Atta mencengkram tangan pria berseragam silat itu hingga membuatnya kesakitan dan mundur. Mata Atta sedikit melirik ke arah Riska, "Riska mundurlah! Maaf, aku minta waktu sebentar."
Tiba-tiba orang tersebut kembali menyerang dengan pukulan yang lebih keras tepat ke arah Atta, pukulan tersebut hampir mengenai dirinya. Atta melakukan counter dengan membungkukkan tubuhnya sambil menyiku bagian perut pria itu. Gerakan itu membuat pria itu terpukul mundur.
Kemudian ia mencoba menyerang Atta lagi, kali ini ia menyerangnya secara beruntun. Dengan kemampuan Atta yang mampu membaca serangan setiap lawan, sehingga menyulitkan lawan untuk bisa menjatuhkannya. Atta hanya mengelak setiap serangan, berapapun yang pria silat itu berikan. Hingga saat yang pas untuk melakukan serangan balik.
Pria itu menendang Atta, seketika Atta menyadari disaat itulah pria itu lengah dengan pertahanannya. Dengan cepat Atta melakukan tendangan memutar sehingga menjegal salah satu kakinya dan membuat pria tersebut terjatuh.
Dalam posisi telungkup, ia masih saja mencoba menyerang Atta. Posisi yang menguntungkan bagi Atta. Ia mampu dengan mudahnya menahan setiap pukulan. Pria itu mencoba memukul dengan tangan kirinya, tapi Atta menahannya. Atta memutar pergelangannya hingga pria itu berteriak keras.
Kemudian Atta mengunci pergelangan tangannya hingga ke punggung atas, lalu Atta tahan dengan tungkai kakinya. Pria itu tak menyerah dan masih ingin mencoba menyerang Atta. Dengan santainya Atta menahan serangan itu, lalu ia tahan tangan kanan pria itu di lantai.
Atta pun menatap matanya dan berkata tepat di telinga kanannya, "Jangan pernah sombong dengan apa yang kau miliki, karena pada kenyataannya di luar sana akan selalu ada yang jauh lebih baik," jelas Atta.
Atta pun melepaskannya dan pergi meninggalkan tempat itu. Tak lama Riska menghampirinya kembali dan berkata, "Aku tidak pernah menyangka kalo kau bisa mengalahkannya, bahkan aku tak tahu kau bisa bela diri, belajar dimana?"
"Riska?" ia bertanya, "Kenapa kau masih disini?"
"Emangnya aku harus ke mana? Lagian aku juga khawatir jika terjadi sesuatu padamu."
"Bukankah tadi sudah ku katakan kalau ...," Atta tersadar lalu memegang bahu Riska, "mmm ... maaf aku baru ingat, aku tadi belum sempat mengatakannya padamu."
"Mengatakan apa?"
"Kau seharusnya tidak disini, sebaiknya kau pergi ke UKS sekolah, ada hal yang bisa kau lakukan, maaf aku pergi dulu."
"Melakukan apa?" tanyanya bingung.
"Sudah pergi saja!" Atta pergi meninggalkannya.
"Ya ampun, dia itu selalu saja." Riska hanya menggeleng dibuatnya.
***
Atta pun kembali melanjutkan pengejarannya, Sebenarnya yang dari tadi aku kejar itu apa? Batinnya. Pada akhirnya ia menyerah dan beristirahat di salah satu rooftop gedung sekolah. Ia duduk santai untuk menenangkan diri.
Ada seorang siswi datang menghampiri dan duduk di sebelahnya.
"Tak ku sangka kau sendiri yang datang menghampiriku, setelah dari tadi aku lelah mengejarmu dengan bodohnya. Aku sudah paham pasti ada sesuatu yang ingin kau sampaikan padaku kan? Silahkan saja telingaku siap mendengarkan," ungkap Atta lalu terbaring sambil meletakkan kedua telapak tangannya sebagai bantal.
Ia pun menggunakan bahasa isyarat untuk menyampaikan maksudnya kepada Atta.
(Kenapa-kau-tadi-membiarkannya-pergi?)
(Membiarkan-apa?) tanya Atta sambil terbaring santai.
(Orang-yang-bersepeda?)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kertas Bahasa Hati
Teen Fiction[DIREVISI] Bagaimana jika selembar kertas mampu mengungkapkan perasaan yang terdapat dalam relung hati? Seorang gadis lugu disabilitas tidak mendapat sedikitpun pengakuan dari teman satu sekolahnya. Dicaci dan dimaki setiap hari. Terpaksa ia harus...