Chapter 13

11 3 3
                                    

"Lalu kenapa Eggi?" tanya Atta keheranan.

"Atta, sejak kecil Asha merasa sangat bahagia bila bersamamu. Sehingga ia tak pernah mau jauh darimu. Bahkan dia lebih menyukaimu dibanding aku, kakaknya sendiri," ungkap pria bersepeda tersebut dan langsung menceritakan kronologi yang terjadi di masa lalu kepada Atta.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hingga suatu saat kau meminta kepada Ayah untuk mengizinkanmu pergi untuk hidup mandiri. Jelas! Ayah tak mengizinkanmu karena pada saat itu kau masih berumur 7 tahun. Tapi entah kenapa Ayah bisa-bisanya mengizinkanmu. Aku tak mengerti apa alasan yang kau berikan sampai Ayah berani mengambil keputusan seperti itu.

Saat Asha tau kau akan pergi, ia menangisi semua yang pernah kalian lakukan bersama sejak kecil. Namun, ketika kau datang menghampirinya, Entah apa yang kau katakan padanya, iamau menerima kepergianmu. Ia menitipkan Liontin pemberian Bunda yang selalu ia kenakan sebagai kalung. Ia memberikan benda kesayangannya itu padamu agar kau menjaganya sebagaimana menjaga janji kalian.

Namun, satu hal yang paling menyakitkan baginya ketika kau tak menepati janjimu, kau tak pernah kembali. Hal itu membuatnya sangat terpukul dan merubahnya menjadi sosok yang pendiam. Hari-harinya ia habiskan hanya dengan duduk merenung di atas ayunan. Ia jadi malas makan, selalu menyendiri, dan mengunci dirinya di kamar. Ia tak peduli apa yang akan terjadi padanya, bahkan aku, kakaknya tak sedikitpun ia hiraukan.

Kau tau Bunda sudah tidak ada. Ayah selalu pergi bekerja saat matahari belum terbit dan pulang saat matahari sudah terbenam. Aku sendiri juga harus berangkat sekolah. Tidak ada yang benar-benar bisa menemani Asha.

Ketika libur semester, saat itu aku baru saja lulus Sekolah Dasar. Asha sedang berada di dalam kamar dan tiba-tiba sebuah bola masuk melalui jendela kamarnya. Ia pun mengambil bola itu dan menengok keluar jendela, ia melihat ada seorang anak laki-laki yang sedang menatapnya dari bawah.

Asha melihat anak laki-laki itu dan mengira itu dirimu, Atta. Dari lantai dua jendela kamarnya ia meneriaki namamu. Kemudian ia turun dari kamarnya dan berlari keluar menuju anak itu.

"Atta, kau sudah kembali," kata Asha.

"Atta? Aku bukan Atta, aku Eggi."

"Tidak! kamu Atta, aku Asha." Ia menyerahkan kembali bola itu kepada Eggi. Eggi pun mengambil bola itu lalu ia langsung pergi begitu saja meninggalkan Asha.

Asha tetap mengikutinya pergi. Aku sedari tadi mendengar teriakan Asha diam-diam membuntutinya.

Eggi kembali bermain bola sendiri di hutan tanpa seorang pun yang menemaninya. Eggi memang seorang anak yang sangat pendiam dan pemalu. Suatu ketika ia menendang bola terlalu keras sehingga bola itu mengarah ke jalan. Segerombolan anak bersepeda yang kebetulan melalui jalan itu terkejut dan terjatuh akibat bola tersebut.

Eggi yang ingin pergi mengambil bola itu harus berhadapan dengan mereka terlebih dahulu. Mereka tampak sangat marah, mata mereka tertuju kepada Eggi lalu menghampirinya.

Kemudian anak-anak itu mencengkram kera baju Eggi mendorongnya hingga terjatuh dan terduduk. Dengan penuh amarah, mereka ingin memukuli Eggi. Asha pun datang tepat sebelum itu terjadi.

"Enggak ada yang boleh nyakitin Atta!"

Karena melihat Asha muncul seperti, aku pun panik dan keluar untuk melindunginya. Sementara Eggi hanya pun berlari meninggalkan kami dan berusaha bersembunyi.

Kertas Bahasa HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang