melihat gerakan berlawanan kedua orang itu. "Kau benar-benar tidak akan melepaskannya?" tanya lelaki itu.

"Kali ini aku tidak akan bersikap lembut lagi padamu, jadi sebaiknya kau—"

"Aku menyerah." ucap Seongwoo tanpa membiarkan Taemin menyelesaikan kalimatnya.

Kali ini Taemin dan Naeun dibuat bungkam oleh lelaki itu. "Aku bisa bersaing dengan Taemin untuk merebutmu, tapi perasaanku padamu tidak akan bisa bersaing dengan perasaanmu pada Taemin, Nuna." Seongwoo menunjukkan senyuman yang sangat sering lelaki itu tunjukan di hadapan Naeun.

Kalimat yang diucapkan Seongwoo berhasil membuat mata Naeun luluh dan gadis itu kembali tersenyum. "Terima kasih, Seongwoo." Hanya itu yang mampu keluar dari bibirnya.

Senyum Seongwoo sedikit memudar ketika Naeun menatapnya, namun lelaki itu tetap mengangguk. "Jika kau berubah pikiran kau masih bisa menghubungiku kapanpun." gurau lelaki itu untuk menyembunyikan perasaan sedihnya.

"Hei!" jerit Taemin. "Aku hampir saja percaya dengan kata-katamu." gertak lelaki itu.

Seongwoo kini menatap ke arah Taemin. "Kuharap kau tidak akan menarik kata-katamu lagi." ucap lelaki itu dengan nada yang sangat berbeda dengan saat ia berbicara pada Naeun.

Ekspresi Taemin pun berubah ketika ia menjawab, "Aku tidak akan menarik kata-kataku kali ini."

Naeun menatap kedua lelaki itu secara bergantian. Ia tidak benar-benar tahu apa yang mereka maksud sejak tadi. "Kata-kata apa yang kalian maksud?" tanya Naeun pada akhirnya.

Taemin segera menoleh dengan tersenyum. "Bukan apa-apa." jawab lelaki itu.

"Kau tidak perlu tahu, Nuna." Seongwoo menambahkan.

Naeun tersenyum canggung mendengarnya. "Kurasa kalian membicarakan diriku." ucap gadis itu peka.

"Aku tidak bisa bilang tidak." jawab Taemin sambil mengangkat kedua bahu.

Naeun kini menoleh ke arah Seongwoo. "Apa yang dia bicarakan soal aku?"

Seongwoo tersenyum seperti biasanya. "Sebaiknya kau tidak tahu."

»«

a/n:

SELAMAT HARI SABTU!!

Maaf telat update gak pagi karena semalem aku pulang malem jadi bangun kesiangan huhu

Semoga suka cerita kali ini yaa!

Saran dong kelanjutannya mau gimana hehe

Makasih udah sempetin baca cerita ini! Jangan lupa tinggalkan jejak! x.o.

After Broke Up!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang