enam belas

748 110 19
                                    

"Sepertinya kalian memang ditakdirkan untuk bersama.." gumam Jongin ketika secara tidak sengaja ia duduk di antara dua teman semasa sma-nya. "Atau sebaliknya? Aku tidak yakin." lanjut lelaki itu.

"Berhenti bicara." tegur Taemin tanpa menoleh sama sekali.

Naeun melirik dua lelaki di sebelahnya. "Sepertinya temanmu itu sangat benci jika kau membahas hubungan kami." ucapnya.

Jongin sedikit memutar badan untuk menghadap ke arah Naeun. "Kau sendiri? Sudah lama sejak terakhir kali kau mau bicara padaku." jawabnya.

Naeun tersenyum sinis menjawab pertanyaan Jongin. "Kau ingin aku berhenti bicara padamu?" tanya gadis itu.

Jongin tersedak mendengarnya. "Kau memang tidak berubah."

Naeun tersenyum bangga mendengarnya. Setidaknya ia bisa bertahan dengan sifat yang membuatnya merasa nyaman.

"Tapi kurasa seseorang berubah." gumam Jongin lagi, membuat Naeun dan Taemin menoleh ke arah Jongin sebelum mengikuti arah mata lelaki itu. "Kenapa Seongwoo tidak memaksa untuk duduk di dekat Nuna-nya?"

Naeun menatap Seongwoo yang duduk di sudut lain ruangan dengan heran. "Ia bahkan tidak melihat kemari sama sekali." ucapnya.

Taemin menoleh menatap Naeun yang tengah memperhatikan Seongwoo. Situasi apa lagi ini?

"Jika kau memutuskan untuk mendepaknya, kau harus serius untuk melakukannya. Jangan membuat gadis ini bingung." gumam Jongin yang langsung menyadari tatapan mata Taemin.

Taemin segera membuang pandangannya ke arah lain. "Kubilang berhenti bicara." ucap lelaki itu gugup.

Jongin berdecak mendengarnya. "Aku tidak mengerti siapa yang mendepak dan didepak." gumam lelaki itu lagi.

Naeun juga Taemin tidak sempat menjawab karena rapat hari itu akan segera dimulai. Namun kedua orang itu memiliki pikiran yang sama dengan Jongin. Siapa yang sebenarnya mencoba untuk pergi?

»«

Matahari sudah berada di atas kepala ketika rapat hari itu selesai. Sebagian besar orang setuju dengan konsep yang telah didiskusikan oleh Taemin dan Naeun sebelum akhirnya disampaikan pada rapat pagi tadi. Untuk selanjutnya mereka akan melakukan audisi untuk memilih peran-peran yang dibutuhkan.

"Ayo kita makan siang bersama." ajak Jongin tanpa berpikir panjang.

Naeun yang masih duduk melirik Taemin yang sedang beranjak dari kursi. "Kurasa itu bukan ide bagus." gumamnya.

Jongin menahan bahu Taemin sebelum lelaki itu sempat melangkah. "Ayolah, kita harus bekerja sama dan menjadi dekat demi kelancaran acara ini." rayunya. "Kalian semua juga. Ayo kita makan siang bersama sebelum bubar." Kali ini Jongin mengajak semua orang yang masih tersisa dalam ruangan.

Dengan begitu mereka semua berakhir duduk bersama di sebuah restoran cepat saji yang terletak di seberang gedung kampus. Semua orang yang masih tersisa di ruang rapat terpaksa hadir karena desakkan dari Nara dan Gara yang setuju dengan gagasan Jongin untuk makan siang bersama. Namun tak sedikit anak yang menikmati saat-saat makan siang itu.

Naeun beranjak dari kursinya untuk mengambil sedikit saus di sudut restoran. Namun alat penekan saus yang ia tekan sangat berat hingga ia mengalami kesulitan.

"Oh? Terima kasih." ucap Naeun ketika seseorang membantunya. Ketika ia mendongak orang itu sudah berjalan memunggunginya. "Apa ia menghindariku?" gumam Naeun melihat Seongwoo yang sudah kembali duduk di meja mereka. Lelaki itu duduk di sudut lain yang berlawanan dengan tempat Naeun duduk.

"Menyingkirlah. Kau menghalangi orang lain."

Naeun kembali menoleh dan mendapati Taemin berdiri menghadap ke arahnya. "Aku benar-benar mengagumi sikap profesionalismemu. Tapi kau kembali menjadi menyebalkan sekarang." jawab gadis itu.

"Bukan urusanku jika kau menyukai sikapku atau tidak. Kita tidak memiliki hubungan apapun lagi." jawab Taemin.

Naeun mengangkat salah satu alisnya heran. "Lagi." gumamnya. "Lagi-lagi kau menegaskan hal itu." lanjut gadis itu.

Taemin tampak terdiam sesaat untuk mencerna maksud perkataan Naeun. Ia berdecak ketika sadar bahwa ia terlalu sering mengatakan bahwa mereka sudah tidak ada hubungan apapun lagi. Bukankah akan terasa aneh bagi Naeun karena ia terlalu sering mengatakannya? Apa yang akan gadis itu pikirkan?

"Kau tidak perlu selalu mengingatkanku bahwa hubungan kita sudah berakhir. Karena sikapmu tidak lagi sama sejak saat itu." ucap Naeun sebelum akhirnya pergi untuk kembali bergabung dengan yang lain.

Taemin menatap punggung Naeun yang menjauh. Sampai kapan ia harus merasa sakit karena melihat punggung gadis itu yang terus menjauh? Ia merasa dirinya pengecut. Ia tidak bisa melakukan apa-apa karena ia merasa takut. Ia takut Naeun akan kesulitan lagi karena dirinya. Ia tidak ingin membuat gadis itu lebih kesulitan lagi.

"Cepat kembali bergabung dengan yang lain." ucap Gara yang sedari tadi tanpa Taemin sadari memperhatikannya.

Taemin mengangguk sopan sebagai jawaban. "Menjauh tidak selalu menjadi pilihan yang tepat." Taemin menghentikan langkahnya setelah mendengar kembali ucapan seniornya itu.

"Aku tidak akan mencampuri urusan pribadimu. Tapi aku berharap kalian tetap bisa bersikap profesional sampai acara ini sukses." lanjut Gara lalu menepuk bahu Taemin sebelum kembali duduk.

Mata Taemin kembali tertuju pada Naeun yang kali ini tidak duduk dekat darinya. Gadis itu tampak sangat jelas beberapa kali melirik ke sudut lain dari meja dimana Seongwoo sedang menyantap makan siangnya. "Hei Son Na Eun." tanpa sempat Taemin tahan kalimat itu keluar dari mulutnya.

Tidak hanya Naeun, nyaris semua orang langsung menoleh ke arah lelaki itu. "Aku kehabisan saus. Minta punyamu." Taemin menjulurkan tangannya.

Naeun menatap lelaki itu dengan heran sebelum memberikan sisa saus yang masih dimilikinya. Taemin segera mengambil saus itu dan kembali duduk di kursinya.

Gara yang juga melihat kejadian itu menahan tawa. Melihat Taemin membuatnya mengingat dirinya di masa lalu. Ia juga cukup mendengar banyak gosip yang menyebar di kampus mereka. Ia semakin yakin bahwa Taemin hampir berada di posisi yang sama dengan dirinya. Namun ia tidak berharap Taemin akan berakhir sama dengan dirinya.

"Hei, kau kembali memperhatikan Lee Tae Min." tegur Nara yang duduk di sebelah Gara.

Gara menoleh lalu menggeleng. "Bukan begitu." ucapnya.

Nara menunjuk wajah Gara dengan jari telunjuknya. "Kau pasti menyamakan Lee Tae Min dengan dirimu yang dulu 'kan?" tebak gadis yang sudah mengenal lama lelaki di sebelahnya itu.

Gara menepis jari gadis itu. "Tidak." selanya.

Nara tertawa geli melihatnya. "Kau tidak bisa menyamakan dirimu dengan Taemin. Anak itu jauh lebih tampan dan lebih terkenal daripada dirimu yang dulu."

"Hei, Seo Na Ra. Kau mau mati?" ancam Gara.

"Sifat aslimu akhirnya keluar juga." Nara masih tersenyum lebar. "Tapi aku serius. Kau tidak bisa menyamakan dirimu dengan Taemin." lanjut gadis itu.

Gara hanya diam walaupun terdapat kata kenapa dalam pikirannya.

"Kau mau tahu kenapa?" Nara dapat melihat rasa ingin tahu lawan bicaranya. "Karena Taemin tidak malu menunjukkan perasaannya."

»«

a/n:

semua mulai berbalik arah nih!
maaf kali ini author gak bisa bilang banyak karena lagi tidak sehat
mohon doanya yaa supaya tetep bisa update tepat waktu
terima kasih! x.o.

After Broke Up!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang