Huaaaah! Gery meregangkan tubuhnya. "Akhirnya, gue bisa liburan dan satu lagi gue bisa terbebas dari aturan sekolah yang mesti ngomong pake Bahasa Indonesia."
"Ger! Lu pagi-pagi dah ngomel aja, bantuin kita gih angkatin barang-barangnya anak-anak!" suruh Eggi.
"Iya-iya! Gue bantuin." Gery memasang wajah asemnya. Karena biasanya kalo di kelas bagian dia buat nyuruh-nyuruh orang.
"Yenada, belum dateng?" tanya Riska yang celingak-celinguk melihat sekeliling.
Kala itu suasana pagi yang begitu sejuk dengan udara segar walau di perkotaan. Hari Sabtu dimana sepinya kendaraan yang berlalu-lalang dikarenakan hari libur kerja bagi kebanyakan orang.
"Akhirnyaa ... eh! Eggi, lu jadi chat di group kelas?" tanya Gery yang baru saja meletakkan tas terakhir ke atas mobil.
"Chat apa?" jawabnya cepat.
"Itu loh! Yang kata gue kemaren mau ajakin anak-anak di kelas, lu yang ngechat ya? Kok gue gak tau kalo ada notif-nya?" ujar Gery.
"Enggak, gue gak ngechat."
"Terus mereka bertiga? Tau dari mana? Aleta?" menunjuk kedalam ke arah mobil satunya yang parkir di depan.
"Ohh, rombongannya Fany itu ...."
"HATSIY!!!" tiba-tiba Fany bersin.
"Eh! Lo kenapa, Fan? Sakit?" tanya Ros.
"Yaa ... padahal baru aja mau liburan kok kamu sakit sih, Fan!" polosnya Mely.
"Gak, cuman bersin pagi aja." jawab Fany lalu membuka kaca mobil di sebelah kirinya.
"Pagi!!!" teriak Gery yang melihat Fany nongol keluar dari jendela kaca mobil.
"Oh, Pagi juga, Ger!" jawabnya.
"Jadi ... ceritanya gini, kemaren pas kita pulang dari rumahnya Yenada, Yenada langsung chat gue, katanya dia mau ngajak Fany, Ros, sama Mely juga. Yaa, gue sih setuju aja, lagian kita pengennya pergi rame-rame kan?
Yenada juga udah tanya ke Aleta, katanya gimana? Aleta bilang ajak aja mereka pasti mau kok! Yaa, mereka mau ikut pergi ke puncak bareng kita," ungkap Eggi panjang lebar.
"Hi!"
Tiba-tiba terdengar suara sapaan lembut dari arah belakang mereka. Mereka pun menoleh dan sudah menyangka siapa orang tersebut.
"Ohh, Aleta akhirnya dateng juga," ujar Gery lega karena tak sabar ingin berangkat segera.
"Iya, maaf nih telat! ._."
"Ohh, gapapa Al, ini baru jam," Eggi melihat ponselnya, "baru jam 6 kurang sepuluh kok, kita janjiannya kan jam 6 tepat berangkat dari sini."
"Aleta barangnya sini, biar aku yang angkat ke mobil," Aleta menyerahkan bawaannya ke Gery, "ohh iya, Aleta bareng gue kan, Gi?" ujarnya.
"Hmm ... iya Ger, mobil depan udah penuh, Gue, Yenada, sama tiga anak itu." jawab Eggi.
"Yok! Aleta langsung aja masuk nunggu di mobil aja." tawar Gery. Aleta pun langsung masuk ke dalam mobil yang sudah dihuni oleh Riska lebih dulu.
"Hi! Aleta," sapa Riska yang duduk di bagian depan.
"Hi, Riska!" sapanya balik dan duduk bergeser lalu bersandar di jendela mobil sebelah kanan.
Gery dan Eggi yang berdiri di luar masih menantikan kehadiran Yenada padahal waktu sudah menunjukkan pukul 6 kurang 5 menit.
Pucuk di cinta ulam pun tiba, yang dinanti-nanti akhirnya datang. Terlihat Yenada yang sedang berlari-lari kecil dengan membopong bawaannya. Eggi langsung menghampiri dan membantunya. Eggi menuntunnya ke arah mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kertas Bahasa Hati
Fiksi Remaja[DIREVISI] Bagaimana jika selembar kertas mampu mengungkapkan perasaan yang terdapat dalam relung hati? Seorang gadis lugu disabilitas tidak mendapat sedikitpun pengakuan dari teman satu sekolahnya. Dicaci dan dimaki setiap hari. Terpaksa ia harus...