"Maafkan Aku, Atta"
————————————————
"APA!" Sorot mata Atta yang tajam seolah tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Rasa sakit yang begitu dalam menusuk hatinya terasa hingga ke ruas tulang.
"Apa kau sungguh melakukan itu semua? Apa yang ada di pikiranmu saat ini? Kenapa kau melakukan itu semua? KENAPA? Katakan padaku!"
"Aku tidak ingin kehilanganmu, Atta!" ucap Aleta yang tak bisa menahan tangis.
"Kehilanganku bagaimana?"
Aleta yang duduk bersandar di atas kasurnya, mencoba menggapai tangan Atta yang berdiri di sampingnya. "Aku sangat mencintaimu, Atta! Akan ku lakukan apapun agar kau tetap bersamaku!"
"AKU TIDAK PEDULI DENGAN SEMUA ITU!!!" erang Atta tak mampu menahan emosinya yang meluap.
"APA! KAU TIDAK PEDULI? Jadi ... selama ini cintamu padaku itu, APA?" balasnya kecewa yang juga tak menyangka dengan apa yang barusan ia dengar.
"KAU TAK PERLU SAMPAI MELAKUKAN INI 'KAN?"
"Aku sangat mencintaimu hingga aku rela melakukan semua ini! Namun, Aku sadar kalau cintamu tak sebaliknya begitu!"
"Apakah Aku harus selalu di dekatmu? Agar kau merasa kalau aku mencintaimu! Apakah aku harus memelukmu? Agar kau tau seberapa hangat cintaku! Apakah aku harus menciummu? Agar kau tau seberapa tulusnya perasaan ini untukmu? Seperti itukah bukti yang engkau harapkan dariku?"
"Aku hanya ...."
DUG!
Atta memukul dinding yang ada di hadapannya dengan sangat keras hingga tanganya seidkit mengeluarkan darah.
"Sungguh! Aku tidak percaya semua ini, kau sudah membuatku sangat kecewa! Hanya dengan waktu dirimu yang sesungguhnya bisa kulihat!" ungkap Atta, lalu pergi meninggalkan Aleta.
"Atta! Tunggu!" erangnya sambil menangis sambil menyesali apa yang telah ia perbuat.
"Apa yang sudah ku lakukan? Maafkan Aku, Atta ... Yenada," sesalnya membatin.
***
Gery, Eggi dan Riska masih kebingungan mencari Yenada. Saat ini mereka pergi menemui Bapak Surya meminta informasinya.
"Bapak, beneran nggak tau?" tanya Gery kepada Pak Surya Tukang Kebun Sekolah.
"Beneran Mas, Neng ... Bapak beneran nggak tau, terakhir Bapak lihat dia duduk melamun di Gazebo."
"Kayaknya Bapak ini beneran nggak tau deh!" ucap Eggi memberitahu Gery.
Gery yang tengah kesal menoleh ke arah Riska yang berdiri satu langkah di belakangnya. Dahinya mengkerut menatapnya penuh tanya.
Riska yang menyadari itu merasa risih dan bertanya, "Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa kau pikir aku yang melakukannya?"
"Menurutmu?"
"Sungguh! Aku tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu!" jelas Riska.
"Aku tidak berpikir kalau kau sepandai itu!" decaknya dan perdebatan antara Gery dan Riska berlanjut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kertas Bahasa Hati
Teen Fiction[DIREVISI] Bagaimana jika selembar kertas mampu mengungkapkan perasaan yang terdapat dalam relung hati? Seorang gadis lugu disabilitas tidak mendapat sedikitpun pengakuan dari teman satu sekolahnya. Dicaci dan dimaki setiap hari. Terpaksa ia harus...